Brigitte Kizia Jazziel. Gadis itu sedang duduk di samping brankar rumah sakit, dimana kakaknya terbaring tak berdaya. Ia selalu berharap agar Athar cepat sembuh dan dapat menemani hari-harinya lagi seperti dahulu. Athar adalah seorang kakak yang baik. Ia sangat perhatian terhadap Kia. Namun, ia memiliki emosi yang tidak dapat dikontrol, jadi kapanpun itu ia bisa melukai Kia.
Arvan menatap Kia dengan sangat iba. Gadis yang didepannya itu sangat tidak pantas untuk disakiti. Terlebih dengan keadaan Athar yang seperti sekarang ini, membuat gadis itu harus menanggung semuanya sendirian."Ki, lo udah makan?"
Arvan berusaha memecah keheningan yang ada di ruangan tersebut."Belum kak"
Kia menjawabnya dengan singkat, dan dengan pandangan yang tak terlepas dari wajah tampan yang dimiliki kakaknya."Lo tunggu sini, gue beli makan dulu"
Arvan beranjak pergi dari sana, namun genggaman Kia berhasil menahan pergelangan tangannya."Kenapa?"
Tanya Arvan lagi."Gue ngga laper. Nanti malah ngga kemakan"
"Lo harus makan. Kalau lo sampai sakit, siapa yang jagain Athar?"
Kia terlihat berpikir sejenak tentang apa yang diucapkan Arvan barusan."Okedeh"
Arvan pergi ke salah satu restoran yang berada di dekat rumah sakit tersebut.Sementara Kia masih terus memandangi Athar dan tiba-tiba jari Athar sedikit menunjukkan pergerakan. Tanpa berpikir lama, ia langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan kakaknya.
Dengan perasaan yang campur aduk, Kia menunggu di ruang rawat inap tersebut. Kia melihat banyak orang yang berlalu lalang disana. Ada yang berusaha menahan sakit yang ada di tubuhnya, ada yang menangis karena salah satu orang yang disayanginya tak sadarkan diri. Ya, sama seperti dirinya sekarang.Tak lama kemudian, dokter membuka pintu ruang rawat tersebut dan langsung disambut dengan beberapa pertanyaan oleh gadis cantik yang bermata kecoklatan itu.
"Gimana keadaan kakak saya dok? Apa dia baik baik saja? Atau memerlukan tindakan yang lebih lanjut?"
Bukannya menjawab pertanyaan Kia, dokter yang memeriksa Athar tadi justru tertawa mendengar nada bicara yang sangat khawatir dari gadis tersebut."Keadaan kakak kamu sudah membaik, ia sudah sadarkan diri"
Tanpa berbicara apapun, Kia bergegas masuk ke ruang rawat kakaknya itu."Oh iya satu lagi"
Perkataan dokter laki-laki itu membuat Kia menghentikan langkahnya sejenak."Kakak kamu tidak perlu tindakan lanjut"
Setelahnya dokter tersebut pergi dari hadapan Kia.Ia melanjutkan langkahnya dan menemui Athar. Benar saja, diatas Athar sudah tersenyum lebar diatas brankar tersebut dan juga tidak banyak peralatan medis yang menempel ditubuhnya, seperti sebelumnya.
Athar tertawa melihat wajah Kia yang bingung sekaligus khawatir. Adiknya memang sangat menggemaskan."Bang kok ketawa sih"
Kia melanjutkan langkahnya setelah terhenti karena tawa Athar. Ia memeluk tubuh Athar yang kini sudah terasa lebih baik dari sebelumnya."Lucu banget kamu"
Athar mengacak rambut adiknya. Dimata Athar, Kia tetaplah anak anak yang berusia 7 tahun, yang masih sering mengadu kepada kakaknya jika ada yang berbuat jahil kepadanya."Bang, Kia tuh khawatir banget tauuuu!!!!"
Air mata Kia menetes. Ia terharu melihat Athar membuka matanya dan bisa tersenyum lagi."Abang gapapa. Sini peluk lagi"
Athar mengulurkan tangannya agar adiknya memeluknya kembali. Athar sangat rindu dengan pelukan Kia, begitupun sebaliknya.
Kia kembali memeluk Athar dengan sangat erat."Aduh aduh sweet banget sih"
Tiba tiba suara seorang laki-laki mengejutkan keduanya. Dan membuat Kia langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Athar.
![](https://img.wattpad.com/cover/281411780-288-k65495.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
...
Teen FictionBrigitte Kizia Jazziel, seorang gadis yang mencintai laki-laki yang tidak mencintainya. Perasaan itu sudah ia simpan selama 9 tahun. Namun ia tidak berani mengungkapkan. Devansha Ouranos Mandara, laki-laki yang sangat disegani oleh 250 anggota...