Happier than ever

255 17 4
                                    

    Kia membuka pintu almari pakaian miliknya, sehingga menampilkan beberapa gaun cantik yang ada didalam sana. Tangannya beralih memegang satu per satu gaun tersebut. Dan tangannya berhenti pada satu gaun berwarna hitam yang sangat ia rindukan. Bukan, bukan gaunnya. Namun si pemberi gaun yang saat ini jarang sekali ia temui. Ya, bundanya. Ia sangat rindu pelukan bundanya, ia merindukan kata kata penenang dari bundanya yang selalu berhasil membuatnya tenang. Bahkan, tak ada orang lain yang bisa membuatnya merasa lebih baik selain bundanya.

"Kia, udah ditunggu didepan tuh"
Teriak Athar dari depan kamar adik perempuannya itu.

"Iya bang, sebentar"

Malam ini ia dan beberapa temannya akan pergi ke pesta ulang tahun Kina. Rambut panjangnya yang tidak diikat, gaun berwarna hitam yang sangat cocok di badannya, dan heels pemberian dari Athar membuatnya tampil cantik dan elegan pada malam hari ini. Ditambah lagi dengan slingbag yang berwarna senada dengan gaunnya sehingga membuatnya terlihat sangat sempurna.

"Lo dijemput Devan?"

"Iya bang, gapapa kan?"

"Gapapa, tapi awas aja kalah sampai adik gue ini kenapa napa, gue ngga bisa biarin cowok itu hidup tenang"

"Yaudah gue berangkat dulu"

Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Devan melihat seorang wanita yang sudah ia tunggu sejak satu jam yang lalu. Tadinya ia ingin sekali mencaci wanita itu, karena membuatnya menunggu terlalu lama. Namun, setelah melihatnga didepan mata, keinginan untuk mencacinya tiba tiba hilang begitu saja.
Devan terpaku menatap gadis cantik yang sekarang sudah berdiri tepat didepannya.

"Van?"
Panggil Kia yang tidak mendapat balasan apapun dari Devan.

"Van?"
Devan masih menatap Kia, dan membuat Kia bingung sehingga ia harus meneliti lagi penampilannya. Apakah ada yang salah dengan penampilannya?

"WOY VAN"
Teriak Kia yang berhasil membuat Devan tersadar dari lamunannya.

"Sudah siap tuan putri?"
Tanya Devan sambil mengulurkan tangannya untuk menggandeng tuan putrinya pada malam ini.

"Lebay deh"
Walaupun pipinya sudah memerah, ia tetap berusaha terlihat biasa saja didepan Devan.

"Tapi serius, malem ini lo cantik"
Lagi, Devan mengeluarkan perkataan yang membuat Kia semakin ingin tersenyum sendiri.

Mereka bergegas untuk menuju ke lokasi pesta ulang tahun Kina. Dalam perjalanan, Kia tersenyum menatap jendela, berusaha menyembunyikan senyumnya dari Devan ketika ia teringat pujian Devan untuk dirinya.

"Lo juga ganteng banget Van"
Ucap Kia sangat lirih, hingga Kia berfikir bahwa Devan tak mendengarnya. Padahal baru saja Kia tak melihat senyum manis Devan yang terpancar di wajahnya.

Sambil menatap jalanan yang sangat ramai, Kia memikirkan beberapa hal yang tiba-tiba muncul di pikirannya. Salah satunya adalah tentang Devan. Ia tak mengerti bagaimana Devan bisa baik padanya, dan bagaimana Devan bisa jahat pada Kia di hari yang sama. Lelaki itu terlalu susah untuk ditebak.

"Van, gue mau tanya deh"

"Apa?"

"Kenapa lo baik sama gue?"

"Emang orang baik perlu ada alasannya?"

"Ya engga sih, tapi....."
Kia terlihat berpikir keras untuk melanjutkan kalimatnya. Ia belum merasa puas dengan jawaban Devan barusan.

"Kalo gue jahat nanti dosa gue makin banyak"

"Iya deh iya"
Akhirnya Kia memilih untuk diam.

Beberapa menit setelahnya, perjalanan mereka berdua ditemani oleh kesunyian di dalam mobil. Namun Devan langsung menyalakan lagu kesukaannya yang membuat Kia terkejut, ternyata lagu yang diputar Devan sama dengan lagu yang sering kali ia dengarkan. Happier than ever menemani perjalanan mereka pada malam hari ini.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang