25. Munculnya 7 Pangeran Iblis

368 67 6
                                    

Qin menjauhkan pedangnya dari jangkauan Alastor. Sebelum pedang rapier milik sang dewa pembalas tersebut benar-benar menebasnya. Pria penyandang gelar kaisar tersebut, enggan untuk menggunakan pedangnya sebagai tameng. Karena ia tahu, [Y/n] belum mampu menahannya dan itu hanya membunuh gadis yang ia cintai. Meskipun mereka bisa hidup berkali-kali, tetapi mati itu sangatlah menyakitkan untuk dirasakan. Dibanding [Y/n] yang merasakan kematian itu, lebih baik Qin saja yang mati.

Namun, akankah dewi yang sering disebut muda dan mencintai manusia tersebut ... membiarkan Qin begitu saja?

"Lakukanlah apa yang kau mau"

Ucapan Buddha seringkali menghampiri relung jiwa gadis itu. Ia melawan kehendak kaisar, yang enggan untuk memakai dirinya. Dengan sekuat tenaga ia melawan, akhirnya sampailah dirinya yang dalam bentuk pedang itu, membentuk horizontal dan menahan serangan Alastor. Meskipun pedang itu terbelah dua, meskipun tubuhnya terbelah dua, dan meskipun untuk kedua kalinya ia mati. Asalkan itu demi orang yang ia sayang, ia tak masalah.

"[Y/n]!" seru Qin, histeris. Dirinya meloncat mundur, menjauhi Alastor yang menyeringai. Tangan dan mata sang kaisar bergetar. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ah, rasanya dia ingin menunjukkan sisi lemahnya sebagai pria lagi sekarang.

Alat yang berbentuk pedang itu, berubah menjadi sosoknya yang asli. Menampilkan [Y/n] dengan badannya yang terbelah dua. Qin sadar betul ia telah menjadi pria yang gagal melindungi gadisnya. Matanya dapat merasakan, kesakitan yang amat sangat, yang dirasakan gadis itu. Namun dadanya lebih sakit ketika gadis itu tersenyum diambang kematiannya.

"Terima kasih karena telah memberiku kesempatan untuk menebus kesalahaanku, Ying Zheng," ujar [Y/n] di tengah senyumannya. Setelah mengatakan itu, ia seperti berbicara sesuatu yang siapapun tak bisa dengar.

"[Y/n]...," panggil Qin, lirih.

Ketika seluruh tubuh [Y/n] tenggelam di genangan darah, Alastor kembali menerjang seorang Qin Shi Huang yang rapuh. Saat pria itu melancarkan serangannya dari atas, mata bintang Qin Shi Huang mendongak. Mulutnya menggembung dan melempar peluru angin andalannya.

"Cih, kekuatan itu lagi! Takkan mempan kepadaku," ujar Alastor, mendecak, lantas menghindar. Sang kaisar tak menggubris ujarannya, tatapannya sangat dingin sekarang. "Huh, kau tahu, wahai manusia? Wanitamu takkan beregenerasi lagi sekarang. Apakah kau akan menyerah sekarang? Jika kau menyerah, aku akan mengampunimu. "

"Zirah form," ujar Qin, dingin. "Seorang raja tidak akan pernah ragu. Seorang raja tidak akan pernah membungkuk. Seorang raja tidak akan pernah mengandalkan siapapun. Seorang raja tidak akan menyerah."

"Ying Zheng, kau dengar aku?" tanya Ibu [Y/n] dari balik kalung yang Qin pakai. "Coba kau perhatikan perut Alastor. Di sana ada gumpalan kecil berwarna senada dengan bajunya. Jika kau memecahkan gumpalan itu, orang-orang yang mati di sini akan kembali beregenerasi. Termasuk [Y/n]."

Qin mengangguk. Ia mengambil napas dari mulutnya. Lalu menghindar dari setiap serangan Alastor. Beberapa kali ia juga menangkis serangan sang dewa pembalas dengan kedua tangannya.

"Huh..., tetapi sepertinya kaisar tampan ini sedang membutuhkan bantuanmu sekarang, [Y/n]," gumam Qin, menyeringai hingga menunjukkan sebagian kecil gigi-giginya yang rapi. "Seorang kaisar selalu melakukan apapun yang ia mau, sekalipun mencintai dewi ... dan meminta dewi tersebut kembali ke tangannya. "

"Ying Zheng, awas!" seru Ibu [Y/n]. Qin melirik ke serong kanan, mengabaikan Alastor yang siap melancarkan serangannya lagi dari depan.

Tangan kanan sang kaisar, menangkap sebuah pedang panjang yang memutar dan melayang ke arahnya. Pedang itu adalah pedang yang terkenal pada zaman kekaisaran China, yang tak lain adalah pedang bermata ganda dari China. Orang-orang biasa menyebutnya sebagai Pedang Jian.

Tepat saat itu, dalam sekejap mata, sang kaisar menebas perut Alastor dari kanan ke kiri. Memecahkan sebuah gumpalan yang menjadi arahan sang calon ibu mertuanya. Alastor mendelik, ia berteriak. Merasakan sensasi tubuhnya yang menuju kematian entah untuk ke berapa kalinya.

"Jurus pencipta, segel untuk setengah tubuh Alastor." Untuk kedua kalinya [Y/n] menyebutkan mantra penciptanya. Saat itu juga, setengah tubuh Alastor terkurung oleh sebuah balok yang tiba-tiba muncul. Usai itu, balok tersebut mengecil dan menghampiri [Y/n]. Sang dewi yang menyeringai itu pun berubah kembali menjadi bentuk aslinya, menerima balok itu dengan senang hati.

"Ah, Alastor, kau sangat tampan dengan tubuhmu yang tersisa setengah!" seru [Y/n], wajahnya penuh gairah sekarang. Ekspresinya itu tidak hanya membuat Alastor murka, ia juga sukses membuat Qin murka. Pasalnya, [Y/n] haruslah menjadi milik Qin. Wajah gairah itu hanya boleh diperuntukkan untuk dirinya. Bukan orang lain, apalagi Alastor.

"[Y/n], kau benar-benar membuat-"

"Bercanda! Dasar kaisar egois!" seru [Y/n], menjulurkan lidahnya ke Qin. "Ngomong-ngomong Ying Zheng, tadi ekspresimu boleh juga."

"Jadi, kau sengaja maju dan pura-pura mati di depanku?"

"Mana mungkin!" jawab [Y/n], menahan tawa. Setelah menahan tawa, matanya berbinar. "Aku benar-benar hampir mati loh tadi! Sedetik saja aku tidak melakukan kekuatan penyembuhan, aku pasti tersegel! Untungnya Alastor benar-benar berpikir kalau aku sudah mati!"

"Jadi, kau sebenarnya sudah melakukan penyembuhan saat aku terpojok tadi?"

[Y/n] memalingkan wajahnya. Tangannya menutup mulutnya yang tersenyum lebar. "Hehehe... habis kau bilang kalau raja tak mengandalkan siapapun. Jadi, ya sudah aku tak ingin kembali ke genggamanmu. Ya..., meskipun ujung-ujungnya kau menyerah pada prinsipmu."

"Huh, kau benar-benar mempermainkanku," ujar Qin, memejamkan matanya sejenak sembari tersenyum. Setelah itu ia menatap dalam [Y/n], tangannya mengacak-acak rambut gadis itu. "Aku senang kau baik-baik saja sekarang. Saat terbelah tadi, kau merasa sakit yang amat sangat, kan? Pulang nanti, sepertinya aku akan meminta pelayanku untuk membuat makanan mewah demi kamu—"

"Ying, kau lupa kalau kita akan hidup selamanya di sini?" tanya [Y/n] tertawa, Qin langsung menepuk dahinya. "Kau akan hidup abadi di sini. Jadi aku tak perlu berlatih untuk mencegahmu mati."

"Jadi itu niat busukmu?" tanya Qin, ikut tertawa. "Dari awal bertemu, kamu selalu saja bertindak di luar nalarku, Nona Cantikku. Ngomong-ngomong aku seperti merasakan ada yang tak be—"

Tepat saat Qin berkata, sebuah pedang yang dahulu merupakan milik Alastor, hendak membelahnya. Saat itu juga sang dewa laut dan dewa kematian menahan ayunan pedang itu dengan cepat dan serempak. Kedua dewa itu, akhirnya menunjukkan taring mereka.

"Ceroboh sekali kau, Kawanku," komentar sang dewa kematian, meringis. Mata Qin berbinar.

"Jika kau ceroboh seperti itu, kau dengan anakku hanya menjadi dua makhluk ceroboh yang bersatu." Seperti biasa, sang dewa laut berkata dengan wajah datarnya. [Y/n] yang disebut sebagai orang ceroboh oleh ayahnya sendiri, wajahnya langsung memerah.

"Akhirnya kau menampakkan wujudmu ya, pria tampan penuh kebohongan," ujar Hades menatap pria yang serangannya tengah ditahan. "Selama ini aku bingung, bagaimana bisa tujuh iblis bekerja sama dengan dewa padahal mereka sudah tunduk kepadaku. Saat itu Beelzebub yang merupakan anggota tujuh pangeran iblis pun melindungi Dewi Pencipta. Aku pun sontak berpikir, bahwa itu adalah dirimu. Iblis kuat yang dikatakan telah menghilang puluhan ribu tahun yang lalu, dan memakan enam saudara kandungnya, demi mendapatkan kekuatan yang luar biasa. Abaddon, si penghancur. "

"Kau mengenalku, ya, Hades." Abaddon menyeringai. "Tapi mencoba melawanku adalah sia-sia, karena anak Poseidon dan manusia di belakang kalian sudah menjadi bawahanku."

— bersambung —

First Published : Tue, Jun 7, 2022
Jangan lupa vote dan komen ya semuaaa❤️

✔ Demi God [ Qin Shi Huang x Reader] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang