20. Amarah

361 68 8
                                    

"Penyangkalan. Amarah. Tawar-menawar. Depresi. Dan menerima kenyataan. Aku pernah membacanya, lika kata tersebut merupakan tahapan dari kesedihan."

-----

Qin meringis. Tubuhnya yang terlentang, terasa sangat berat. Terlebih punggungnya yang sedari tadi tak terbalut kain tersebut, menghantam daging kenyal berbau amis.

"Huh, tempat menjijikkan lagi," eluh Qin sembari memfokuskan matanya. "Berat seka-"

Sang kaisar terbelalak, menatap [Y/n] yang menimpa tubuhnya. Mata sang dewi muda terpejam. Pipinya menempel pada dada bidang bagian kanan sang kaisar yang tak terbalut kain. Wajah menawannya membuat kaisar pertama China tersebut memerah. Ia yakin, sebelumnya ia tak pernah memasang wajah semerah itu.

Aku benar-benar dibuat tak berdaya olehnya ... bu hao, dia harus tanggung jawab nanti, batin Qin terkekeh masam. Ia mengusap kasar wajahnya. Ia mengakui kekalahannya. Tangannya yang lain pun mengusap punggung anak bungsu sang dewa lautan tersebut. Rasanya sudah lama aku tak menghabiskan waktu dengan Nona Cantik nan rewel ini.

[Y/n] membuka matanya. Mengedipkannya berkali-kali, menunggu kesadarannya pulih sepenuhnya. Penglihatannya yang kabur pun perlahan kembali. Usai melihat hadapannya, ia tersenyum masam, rupanya ia berada di tempat yang menggelikan lagi.

Sang dewi muda pun merubah posisi tubuhnya menjadi merangkak. Ia mendongakan wajahnya sedikit, usai dirinya melihat dada bidang serta berotot yang sejak tadi ia tindih. Wajah dengan tato kelabang di mata kanannya itu tersenyum, menyambut ramah tatapan sang dewi.

Wajah [Y/n] memerah. Matanya mendelik. Tubuhnya gemetar, enggan untuk mempertahankan posisinya. Jantungnya pun terasa ingin lepas dari tempatnya. Ia cepat-cepat bangkit dari posisi merangkaknya, menjadi berdiri dan mundur beberapa langkah. Wajahnya yang sudah sangat memerah--mungkin hampir gosong--itu pun langsung membuang muka. Sepertinya di alam hampa ini, baru pertama kali seorang Qin Shi Huang berhasil membuat salah tingkah [Y/n] sampai sebegitunya.

"A--apa yang kau laku--" seru [Y/n], ia sadar jika posisi jatuh mereka bertindihan, berarti Qin bisa merasakan beberapa lekukan tubuh sang dewi. Itu membuatnya semakin salah tingkah. Namun cepat-cepat Qin bangkit dan menutup mulutnya. Giginya saling bertaut, matanya terbuka lebar-lebar, giginya saling bertautan. Wajahnya memerah sekarang. Letak jatuh mereka tak bisa diatur sesuai keinginannya. Makanya ia menyebut dirinya tak berdaya tadi. Tatkala matanya bertemu dengan mata [Y/n], dirinya mengisyaratkan untuk menjaga rahasia mereka yang memalukan itu.

Usai di rasa bahwa [Y/n] telah tenang, Qin membuka bekapannya. Ia menghembuskan napas panjang, lantas memalingkan wajahnya. [Y/n] pun menghembuskan napas dengan tempo cepat berkali-kali, berusaha membenarkan udara yang ia hirup.

Tempo detakan jantung [Y/n] mulai kembali normal, ia pun menghembuskan napas panjang. Lantas mengatur kesiapan tenggorokannya, sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan kepada Qin dengan nada dan tatapan dinginnya, "lalu, bagaimana cara kita keluar dari sini?"

Qin yang menatapnya, kini memegang dada kirinya. Entah mengapa, sejak berada di alam hampa, ia terus merasakan sengatan tersebut. Bahkan terekspos jelas, bahwa dada bidang kirinya kian membiru, mungkin saja bagian tersebut sebentar lagi menghitam karena tersengat berkali-kali. Senyuman sang kaisar pun hilang.

✔ Demi God [ Qin Shi Huang x Reader] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang