07. Surat untuk Raja Heilheim

593 109 19
                                    

[Y/n] berjalan kian kemari di depan bangunan milik dewa yang terkenal juga sebagai raja para dewa. Zeus? Bukan, Zeus lebih terkenal sebagai ayah para dewa bukan raja para dewa. Lagipula, dewa ini memiliki rambut dan janggut hitam panjang. Ditambah lagi ia sering memakai pakaian hitam dan memakai penutup mata ala bajak laut di mata kirinya.

Tangan kekar menepuk bahunya, membuat [Y/n] tersentak. Ia pun menoleh, menatap pria berambut merah, dengan badan tinggi  nan berotot, serta palu besar yang bertumpu di bahu. Ia adalah dewa petir sekaligus anak dari raja para dewa.

"Tuan Thor, ya?" [Y/n] tersenyum dan membalikkan badannya.

"Thor saja cukup," protes pria sedikit menunduk, agar bisa menatap wajah [Y/n] yang jauh lebih pendek darinya.

"Thor saja cukup," protes pria sedikit menunduk, agar bisa menatap wajah [Y/n] yang jauh lebih pendek darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, maaf mengganggu. Aku ada keinginan untuk datang ke Helheim untuk menyampaikan sesuatu pada Tuan Hades, tetapi seperti yang kau tahu, kan? Kekuatanku saat ini mustahil sekali untuk bisa membuka gerbangnya...," lirih [Y/n]. "Jadi, setauhuku Tuan Odin akan berangkat ke Helheim. Barangkali beliau mau mengantarkan suratku ini untuk Tuan Hades."

Thor kini menatap tangan [Y/n] yang memang benar sedang memegang sebuah surat. Ia pun mendengkus, sadar betul bahwasannya [Y/n] memanglah belum mampu untuk ke dunia iblis yang mengerikan itu, bahkan ia membuka gerbangnya saja tidak mampu. Tak ada alasan Thor mengelak permintaan dewi yang masih ia anggap sebagai seorang bocah itu, lagipula Hades adalah paman gadis itu.

"Ikuti aku." Thor berjalan, mendahului [Y/n]. Mereka memasuki gerbang besar yang sudah biasa [Y/n] lihat di kediamannya.

Di istana itu terdapat barisan prajurit yang di tengah belakangnya terdapat Odin--sang raja para dewa--dengan dua burung yang berwarna hitam dan putih, yang selalu ada dipundaknya. Odin menatap gadis itu datar, ia menopang pipinya hingga posisi kepalanya agak sedikit miring ke kanan.

"Tuan Odin, mohon bantu aku!" seru [Y/n] penuh harap.

"Tidak mau. Anak pecundang sepertimu rupanya masih tidak malu ya menampakkan diri?"

Setelah hampir dua jam di hadapan sang raja para dewa, [Y/n] mengacak-acak rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah hampir dua jam di hadapan sang raja para dewa, [Y/n] mengacak-acak rambutnya. Ia frustasi. Tak tahu lagi dengan cara apa ia bisa membujuk Odin untuk mengantarkan suratnya kepada Hades. Mulai dari hutang budi, permohonan, siap membagi harta bahkan siap menjalani apa yang Odin inginkan. Namun, raja para dewa itu tetap enggan membantu. Alih-alih membantu ia malah selalu meremehkan [Y/n] dengan kata-kata yang tak jauh dari arti 'pecundang'. Lama-lama dia bisa kena mental. Lagipula ayahnya kalah itu bukan berarti Poseidon lemah! Cukup muak [Y/n] mendengar hinaan itu.

✔ Demi God [ Qin Shi Huang x Reader] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang