"Gue ngga suka penolakan"

649 39 3
                                    

     "KIA"   Kina terkejut melihat Kia yang jatuh. Baru saja Kia berdiri, ia sudah tak sadarkan diri.

Jivan segera berdiri dan dibantu oleh Bargi ketika mengangkat tubuh Kia.

"Dibawa ke sini aja kak. Ada kamar khusus untuk non Kia"
Kata seorang pelayan yang mengantarkan pesanan dari meja nomor 31 namun melihat Kia yang tak sadarkan diri dan digendong oleh seorang pria.

Jivan langsung mengikuti pelayan laki-laki tersebut dengan menggendong Kia, lalu disusul oleh teman-temannya yang lain. Diantara hidung dan mulut Kia masih terdapat darah yang baru saja keluar dari hidungnya. Entah mengapa Kia tak sadarkan diri secara tiba-tiba. Andaikan Athar tau akan hal ini pasti ia marah besar dan akan kecewa untuk kesekian kalinya terhadap mereka.

"Gimana Kia? Udah sadar?"
Tanya Kiba yang baru saja sampai didepan kamar yang khusus disediakan untuk Kia itu.

"Belum, gue mau ambil teh anget dulu. Gue nitip Kia sebentar"

"Kenapa ngga minta tolong sama pelayan disini aja Van?"

"Gapapa gue aja. Kasian mereka capek juga"

"Yaudah deh terserah lo"

Jivan melangkahkan kakinya dengan sangat tergesa-gesa, namun ketika ia melihat Devan langkahnya terhenti dan menghampiri satu temannya yang sangat menyebalkan itu.

"Lo kenapa sih sebenci itu sama Kia? Dia punya salah apa sama lo?"
Jivan menatap mata Devan dengan tatapan yang sangat serius dan ada amarah yang ia simpan didalamnya.

"Lo ngga perlu tau soal itu"

"Lo yakin ngga mau kasih tau?"
Jivan mulai menarik kerah baju yang digunakan oleh Devan.

"GUE KEHILANGAN SEREN KARENA DIA"
Semua orang di cafe itu memperhatikan mereka berdua yang sama sama siap untuk melayangkan pukulannya.

Sedangkan Bargi mengambil teh hangat di dapur yang telah disediakan untuk Kia. Namun, ketika sedang berjalan dengan santainya ia mendengar ada suara keributan dan orang orang yang memperhatikan arah suara tersebut. Bargi segera menghampirinya dan benar saja itu adalah Devan dan Jivan. Jivan memukul beberapa kali bagian wajah Devan, dan Devan tak tinggal diam. Ia membalas dengan pukulan di pelipis Jivan.
Bargi segera memisahkan mereka berdua sebelum satpam yang ada didepan cafe menghampiri kedua temannya itu.

"Ikut gue!"
Bargi berjalan didepan Jivan dan Devan.

"Kenapa? Hah? Lo masih ngga terima dengan kematian Seren?"
Bargi menatap tajam mata Devan, walaupun resiko terbesarnya dia akan babak belur disana, namun ia tak pedulikan hal tersebut.

"Andaikan waktu itu kita ngga ngajak Kia buat liburan, pasti Seren masih ada disini bareng gue"
Jawab Devan yang sepertinya emosinya sudah meredam.

Plak
Bargi menampar wajah temannya itu, Bargi paham betul bagaimana Devan sangat kehilangan Seren.

"Udah terbukti kan kalau Kia ataupun bang Athar ngga bersalah?"
Kali ini Bargi berbicara dengan nada tinggi.

"Gue mau buktiin sendiri"
Devan berjalan menuju ruangan tempat Kia beristirahat, ia membuka pintu ruangan itu dengan sangat kencang sehingga membuat seluruh orang yang ada didalam terkejut.

"WOY APA APAAN SIH"
Jivan menarik bahu Devan dari belakang, keduanya kembali memperlihatkan kemarahannya. Kia duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut, ada Kina, Flora, dan Eirene yang juga duduk disana.

"Lo ngga ngerasa bersalah?"
Devan menatap mata cantik Kia dengan mata tajamnya.
KIA bingung dan melihat sekelilingnya. Tak ada penjelasan dari teman-temannya yang lain.

"Kenapa?"

"Lihat aja, gue bakal buktiin semuanya"
Setelahnya Devan pergi dan mereka yang ada di ruangan tersebut saling bertatapan. Bingung dengan apa yang dimaksud Devan barusan.

"Ki udah makan?"
Tanya Jivan mendekati Kia.

"Kia udah makan, udah minum obat juga, udah istirahat juga"
Bukan Kia yang menjawab, melainkan Kina. Mereka semua tersenyum melihat Jivan yang sangat perhatian kepada Kia. Yang sebelumnya tak pernah ia berikan kepada perempuan lain selain ibunya.

"Waduuuh, bang Jivan udah mulai jatuh cinta niih"

"Apasih Rey"

"Udahlah Van, ngga usah malu malu gitu. KIA cocok kok sama lo"
Rayhan sangat antusias dengan keakraban keduanya.

"Ki, pulang sama gue"

"Ngga deh Van, gue bisa pulang sendiri"

"Gue ngga suka penolakan"

Jivan menggandeng tangan Kia menuju parkiran dan mengantarkan gadis cantik itu pulang ke rumahnya.

"Cocok banget ya"
Ucap Rayhan setelah Kia dan Jivan keluar dari ruangan itu.

"Gue sih tim Devan Kia"
Sahut Bargi.

"Jadi Devan Kia atau Jivan Kia?"

"Kita lihat aja nanti"
Jawab Flora dengan antusias.





...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang