i will always miss you

811 44 0
                                        

   Mereka tak percaya dengan apa yang dikatakan Devan. Tak mungkin Seren sudah meninggalkan mereka untuk selamanya. Ya, ia tak akan pernah kembali lagi. Seren benar benar sudah pergi.

"Lo kalau bercanda ngga lucu deh Van"
Dengan air matanya yang sudah mengalir, Eirene berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa Seren belum pergi untuk selamanya.

Eirene adalah gadis yang pendiam. Bahkan dengan Kina, Flora, dan Kia pun ia jarang sekali berbicara. Hanya dengan Seren ia nyaman untuk menceritakan semua masalah yang ia alami. Mereka berdua sering sekali keliling kota bersama. Ya walaupun hanya sekedar keliling kota, tidak untuk mampir di cafe atau di tempat tongkrongan lain.
Ayah Eirene sedang membuka cabang perusahaannya di Eropa, maka dari itu ayahnya jarang sekali berada di rumah, dan Seren yang selalu menemaninya. Dan Seren juga sering menemani Eirene untuk membeli novel.

Kina menangis. Ia sekarang berada di rangkulan Astley.

"Udah, Tuhan lebih sayang sama Seren. Dia udah tenang disana"
Astley mengelus punggung Kina, berusaha menenangkan.

Sedangkan Kia, Flora, dan Eirene mereka duduk di kursi. Mereka menangis. Flora dan Eirene menangis di pundak Kia.

Dan yang lainnya berusaha menenangkan dirinya sendiri, menenangkan Devan, dan menerima kenyataan bahwa Seren sudah meninggalkan mereka.

"Gue ngga bercanda. Gue ngga bakal maafin Tio"
Devan berjalan menuju parkiran, namun Ravish segera mencegahnya.

"LEPASIN GUE!!!"
Devan berusaha melepaskan genggaman Ravish di jaket milik Devan.

"Lo mau kemana?"

"Gue mau Tio tanggung jawab sama perbuatannya ini, Rav"

"Terus lo mau nyamperin dia sekarang?"
Ravish bertanya lagi, ia tak ingin Devan salah langkah.

"Iya. Udah lepasin gue!"

"Hahahaha, kalau lo ke tempat Tio sekarang, emang Seren bakal balik? Kalau lo kesana sekarang, itu artinya lo cuma nambahin masalah, bego"

"Seren itu satu-satunya cewe yang bisa ngertiin gue. Bahkan mama gue sendiri ngga bisa ngertiin gue. Gue ngga mau kehilangan dia Rav"
Air mata Devan lolos, mengalir begitu saja. Ya, Devan menangis. Perempuan yang ia cintai setelah mamanya, kini sudah pergi untuk selama-lamanya. Dan tak akan pernah kembali lagi.

Devan segera memberi kabar kepada kedua orang tua Seren. Walaupun ia tahu, orang tua Seren pasti tak perduli sekalipun Seren sudah meninggal.

"Om, Seren udah ngga ada"
Suara Devan bergetar menahan tangisnya.

"Baik. Saya akan mengirim orang untuk mengurus pemakamannya".
Laki-laki tua itu benar-benar tidak merasa kehilangan anak gadisnya.

"Ngga perlu. Saya dan teman-teman yang akan mengurus".
Devan tak habis pikir. Mengapa disaat Seren meninggal kedua orang tua Seren tidak ada yang perduli. Bahkan mereka tidak mau melihat Seren untuk terakhir kalinya.

Seluruh anggota Caztor, Starwolf, dan Pasgamov mengantarkan Seren ke tempat peristirahatan terakhir. Kecuali Athar dan Arvan. Arvan menunggu Athar di rumah sakit, ia mempersilahkan Kia untuk ikut mengantarkan Kia, dan ia berjanji pada Kia akan menjaga Athar.

Seren dimakamkan di Jakarta. Ambulance yang membawa Seren, kini sudah ramai dengan anggota Caztor, Starwolf, dan Pasgamov.

                                  •   •   •

     Devan ikut menguburkan Seren. Selama proses pemakaman, tidak ada satupun keluarga Seren yang datang. Bahkan kedua orang tuanya pun tidak terlihat berada disana.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang