"Lo kalo mau mati ngga gini caranya, nyusahin aja. Kalo lo mau mati, bilang sama gue. Nanti gue bantu"
Ucap Devan dan langsung meninggalkan Kia dan teman-temannya."Itu beneran Devan?"
Ibdar tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Devan.
Rayhan yang berdiri disampingnya hanya melihat Devan dengan tatapan bingung, sambil menggelengkan kepalanya. Bukan kecewa, dia hanya ingin tau apa yang terjadi diantara Devan dan Kia, yang menyebabkan mereka berdua tak saling sapa.Bugh!!!
Sedikit darah segar keluar dari sudut bibir lelaki tampan itu. Ia hanya mengusap sedikit darah segar itu tanpa membalas pukulan yang baru saja ia dapatkan.
Sementara Kina, Flora, dan Eirene membantu Kia kembali ke kamarnya."Sini kakak bantu"
Asya dengan sigap membantu adik iparnya yang terlihat lemas dan kedinginan. Kia pergi ke kamar kemudian ia mengganti pakaiannya yang basah, dan mengeringkan rambut panjangnya. Ia merebahkan tubuhnya dilengkapi dengan selimut yang semakin membuat tubuhnya terasa hangat."Lo mau sekarat dulu atau langsung mati?"
Malam ini Athar benar benar penuh amarah. Ia menyesal karena tidak bisa menjaga adik perempuannya dengan baik. Dan juga laki laki didepannya ini sudah membuat adiknya hampir kehilangan nyawa."Bunuh gue kalau lo bisa"
Devan yang tadinya diam saja, ia semakin merasa bahwa Athar semakin menyalahkannya dalam hal ini.Pertarungan antara dua laki laki tampan itu berlangsung dengan sangat menegangkan. Dua duanya sama sama kuat, sama sama tidak bisa menahan amarahnya. Rasa bersalah yang ada dalam diri Athar membuat ia ingin membunuh laki-laki yang saat ini sudah terduduk lemas didepannya.
"Bang udah cukup!!!"
Ravish menghampiri mereka berdua dan berusaha menghentikan pukulan Athar. Sementara yang lain membawa Devan untuk segera menjauh dari hadapan Athar."Gue ngga bisa tinggal diam kalau Kia sampe kenapa napa"
Athar bergegas pergi menemui adik perempuan kesayangannya."Kia dimana?"
Tanya Athar ketika melihat Asya sedang di dapur dan menyiapkan teh hangat untuk Kia."Di kamarnya"
Athar pergi ke kamar Kia dan ternyata disana juga ada Kina, Flora, dan Eirene. Mereka memutuskan untuk pergi dan menyusul teman-temannya yang masih ada di sekitar kolam renang.
"Bi, minta tolong bikinkan minum lagi untuk temen-temennya Kia ya. Kalau bisa yang hangat aja"
Asya memutuskan untuk memberi sedikit pengertian untuk teman-teman Kia agar hubungan Kia, Athar dan mereka semua tetap baik-baik saja."Biar saya aja bi yang bawa"
"Baik non"
Asya membawa nampan di tangannya yang berisi beberapa gelas minuman untuk teman-teman Kia.
"Haloo, udah pada mau pulang?"
Tanya Asya sambil meletakkan minuman itu diatas meja. Terlihat beberapa teman Devan sedang mengobati luka memar yang ada di wajah Devan dan juga di tangannya."Iya kak, gue mewakili temen temen, kita minta maaf atas kejadian malam ini ya kak"
Kali ini hanya Bargi yang berbicara, semua tak berani berkata kata karena menurut mereka yang dilakukan Devan memang salah, jadi mereka tidak bisa memberikan pembelaan terhadap Devan."Iya gapapa, lain kali lebih baik lagi ya"
Jawab Asya dengan tenang dan tidak lupa memberikan senyumannya yang sangat manis itu."Sebenernya kakak mau minta maaf sama kalian, karena bang Athar udah lukain Devan. Harusnya kita bisa bicarakan ini dengan baik baik, karena apapun yang diselesaikan dengan emosi tidak akan baik hasilnya"
"Kakak ngga perlu minta maaf, karena kita emang salah"
Kini giliran Kina yang angkat bicara. Semua rencana ingin mendekatkan Devan dan Kia berawal dari Kina dan Flora yang merencanakannya."Menurut kakak, kita sama sama salah. Karena kalian lalai dengan kepercayaan kami, dan bang Athar belum bisa menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin, hingga melukai teman kalian"
"Kalau gitu kita pamit pulang dulu kak, besok kita datang lagi kesini untuk minta maaf ke bang Athar dan juga Kia. Sekali lagi kami minta maaf ya kak"
Astley mewakili mereka semua untuk berpamitan pulang. Asya hanya mengangguk dan kembali ke kamarnya setelah semua teman-teman Kia pulang dari sana.Sementara Athar duduk di kursi meja belajar milik Kia. Menunggu adik perempuannya itu bangun dari tidurnya.
Sudah sekitar 30 menit Athar menunggu disana, ia teringat jika malam ini Kia belum makan."Dek, bangun dulu. Kita makan"
Mendengar suara Athar, Kia terbangun dari tidurnya dan melihat Athar membereskan bukunya di meja belajar."Ngapain abang beresin bukunya?"
"Biar rapi aja, kan enak dilihat"
"Kenapa ngga nyuruh bibi aja?"
"Kan abang masih bisa ngerjain sendiri"
"Okedeh"
Kia berdiri dan memakai alas kakinya dengan hiasan gambar beruang berwarna coklat diatasnya."Yuk makan"
Athar merangkul pundak Kia dan mengajaknya ke ruang makan. Ternyata bibi sudah menyiapkan bubur untuk Kia, sementara Asya menyiapkan spaghetti aglio olio kesukaan Athar.Setelah menghabiskan makanannya, barulah Athar membahas tentang apa yang terjadi di malam ini.
"Ki, abang minta maaf ya belum bisa jaga kamu dengan baik"
"Apasih bang, Kia gapapa kok. Lagian menurut Kia, abang adalah kakak terbaik yang Kia punya"
"Ya tetep aja abang masih lalai dalam hal menjaga kamu"
"Engga bang. Pokoknya bang Athar tetep kakak terbaik yang Kia punya. Kecuali kalau diajak cerita sih baru kak Asya yang terbaik"
Kia menatap Asya sambil tersenyum. Asya membalas senyuman manis Kia, dengan senyuman manisnya juga. Adik iparnya itu kini sudah mulai bisa dekat dengannya."Yah, masa abang ngga diajak cerita juga? Kan kalau ceritanya bertiga lebih seru"
Jawab Athar yang membuat mereka semua tertawa bahagia. Kemudian Athar memeluk kedua perempuan yang ada disampingnya itu. Athar merasa bahwa Athar harus membahagiakan mereka berdua, dan menjadikan mereka perempuan paling bahagia di dunia.Asya bahagia bisa melihat Athar kembali tersenyum setelah kemarahannya beberapa jam yang lalu. Namun masih terlihat jelas jika Athar masih menyesal karena kejadian yang menimpa Kia pada malam hari ini.
Asya yakin bahwa malam ini adalah malam yang memberikan sangat banyak pelajaran kepada dirinya, Athar, Kia, dan teman-teman Kia. Semua masalah tidak bisa diselesaikan dengan emosi yang masih ada dalam diri kita, karena apapun yang diselesaikan dengan emosi tidak akan baik hasilnya.• • •

KAMU SEDANG MEMBACA
...
Teen FictionBrigitte Kizia Jazziel, seorang gadis yang mencintai laki-laki yang tidak mencintainya. Perasaan itu sudah ia simpan selama 9 tahun. Namun ia tidak berani mengungkapkan. Devansha Ouranos Mandara, laki-laki yang sangat disegani oleh 250 anggota...