Bel pulang sekolah telah berbunyi. Banyak siswa berbondong-bondong berjalan menuju gerbang, tak terkecuali Bila bersama kedua sahabat kembarnya.
Tak seperti hari kemarin yang setia menonton Stefan berlatih, mulai hari ini Bila memutuskan untuk menjaga jarak dengan kapten voli tersebut. Bila tak mau terlanjur jatuh dengan persona cowok bermata sipit itu. Karena nyatanya Bila dan Stefan berbeda.
Jarum panjang pada jam tangannya terus berputar. Gerbang sudah mulai sepi, Talita dan Talisa pun sudah pulang sejak awal.
Apakah papanya sesibuk itu, sehingga telat menjemputnya? Tak mungkin kan papa mengingkari janji untuk ketiga kalinya? Apakah papa lupa?
Ingatannya kembali berputar dimana papa membentaknya untuk pertama kali. Bukan, Bila tak dendam akan hal itu, Bila sudah memaafkannya. Namun, jujur saja, hal itu sulit untuk ia lupakan.
Tin!!
Bila terlonjak di tempatnya. Matanya refleks mencari sumber suara.
"Ngapain lo di depan gerbang sendirian? Diculik mampus lo."
Bila melihat ke sekelilingnya, dan benar saja dia sendirian disini, seingatnya tadi masih ada beberapa orang di sekitar gerbang, berapa lama ia melamun hingga tak menyadari ia sendirian disini.
"Nungguin Stefan? Masih di lapangan noh," ucap Alvaro, siapa lagi kalau bukan si ketos.
"Enggak kok kak," jawab Bila.
"Kalo gitu ngapain masih disini?"
"Nunggu jemputan," jawab Bila seadanya.
Alva refleks melihat ke arah jam hitam miliknya. "Lah udah jam segini, lo belum di jemput juga?" Bila hanya menggeleng pelan.
"Gue anter yuk," tawar Alva. Bila hanya menggeleng kecil.
Alva menghembuskan nafasnya. Bukannya apa-apa, ia hanya khawatir manusia imut ini diculik. Pasalnya sekolah mereka berada di depan jalan raya yang rawan penculikan. Ditambah lagi, kondisi sekolah yang memang sudah sepi karena sudah satu jam lebih dari jam pulang sekolah. Bahkan guru-guru pun banyak yang sudah pulang.
"Nunggu di kafe depan situ mau? Dari pada luntang-lantung ga jelas di pinggir jalan gini?"
Bila sedikit menoleh sekitar lalu mengangguk kecil.
"Naik," titah Alva.
Dengan ragu Bila pun naik ke atas motor milik sang ketos. Setelah dirasa penumpang di belakangnya duduk dengan benar, Alva pun mulai melajukan motornya. Tak sampai dua menit, motor besar milik Alva terparkir sempurna di parkiran kafe.
Bila pun turun dari motor, merapikan poninya yang tertiup angin.
"Ayo," ajak Alva.
Bila pun hanya mampu mengekor di belakang Alva yang berjalan terlebih dahulu.
"Mau di lantai bawah apa rooftop?"
"Terserah kak Alva," jawab Bila.
Hingga disinilah mereka berada. Di rooftop kafe yang sedang hits saat ini.
Mata Bila berbinar melihat lukisan tuhan yang begitu apik di langit sore. Matahari yang menyipit di ufuk timur seolah berpamitan pada banyak manusia.
Klakson mobil terdengar riuh di padatnya jam pulang kantor hari ini. Setidaknya Bila bisa melupakan sejenak masalahnya.
Hingga waitress pun datang. "Mau pesan apa kak?" tanya pelayan perempuan sambil menyerahkan daftar menu.
Bila menerima daftar menu tersebut, membolak-balikan dan memilih makanan apa yang sekiranya enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILA [END]
Novela JuvenilSEQUEL OF ANINDYA!! ~~ Singkatnya tentang Bila yang ingin dipeluk mama:) ~~ Nabila Sheira Andrianka atau kerap disapa Bila, merupakan anak sulung dari keluarga Andrianka. Bila mempunyai mimpi sederhana, yaitu dipeluk mama. Sedari kecil Bila tak pern...