|CHAPTER 3| GUDANG SEBELAH KAMAR

2.3K 163 7
                                    

Ini uangnya pak, terimakasih," ucap Bila yang baru saja turun dari motor ojek online.

"Terimakasih mbak."

Bila mulai melangkah memasuki halaman kediaman Andrianka. Rumah yang besar dengan desain minimalis.

"Assalamualaikum ma," ucap Bila saat melihat Renita yang tengah duduk di depan televisi.

"Wa'alakumsalam. Tolong kamu bentuin bik Siti beres beres, opa oma mau dateng," ucap Rayana pada sang anak sulung.

"Iya mah," jawab Bila.

Bila bergegas ke atas. Kamarnya ada di paling pojok setelah gudang. Di sebelah kanan lagi ada kamar Zeela dan paling kanan ada kamar kedua orang tuanya.

Setelah mengganti pakaian, ia pun ikut beberes di lantai atas, sedangkan bik Siti ia bagian lantai bawah.

"Kakak Zeela bantu ya?" tawar Zeela.

"Gak usah Zee, nanti kamu kecapekan," tolak Bila.

"Tapi Zeela pengen bantu juga," ucap Zeela sedih.

"Kamu duduk sini aja, temenin kak Bila, coba ceritain gimana temen temen baru kamu."

"Seru kak! Temen temen baik semua!" Zeela pun mulai cerita dengan semangatnya, menemani kakaknya yang tengah beberes.

Semua ruangan yang ada di lantai dua telah ia sapu. Ralat. Kecuali gudang samping kamarnya yang tak pernah ia ketahui apa isinya.

~~

Tak berselang lama opa oma pun datang. Zeela yang mengetahui opa dan oma nya datang langsung menghampiri dengan langkah riang. Berbeda dengan Bila yang sebenarnya malas bertemu orang tua dari mamanya tersebut.

Bagaimana tidak, opa dan Oma nya terkesan terlalu membeda-bedakan antara dirinya dan sang adik.

Bila melangkah lunglai menuruni tangga. Hingga sampai di anak tangga terakhir terlihatlah Zeela yang duduk di antara opa om nya. Huft. Bila menghembuskan nafas lelahnya. Ia jadi rindu dengan uti dan kakung yang meninggalkannya sepuluh tahun silam.

"Kak Bila sini!" ucap Zeela dengan riangnya.

Ingin sekali Bila menjawab 'buat apa kakak kesana jika gak dianggap sama sekali Zee'

Bila hanya bisa mengangguk. Melangkah perlahan mendekati beberapa orang di sana. Bila memilih untuk duduk di sofa lainnya, memilin jarinya.

Terkadang kepalanya terangkat, melihat interaksi yang terasa hangat antara opa oma dan cucu kesayangan mereka. Sudut bibir Bila sedikit terangkat, kala melihat Zeela yang terlihat antusias menceritakan hari pertama di SMP.

Sudut bibirnya kembali terangkat, sekarang berbeda dari yang tadi. Ini lebih terlihat seperti senyum miris akan dirinya sendiri. Tak adakah yang mau mendengarkan ia bercerita? Bila juga ingin bercerita selepas itu.

Andaikan papa ada di sini, sudah Bila pastikan superhero-nya itu akan bosan mendengarkan cerita Bila yang begitu panjang.

Ingin rasanya Bila menelepon sang papa. Namun apa daya, papanya ada di luar negri sekarang. Yang berarti akan menyedot biaya yang tak sedikit.

"Wah pinternya cucu oma!" Pekikan dari Oma menyadarkannya dari lamunan.

"Gimana kita jalan-jalan sebagai reward buat cucu oma yang pinter ini."

"Jalan-jalan? Yeay!" Pekik Zeela senang.

"Siap-siap gih sayang," ucap Rayana pada sang anak.

"Oke. Ayo kak Bila!"

Bila yang merasa terpanggil pun menoleh. Tak lama pandangan berubah menyorot pada oma nya dengan pandangan sendu.

"Bila biar di rumah aja ya, Zee," ucap Oma mendahului.

BILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang