Monster

718 51 0
                                    

    Kia sudah mencoba menghubungi Jivan. Namun tidak ada balasan apapun darinya. Bisa saja ia meminta tolong kepada Athar untuk menjemputnya, namun Kia tak ingin Athar tahu semua hal buruk yang ia alami disini. Karena kalau saja Athar tahu, bisa dipastikan jika sudah tidak ada harapan pada perdamaian antara Athar dan Devan.

ting

Satu notifikasi di ponselnya, berhasil membuyarkan lamunan Kia.

@bargi.rsls : Ki, lo dimana? Gue mau anter tas lo sekalian kita balik bareng

@kiziajazziel_ : makasih, tapi ngga perlu. Gue udah balik duluan.

Kia berbohong. Tadinya, Kia ingin menerima tawaran Bargi untuk mengajaknya pulang bersama, namun teman-temannya terutama Devan pasti tidak mengizinkannya.

"Gimana? Jadi lo jemput cewek itu?"
Ravish bertanya lagi setelah ia melihat Bargi selesai memainkan ponselnya.

"Gak. Dia udah balik duluan"

"Bagus deh"

Akhirnya mereka semua pulang, dan meninggalkan Kia yang masih berada di rumah salah satu warga sekitar.

Kia masih memikirkan bagaimana caranya ia bisa pulang tanpa meminta bantuan pada Athar.
Ia teringat masih ada uang 100.000 yang ia letakkan di casing handphone nya.
Ia langsung berpamitan kepada Bu Sari.

"Bu, saya pulang dulu ya?"

"Loh pulang kemana neng?"

"Ke Jakarta Bu"

"Mau naik apa neng?"

"Naik bus bisa Bu?"

"Bisa neng, tapi kalau sekarang susah nyarinya. Mending besok pagi"

"Gapapa deh Bu. Saya pamit dulu ya Bu, makasih sudah mau menolong saya"

"Iya neng. Hati-hati yaa, kalau sampai malam belum ada kendaraan, neng bisa balik lagi kesini"

"Iya Bu"

Kia bersalaman dengan Bu Sari. Setelahnya ia berjalan untuk mencari angkutan umum yang bisa mengantarkannya sampai Jakarta.
Sore ini, jalanan sangat sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara kicauan burung-burung yang menambah suasana ketenangan pada sore hari itu.
Kia melihat pangkalan ojek di ujung jalan. Tak berfikir lama, ia mempercepat langkahnya.

"Mohon maaf pak, saya izin tanya"
Dengan nada bicaranya yang halus, Kia mulai berbicara dengan salah satu tukang ojek tersebut.

"Oh silahkan neng"

"Disini terminal ke arah mana ya pak?"

"Perempatan ini neng belok kiri. Sekitar 3 menit perjalanan, ada terminal disitu"

"Terimakasih banyak ya pak"

"Sama-sama neng"

Ketika Kia hendak pergi, hujan yang sangat deras mengguyur tubuhnya begitu saja.

"Maaf neng, gimanaa kalau saya antar?"

"Mohon maaf pak, tapi saya tidak memiliki cukup uang untuk naik ojek"
Jelas Kia dengan seadanya.

"Gapapa neng, 5 menit lagi udah sepi terminalnya. Apalagi hujan-hujan begini"

"Gapapa pak, saya berangkat sendiri saja"

"Mari saya antar"
Tukang ojek itu berdiri dan menyodorkan helm kepada Kia.

"Terimakasih banyak pak"

"Sama-sama neng"

Benar saja, setelah Kia sampai di terminal, disana sudah sepi. Dan rupanya bus jurusan Jakarta akan berangkat sebentar lagi.
Kia sangat berterimakasih kepada tukang ojek tersebut. Tadi saat bus akan melaju, tukang ojek itu berlari dan segera bertanya kepada sopir apakah masih ada satu bangku penumpang yang kosong?
Beruntunglah masih ada 2 bangku penumpang yang kosong, tukang ojek itu langsung menyuruh Kia untuk menempati salah satu bangku penumpang yang kosong. Setelah Kia mengucapkan terimakasih, tukang ojek tersebut perlahan pergi.

Disini Kia sekarang. Menikmati suasana sore dan perjalanan yang sangat menenangkan.

                                       •   •   •

"Neng, bangun. Sudah sampai"
Seorang laki-laki yang sudah berumur beberapa kali mengguncangkan tubuh Kia, agar gadis itu tersadar dari mimpinya. Benar saja, saat Kia membuka matanya, ia sudah berada di depan rumahnya.
Memang tadi Kia minta untuk diturunkan didepan rumahnya, dan ia rela membayar lebih untuk itu. Karena ia rasa tanpa mengambil uang dulu dari rumah, ia tak akan bisa membayar bus tersebut.

"Sebentar pak"
Kia segera masuk ke rumah untuk mengambil uang. Dan ketika keluar, ia menyodorkan 7 lembar uang seratus ribu kepada sopir bus.

"Loh neng banyak sekali"
Sopir bus tersebut kaget setelah menghitung uang yang diberikan oleh Kia.

"Gapapa pak, buat bapak aja"

"Terimakasih banyak neng"

Setelahnya, Kia kembali masuk ke rumahnya dan bersiap untuk diwawancarai oleh Athar.

"Kamu pulang naik apa?"
Tanya Athar yang sedang menonton televisi.

"Mobil bang, dianter temen"
Tak mau mendapat semakin banyak pertanyaan dari Athar, Kia mulai menaiki anak tangga yang menuju ke kamarnya.

"Lihat aja kalau bohong"
Kia mendengar teriakan Athar lantai bawah.

Kia terus berdoa agar Athar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya saat liburan.

                                      •   •   •

     Sebenarnya, hari ini Kia berencana untuk tidak masuk sekolah, karena badannya yang masih kurang mendukung untuk melakukan aktivitas pada hari ini. Namun, mengingkat bahwa ujian akhir semester akan segera hadir, ia langsung bersiap diri agar tidak terlambat sampai di sekolah.
Hari ini Kia berangkat ke sekolah dengan mengendarai mobil pribadinya, karena Athar tidak bisa mengantarnya.

"Eh gue kira lo udah ditelan buaya"
Saat berjalan di lorong kelas 11, tiba-tiba Kia mendengar ada seseorang yang berbicara kepadanya. Ia menoleh untuk memastikan siapa orang tersebut. Ternyata Flora lah orangnya.

Kia memilih terus berjalan tanpa menghiraukan perkataan Flora. Namun, Kina, Flora, dan Eirene masih terus mengikuti Kia dan mengejek Kia beberapa kali.
Saat masuk ke kelas, ia bertemu dengan Aleka dan langsung dihujani beberapa pertanyaan oleh Aleka.

"Ki, lo beneran kerjasama sama bang Athar buat nyulik Seren?"

"Engga Ka. Waktu itu gue aja ngga lihat Seren sama sekali"
Setelah mendengar jawaban dari Kia, Aleka terlihat berfikir.

"Eh bentar, lo tahu bang Athar dari mana?"

Kia tak habis pikir, kenapa semua siswa siswi di sekolah ini tahu tentang Athar dan menganggap seakan Athar adalah monster jahat yang akan menerkam mereka. Padahal Athar tidak pernah bersekolah disini.

"Jadi, 3 bulan yang lalu, Bang Athar datang ke sekolah ini nyari kak Devan. Nah, waktu itu Bang Athar nanya ke gue, ya gue kasih tahu lah dimana kak Devan, karena sebelumnya gue lihat kak Devan di lapangan basket. Terus Bang Athar nyamperin tuh, tiba-tiba waktu gue kesana mereka udah bertengkar aja. Apa sebabnya ngga ada yang tahu. Dan saat itu Kak Devan dibantu sama Kak Astley, Kak Ibdar, Kak Ravish, Kak Jivan, Kak Bargi, dan Kak Rayhan. Sementara Bang Athar sendiri. Dan lo tahu, yang dilarikan ke rumah sakit justru mereka ber-tujuh, bukan abang lo. Semenjak itu semua siswa siswi di sekolah ini takut sama bang Athar dan ada beberapa juga yang stalk gitu"

Setelah sekian lama bertanya-tanya, akhirnya Kia mengerti juga penyebab Athar terkenal di sekolah ini.

                                •   •   •



...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang