18. Sosok Hitam

405 73 5
                                    

"Ia adalah sosok yang menjadi dalang berubahnya seluruh tampilan alam hampa. Ia ... adalah dewa yang tak pernah diinginkan."

-----

"Kau kenapa di sini?" tanya [Y/n], mengulangi pertanyaannya.

Qin meringis. "Aku bunuh diri."

"Begitu, ya," jawab sang dewi muda, tanpa mengubah nadanya. Qin memperlebar senyumannya dan tepat saat itu, bunyi yang sangat renyah menyertai [Y/n] dan dirinya selama sepersekian detik. Meninggalkan bekas kemerahan di pipi kiri Qin dan tangan kanan [Y/n]. Dahi dewi muda itu mengerut, alisnya menukik, giginya menggertak. Sementara Qin hanya termangu.

"Kau gila!" Itulah kata-kata yang dikeluarkan [Y/n], di tengah ketegangan di antara mereka. Alih-alih mendengar perkataan dewi di hadapannya, Qin justru meraba pelan pipinya yang terasa sakit dan panas itu. "Nyawamu itu berharga tau! Kau menyia-nyiakan hidupmu yang bisa saja abadi tanpa kekuatanku dan bahkan kau menyia-nyiakan kebersamaanmu dengan Alvi—lupakan!"

Dia ... menamparku? tanya Qin, dalam lubuk hatinya.

"Ying Zheng, kau dengar tidak, sih?" tanya [Y/n], namun tak ada jawabannya. "Ah, sudahlah! Aku pergi saja."

[Y/n] bangkit dari duduknya. Ia melihat sekilas menatap liontin yang kini menggantung di lehernya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya.

"Bu hao ... meninggalkanku seperti itu." Qin bangkit dari duduknya. Pria itu kini mengikuti [Y/n] dari belakang, tanpa mengurangi wibawanya. Ia menautkan kedua tangannya di belakang tubuh. Sembari berjalan santai, tak mengejar sama sekali dewi muda yang melangkah cepat.

Suasana melengang. Suara pijakan kaki pun sama sekali tak terdengar. Tak ada suara serangga-serangga kecil di alam hampa. Yang mampu mereka dengar hanyalah suara manusia ataupun dewa yang berada di sana.

Di tengah kelengangan itu, [Y/n] menghentikan langkahnya. Matanya berkedut. Dan akhirnya ia membalikkan badannya dengan cepat, menatap Qin yang masih mengikutinya. Pria yang ia tatap, justru tersenyum lebar.

"Apa ada masalah?" Itulah pertanyaan yang dilontarkan oleh Qin.

"Ini gelap, loh! Kau tidak lihat kalau aku berjalan asal?" tanya [Y/n] dengan nada sedikit tinggi. Qin menyeringai, ia tak mampu menahan rasa ingin menjatuhkan harga diri dewi muda sekaligus orang yang ia sukai itu.

"Tenang saja, aku bisa melihat meski kau tak memperhatikan langkahmu. Aku yakin, di depan sana ada patung pria berotot besar dengan tato di sebagian tubuh dan terdapat kereta jelek yang dikendarai dua kuda di sisinya," jelas Qin, dengan nada bercanda. [Y/n] menyipitkan matanya, tak percaya. "Jangan-jangan kau mendadak buta?"

[Y/n] mendengkus, ia melanjutkan perjalanannya. Sembari berjalan, jarinya mengeluarkan air yang dilapisi cahaya hingga membentuk bulatan kecil. Ia gunakan kekuatannya itu, untuk menerangi kegelapannya. Usai itu, dirinya tanpa sadar menatap patung yang tak asing baginya. Ciri-ciri yang Ying Zheng ucapkan benar, ada Kak Heracles di dekat kami. Tapi bisa-bisanya dia tak kenal Kak Heracles!

"Apa ada masalah?" tanya Qin lagi. Cepat-cepat [Y/n] menggeleng. "Namun, sepertinya memang ada masalah."

Qin memasang kuda-kuda. Sementara [Y/n] mengedarkan pandangannya sembari terheran-heran mengapa pria itu memasang kuda-kuda. Ditambah wajah Qin yang sempat ceria, seketika berubah menjadi serius.

"Dia datang," Qin menginterupsi kebingungan sang dewi muda. Raut wajahnya semakin serius.

Ruang hampa yang gelap dengan cepat tergantikan oleh daging-daging yang menjalar di segala sisi. Baik permukaan, dinding, maupun langit yang tak dapat digapai. Daging-daging itu beraroma amis dan membuat permukaan tak rata. Sampai-sampai [Y/n] dibuat hampir tergelincir olehnya. Qin melesat cepat melalui [Y/n]. Tangan kirinya menarik baju [Y/n] dan menggendongnya ala bridal style.  Lantas ia membalikkan badannya, membawa [Y/n] untuk menjauhi tempat tersebut.

"Aku punya firasat buruk tentang ini," Qin berkata serius.

***

Sesosok berkulit hitam legam menyeringai, menampilkan hampir seluruh giginya, termasuk dua taring atasnya. Tangan kirinya memegang pedang tipis nan panjang, berbalut darah segar milik [Y/n]. Perlahan, mata pisau pedang yang terbalut darah itu ia dekatkan ke indra perasanya. Indra itu menjalar, menikmati setiap tetes darah milik sang dewi.

"Ah..., inilah yang kuinginkan! Darah yang sama dengan darah wanita yang mengkhianatiku!" sosok itu berseru, penuh gairah. "Aku pasti akan menyiksanya! Aku pasti akan menyiksanya! Aku pasti! Menyiksanya! Kalau dia tidak mau, aku pasti akan menikahinya! Tapi sebelum itu-"

Ia menggantungkan perkataannya sendiri. Mata birunya yang berubah menjadi merah, seketika melirik dewa rambut perak dengan cat kuku hitam di seluruh kukunya. Dewa dengan tato daun di dahinya itu tak sadarkan diri, sebagian tubuhnya mulai bersatu dengan permukaan yang dilapisi daging. Namun itu bukanlah penghalang bagi zat gila itu, ia menarik rambut sang dewa kematian. Menyeringai tepat di samping wajah sang dewa.

"Ah, Hades! Sudah lama kita tak berjumpa," sapa sosok itu, sementara sang raja kematian tetap diam dalam ketidaksadarannya. "Cih, bangunlah!"

Sosok itu mengangkat paksa tubuh Hades yang menempel pada permukaan berlapis daging, lantas membanting tubuh dewa kematian itu dengan kasar. Ia berkali-kali melontarkan kata-kata yang sulit dimengerti. Kaki kanannya tak henti-hentinya menghentak di atas perut Hades.

Perilaku gilanya yang berlangsung selama lima menit itu, seketika buyar di kala air dengan puluhan liter mengguyur dirinya dan Hades. Zat yang tempo lalu bergembira tersebut, langsung menatap tajam dan membalikkan badannya. Menatap dewa lain berambut kuning, nan tak lain adalah sang adik dewa kematian.

"Menjauhlah dari Hades!" seru Poseidon, dengan tangan kiri yang masih membentang akibat merapalkan kekuatan airnya. Mata sang tiran lautan, seketika menajam. Memancarkan aura penuh kegelapan yang membuat siapa saja merinding. Ia membiarkan kekuatan yang baru saja ia rapalkan terserap oleh daging-daging amis itu. "Kau—!"

Zat itu perlahan berubah di tengah seruan Poseidon yang terbelalak. Menampilkan pria dengan kulit putih pucat dan rambut perak ikal. Ia memiliki tubuh ramping dan tinggi yang menyamai Qin Shi Huang. Pakaiannya formal ala bangsawan dengan warna serba putih. Jika kalian berpikir itu Hades yang habis menyamar, maka kalian salah besar.

Ia memiliki mata biru laut disertai dengan pedang panjang namun tipis yang biasa disebut pedang rapier di tangannya. Tatapannya tajam, melebihi tatapan Poseidon. Keangkuhannya lebih tinggi daripada seorang Qin Shi Huang. Dan wibawa kematiannya lebih kental dari pada Hades. Ialah sosok yang menjadi latar belakang terbuatnya dunia hampa.

Sosok yang sering disebut sebagai dewa pembalas dan dewa pengkhianat. Dewa yang paling ditakutkan. Ayah dan raja para dewa pun takut kepadanya. Sosok yang juga menjadi dalang berubahnya seluruh tampilan alam hampa.

Ia ... adalah dewa yang tak pernah diinginkan.

— bersambung —

Jangan lupa vote dan komen yaaaa ❤️

First published : Tue, May 31, 2022

✔ Demi God [ Qin Shi Huang x Reader] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang