|CHAPTER 29| JANGAN SEKARANG

2.9K 184 9
                                    

Bacanya pelan-pelan aja biar dapet feelnya.

-happy reading-

Alva tersenyum tipis, ia membayangkan bagai mana wajah gadisnya yang mendapatkan surprise sepesial dari orang-orang tersayang.

Tangan Alva sudah penuh dengan berbagai macam barang. Ada kue yang masih rapi dalam kardus, ada boneka beruang lumayan besar, dan ada bunga lili merah muda.

Alva tersenyum puas menatap barang yang baru saja ia beli. Semuanya kesukaan Bila. Kue rasa coklat, ya walaupun warna luarnya putih polos dengan angka 16 di atasnya. Boneka beruang yang hampir mirip dengan tas yang mereka beli di alun-alun. Dan bunga lili merah, persis bunga yang Alva gunakan untuk menyatakan perasaannya pada Bila.

Ia berjalan pelan ke arah mobilnya. Namun, atensinya terhenti saat ada gerombolan warga di tengah jalan.

Alva hanya melihatnya sekilas, ia tidak terlalu kepo dengan apa yang ada di tengah jalan itu. Yang terpenting saat ini adalah Bila, kekasihnya itu sedang berulang tahun hari ini.

"BILA!!"

Alva yang baru membuka pintu mobil refleks menoleh. Itu suara camamer nya bukan?

Dengan hati gelisah, Alva pun berjalan cepat menuju gerombolan warga di tengah jalan.

"Permisi, permisi." Alva mencoba membelah gerombolan warga.

Tubuh Alva melemas seketika. Barang-barang yang ia bawa sudah jatuh, bahkan terkena noda darah.

"BILA!"

Dengan cepat Alva mendekat, meletakkan kepala Bila di pangkuannya.

"Bila! Sayang buka mata kamu!"

"Sayang! Aku mohon!"

Aira mata Alva sudah deras menetes. Pakaiannya sudah penuh dengan darah segar.

Mata Bila perlahan mengerjap. Bibirnya tersenyum tipis.

"Kak Alva?" ucap Bila sangat pelan.

"Bila, sayang, iya ini aku."

"Makasih untuk semuanya kak," ucap Bila dengan tersendat.

"Iya sayang, makasih nya nanti. Sekarang kamu bertahan ya, kita ke rumah sakit sekarang."

Mata Bila melihat lurus ke atas dengan pandangan kosong. Senyumnya terlihat lebih lebar.

"Bunda."

Bila kemudian menoleh ke arah Rayana. "Mama."

Rayana yang sedari tadi hanya mematung dengan air mata yang tak henti mengalir kini tersadar saat mendengar suara lirih putrinya.

Ia pun bergegas mendekat dengan susah payah.

"Semoga keinginan Bila terkabul." Bila mengulang apa yang Rayana ucapkan tadi. "Bila ingin ketemu bunda."

Rayana menggeleng cepat. "Enggak sayang! Bila belum boleh ketemu bunda!"

"Bunda..." Bila terbatuk kecil. "Udah jemput."

"Bila sayang kalian," ucap Bila terakhir kalinya sebelum mata coklat itu tertutup sempurna.

"BILA!"

Alva dengan kuat menggoyangkan tubuh Bila. "Bila bangun sayang! Bangun aku bilang!"

Rayana tertunduk dalam, bahunya bergetar hebat. Ia lalu mendongak, menatap langit pagi yang terasa lebih gelap daripada sebelumnya.

"Anindya, aku mohon jangan sekarang. Aku mohon jangan Bila."

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang