|EXTRA CHAPTER 2|

3K 158 5
                                    

Pagi ini Zeela sudah duduk anteng di ranjang rumah sakit sambil menonton berita televisi yang klise. Rayana, mamanya itu tengah pulang untuk mencuci baju kotor.

Bunyi pintu terbuka terdengar masuk ke telinga Zeela. Refleks Zeela menoleh.

"Mama udah duduk sini istirahat. Mama itu gak capek apa, bolak-balik ke rumah? Kenapa gak suruh papa aja yang repot. Kasian kan mama jadi capek gini, itu juga adeknya Zeela ikut capek," cerocos Zeela panjang lebar.

Rayana tertawa kecil. "Udah benar-benar sehat kayaknya putri mama."

"Iya dong, kan Zeela mau cepet pulang. Zeela udah kangen banget sama Papa dan Kak Bila. Zeela mau marah-marah kok, gak mau tau, pokoknya Zeela marah sama mereka, masa selama Zeela sakit gak pernah di tengokin."

Rayana tersenyum kecil lalu memilih duduk di samping ranjang Zeela.

Breaking news! Pesawat Garuda Indonesia Boeing 727 dinyatakan jatuh di perairan laut Jawa setelah lima menit lepas landas dari bandara internasional Soekarno-Hatta. 135 penumpang dan awak pesawat dinyatakan hilang.

Berita televisi tersebut langsung membuat Rayana dan Zeela membeku seketika.

"Itu bukan pesawat yang tumpangi Kak Alva sama Tante Vira kan ma?" tanya Zeela lirih masih tak percaya.

Rayana buru-buru menyambar ponselnya, berusaha menelpon Elvira untuk memastikan.

Panggilan pertama hanya sang operator yang menjawab...

Panggilan kedua masih sama...

"Kak Vira, angkat!" batin Rayana memekik.

Panggilan ketiga... Maaf nomer yang anda hubungi tidak dapat menerima panggilan, silakan–

Tak terasa air mata Rayana sudah meluruh.

"Ma?"

Rayana langsung menghapus air matanya. "Itu pasti bukan mereka! Mereka lagi diperjalanan jadi gak bisa angkat telepon mama," ucap Rayana sangat yakin.

~~~

Tak terasa satu minggu telah berlalu. Rayana sibuk mengemasi barang-barang Zeela, gadis itu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.

Setelah mendengar berita kecelakaan pesawat minggu lalu, Rayana tampak murung. Satu persatu orang telah meninggalkannya.

Lima hari yang lalu ia mendapat kabar bahwa Elvira dan Alvaro merupakan dua dari 135 penumpang yang telah dinyatakan tewas.

Pemerintah masih berupaya mencari potongan tubuh korban yang masih tertinggal. Namun, karena kondisi yang berada di dasar laut menyulitkan pencarian. Maka dari itu pemerintah lebih memprioritaskan pencarian black box.

Orang-orang terdekatnya mulai pergi satu persatu, hanya ia sendiri di sini. Hanya Zeela dan janin yang ada di rahimnya yang menjadi alasannya untuk bertahan.

~~~

Zeela tersenyum lebar. Ia tak sabar untuk pulang dan bertemu kakaknya. Berharap bisa merayakan ulang tahun kakaknya yang sempat tertunda.

"Loh Ma, ini bukan jalan ke rumah. Memangnya kita pindah rumah?" tanya Zeela yang terheran dengan jalan rumahnya yang berbeda.

"Kita tidak pindah rumah, tapi Papa dan Bila yang pindah," jawab Rayana yang masih fokus menyetir.

"Papa sama Kak Bila gak serumah lagi sama kita? Kenapa ma?"

"Nanti kamu akan tau."

Mobil yang dikendarai Rayana berhenti di sebuah kawasan yang tak pernah Zeela pikiran. Mengapa mama mengajaknya ke sini?"

"Ayo Zeela," ajak Rayana sebelum beranjak terlebih dahulu.

Zeela masih diam, alisnya seakan saling bertemu di tengah pangkal hidung.

"Ayo Zeela, katanya kangen sama Papa dan Kak Bila?"

Otak Zeela berkerja dengan keras. Apakah Papa dan Kak Bila sedang berziarah ke makam bundanya Kak Bila?

Zeela menurut, ia lantas turun mengikuti langkah sang ibu. Menatap hamparan nisan yang berjajar, berusaha mencari sosok papa dan kakaknya yang mungkin sedang berziarah.

Langkah Zeela terhenti saat melihat Rayana berhenti lalu berjongkok di dekat salah satu nisan.

Zeela mematung di tempatnya. Pandangannya mengabur karena air mata yang berlomba-lomba keluar. Tolong siapapun! Bangunkan Zeela dari mimpi buruk ini!!

"Papa dan Bila meninggal di hari yang sama tepat di hari ulang tahun Bila, dan tepat di tanggal yang sama saat Anindya pergi. Mereka sudah diambil oleh pemilik aslinya Zeela, sekarang kita sendiri di sini," ucap Rayana dengan bergetar.

Zeela terisak. Ia lalu memeluk nisan sang papa.

"Papa masih ada janji sama Zeela! Papa katanya mau ngajak Zeela sama Kak Bila makan es krim?" pekik Zeela dengan nada yang bergetar.

"Kita belum rayain ulang tahunnya Kak Bila! Ayo kita rayain!"

Zeela segera berpindah ke makam yang bertuliskan nama sang kakak. "Kak Bila katanya mau makan es krim bareng Zeela?" tanya Zeela sangat lirih.

"Kak Bila, selamat ulang tahun."

"Kak Bila tau? Kak Alva titip salam sama Kak Bila, katanya, Kak Alva sangat mencintai Kak Bila." Setelahnya Zeela tertawa sumbang. "Mungkin Zeela telat menyampaikannya ya? Kak Alva sudah bersama Kak Bila kan?"

Rayana mengelus punggung Zeela menguatkan.

"Jangan bilang jantung ini–"

"Milik Bila," potong Rayana.

Zeela semakin terisak, memeluk erat makam Bila.

"Terima kasih kak, Zeela janji bakal jaga jantung ini baik-baik."

Zeela bangkit. Ia menatap makam yang terlihat sudah lama dengan mata merahnya.

"Bunda. Boleh Zeela panggil seperti itu? Kak Bila memanggilmu bunda, Zeela juga boleh?"

"Bunda kenapa ambil Papa dan Kak Bila? Zeela masih butuh mereka."

Rayana mengelus punggung putrinya lembut. "Zeela, kita tidak boleh egois. Ini semua takdir tuhan. Lagi pula bukan kah itu impian Kak Bila untuk dipeluk bundanya?"

"Tapi mama juga ibunya Kak Bila, mama juga istrinya papa, kita punya hak yang sama."

"Iya. Namun ini takdir tuhan sayang, kita tidak bisa menolaknya. Ikhlaskan ya sayang?"

Zeela menghembuskan nafasnya. "Zeela usahakan."

"Zeela sayang Papa dan Kak Bila," ucap Zeela pelan. "Sekali lagi, selamat ulang tahun Kak Bila, terima kasih atas jantungnya. Zeela janji, akan Zeela jaga baik-baik jantung ini."







.
.
.

Satu bab lagi sebelum benar-benar selesaii..

See you..

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang