|CHAPTER 7| LATIHAN VOLI

1.9K 149 20
                                    

Hari ini Bila sekolah seperti biasa. Oh ya, seragamnya sudah ter-upgrade sekarang.

Seperti janjinya pada Stefan kemarin, ia akan menonton Stefan berlatih voli. Masalah pak Agus, tadi ia sudah bilang akan telepon jika sudah selesai.

Bila duduk anteng di tribun penonton. Di pangkuannya ada tas berwarna hijau macca miliknya, sesekali jarinya bermain dengan boneka putih yang menggantung di tasnya.

"Ini."

"Makasih." Bila menerima sebotol minum yang Talisa belikan. Membukanya lalu meneguknya sedikit.

Mereka bertiga pun duduk bersama. Dengan Talisa yang berada di tengah-tengah antara Talita dan Bila.

Fokus dengan para pemain yang sedang berlatih. Tak jarang Bila terkagum saat Stefan men-smash bola voli dengan begitu kencang.

Tak terasa latihan selesai. Stefan menoleh ke arah tribun penonton, lebih tepatnya melihat ke arah Bila, lalu tersenyum tipis ke arahnya. Para siswa lain yang melihatnya pun terpekik.

Stefan berjalan ke arah tasnya terlebih dahulu. Mengambil handuk kecil untuk mengelap keringat yang sudah membasahi tubuhnya. Setelahnya Stefan berjalan santai ke arah Bila dengan tangan yang masih sibuk dengan handuknya.

"Ta ayo pulang, mama udah nyuruh pulang," ucap Talisa pada kembarannya. Ia peka, ia membiarkan supaya Bila dan Stefan memiliki waktu berdua. Jika mereka jadian, Talisa pasti mendapatkan pj juga.

"Nanti ah," tolak Talita.

"Ayo ihh." Talisa menarik paksa tangan Talita.

"Kita pulang dulu ya Bik, dahh," pamit Talisa pada Bila.

"Yah kok udah pada pulang?"

"Dahhh." Talisa langsung pergi begitu saja dengan Talita yang ia tarik paksa tanpa mengindahkan pertanyaan dari Bila.

"Hm!" Tanpa Bila sadari, Stefan telah berdiri di depannya.

"Gue duduk ya?" Bila mengangguk memperbolehkan.

"Beneran nonton ternyata."

"Iya lah, kan udah janji kemarin."

"Minta dong, haus nih. Belom minum dari tadi." Belum juga Bila iyakan Stefan langsung merebut botol minum yang Bila pegang. Membukanya, lalu meneguknya hingga tersisa setengah.

"Tapi..." ucapan Bila terpotong. Ia mengalihkan pandangan dari Stefan. Jakun cowo itu naik turun, membuat jantung Bila tidak sehat.

"Tapi apa?" tanya Stefan. Ternyata cowo itu sudah selesai minum.

"Itu bekas aku," cicit Bila. Ia malu, bahkan wajahnya mungkin sudah merah sekarang.

"Oh. Ya udah gak papa," ucap Stefan santai.

"Btw adek lo gimana kondisinya?"

"Udah mendingan, cuma kedinginan doang kemarin," jawab Bila.

"Syukurlah."

Stefan menengadah menatap langit. Semburat warna jingga sudah kental mewarnai langit.

"Udah sore, pulang yuk," ajak Stefan.

Bila mengangguk. "Iya," jawabnya.

"Pulang naik apa?"

"Ini baru mau nelpon pak Agus."

"Gue anter aja yuk."

"Eh gak usah kak," tolak Bila.

"Udah ayok." Bila pun mengangguk menyetujuinya.

"Gue ganti baju dulu, lo tunggu sini." Bila lagi-lagi hanya mengangguk.

Stefan mengacak rambut Bila gemas. "Gemes banget sih lo, kek bocil."

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang