Sesosok dewa dengan rambut terkuncir dan setitik tanda di dahinya, berjalan menghampiri [Y/n] yang duduk di bangku taman. Ia memakai singlet dengan motif kelinci tanpa rasa malu. Ditambah lagi ia juga memakai kacamata modern, sembari mengisap permen cola dengan nikmatnya.
Dewa itu duduk di samping [Y/n], tanpa menyapanya. Memainkan tongkat permen yang sedang ia isap, tanpa sedikit pun melirik [Y/n] yang termenung. Sesekali dewa itu pun membenarkan posisi duduknya, terkadang juga ia sengaja menyenggol [Y/n].
"Kak Buddha tidak menonton pertandingan?" tanya [Y/n] canggung, hendak membuka percakapan tetapi pertanyaan itu malah mengiris perasaannya sendiri.
"Tidak." Dewa yang tak lain bernama Buddha itu menjawab sembari meledek. "Termenung seperti itu, Kau sedang jatuh cinta dengan dewa apa, [Y/n]-chan?"
[Y/n] berpikir Buddha sedang ingin menghibur dirinya, tetapi rasanya perkataan Buddha saat ini tak dapat diterima hati. "Tidak jatuh cinta."
"Lantas mengapa Kau tidak mendukung pria lautan itu? Sekalipun dia dewa, dia membutuhkan dukunganmu, 'kan?" Buddha melirik, dan [Y/n] tersenyum masam.
"Dewa tak mengumpulkan pasukan, dewa tidak berkomplot, dewa tidak saling mengandalkan. Itulah dewa. Kita adalah makhluk sempurna sejak awal. Kami tidak butuh teman." [Y/n] mengulangi setiap ucapan angkuh Poseidon. "Lantas apakah dewa angkuh dan berkhianat sepertinya butuh dukunganku?"
Buddha menghembuskan napas panjang, ia berdiri membelakangi [Y/n]. Lantas menoleh dan berkata, "Hmm, aku tak mengerti mengapa kau menyebutnya berkhianat. Dan aku sudah lupa bagaimana perasaan dan rasanya hubungan ayah dan anak itu karena terbiasa sendiri. Namun menurutku, jika memang menonton Poseidon tidak membuatmu bahagia, maka aku menyarankanmu untuk tetap tidak menontonnya. Bagaimanapun juga, kebahagiaan dirimu sendiri itu penting, [Y/n]-chan."
[Y/n] tak menjawab. Buddha menyipitkan mata, sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya. "Berkhianat, ya? Jika Poseidon senang melakukan itu mengapa Kau tak terima itu? Ya..., mungkin bagimu memang menyakitkan sih bilamana dikhianati, tetapi pasti Poseidon memiliki alasannya, bukan? Poseidon menyayangimu, aku tahu itu. "
(Buddha, Gautama Siddhartha )
***
[Y/n] berdiri di dekat area penonton dari pihak dewa. Tangannya mengepal dengan kuat, kakinya gemetar. Isi pikirannya bertengkar satu sama lain. Satu pikirannya berpikir bahwa ucapan Buddha itu hanyalah karangan, tetapi satu pikirannya yang lain adalah tentang bagaimana jika yang dikatakan Buddha adalah sebuah kebenaran.
Ada perasaan sesak di dada, sungguh ia tak kuat dengan keadaan ayahnya di arena Valhalla. Poni sang ayah terpotong, beberapa bagian tubuhnya penuh goresan luka. Meskipun sang ayah terus maju, meskipun ayahnya penguasa lautan, tetapi bagaimanapun juga, ia akui bahwa manusia itu—Sasaki Kojiro adalah orang yang tangguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Demi God [ Qin Shi Huang x Reader] || Record of Ragnarok
Fanfiction[Qin Shi Huang x Reader] [Y/n] adalah anak terakhir Sang Tiran Lautan yang mengalami mutasi kekuatan. Di mana, di antara keluarganya hanya ia yang memiliki perubahan kekuatan yang dianggap sebagai kelebihannya. Yaitu kemampuannya untuk menyembuhkan...