Hari ini, hari yang Elvira tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Hari dimana ia bisa menggeplak kepala rekan lamanya itu.
"Pagi om." Alva menyalimi Narendra dengan sopan.
Plakk
Narendra memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Ia lantas menatap nyalang siapapun yang berani memukul kepalanya. Ekspresinya berubah kaget saat teman yang sudah menghilang 15 tahun ini ada dihadapannya.
"Ra?"
"Hm?!" Terlihat sekali mimik wajah marah yang sebenarnya hanya dibuat-buat.
"Ya Allah Ra. Lo ngilang 15 tahun, dateng-dateng cuma mau mukul pala gue?"
"Iya!"
"Ayo masuk dulu," ucap Narendra lalu melangkah terlebih dahulu.
"Bila mana om?" tanya Alva.
"Ada di–"
"HAHAHA LO DIPANGGIL OM SAMA ADEK GUE!"
"Diem lo!"
Mereka sudah duduk di sofa ruang tamu. Elvira dapat menilai tatanan rumah ini tak jauh berbeda saat terakhir kali ia ke sini 15 tahun lalu.
Narendra duduk sendiri di single sofa, Elvira juga duduk sendiri di sofa yang lebih panjang. Alva, dia dengan ikhlas pundaknya jadi senderan tubuh Bila yang menyamping. Sedangkan Bila asyik memindah-mindah chanel televisi.
Tak berselang lama, Rayana pun datang dengan membawa minuman. Elvira melihatnya dengan seksama, bagai calon ibu mertua yang menyeleksi calon menantunya.
"Kenalin Ra, Rayana bini gue," ucap Narendra mengenalkan
"Kenalin Na, ini Elvira temen SMA aku."
Elvira menatap sinis, Narendra. Sungguh ia tak terima sahabat satu-satunya diduakan seperti ini.
Elvira menjabat tangan Rayana dengan senyum ramahnya. Setelah berkenalan dengan Elvira dan menyalami Alva, Rayana pun memilih masuk, menemani Zeela yang baru keluar dari rumah sakit. Ia juga tak ingin mengetahui apa yang suami dan teman suaminya itu omongkan.
"Lo inget ga? Ni curut–"
"Lo bisa gak sih, gak usah panggil gue curut! Dasar tikus got!" Alva berniat melempar kakaknya menggunakan bantal sofa. Namun, naas, Elvira bisa menghindar. Alhasil bantal itu melesat jauh ke tubuh Narendra.
"Wah gak sopan sama calon papa mertua! Gak usah kasih restu Ren!" ucap Elvira memanas-manasi.
"Om, maaf om gak sengaja bener deh," ucap Alva sambil mengacungkan kedua jarinya.
Narendra mengambil bantal sofa itu, lalu melesatkan ke muka Elvira yang sedari tadi tertawa.
"Gue wakilin," ucapnya.
"Anjayy, calon mertua sama menantu panggilannya gue elo," ucap Elvira hiperbola, ia bahkan sudah bertepuk tangan dengan keras.
"Belum tentu gue restuin."
"Om?" ucap Alva dengan melasnya. Kepala cowok itu melemas, ia menjatuhkan kepalanya di atas kepala Bila.
"Lo inget gak? Dulu si Alva sering ciumin perut Nindy waktu hamil besar. Kita berlima bahkan pernah mau jodohin mereka, tapi Nindy gak setuju. Sekarang mereka malah pacaran, lucu ya," ucap Elvira yang membuka kembali lembaran lama.
"Ih gue juga masih inget diompolin Bila, anget-anget basah gitu, mana sampai dalem lagi."
Kini Bila menoleh, orang yang ada disana sudah tertawa. "Ihh gak ada ya!" ucap Bila menyangkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILA [END]
Fiksi RemajaSEQUEL OF ANINDYA!! ~~ Singkatnya tentang Bila yang ingin dipeluk mama:) ~~ Nabila Sheira Andrianka atau kerap disapa Bila, merupakan anak sulung dari keluarga Andrianka. Bila mempunyai mimpi sederhana, yaitu dipeluk mama. Sedari kecil Bila tak pern...