Bab. 34 [TAMAT]

76 5 0
                                    

"Kau berhasil, Zaverra,” ujar Levanta.

Ya, Zaverra mengunjungi Levanta di dunia buatannya. Bukan hanya tidur, pingsan, dan roh yang dapat memanggil pemilik kekuatan itu masuk ke dalam dunia buatan. Tapi jika pemilik kekuatan itu ingin berkunjung atau datang, maka pemilik kekuatan tersebut dapat dengan mudah bertemu roh sihir yang ada di dunia buatan.

“Aku berterimakasih padamu yang sudah membantuku.”

“Tidak, aku yang harus berterimakasih karena bisa menjadi roh sihir darimu.”
Zaverra tersenyum.

“Hm, Levanta. Aku ingin membuat sebuah keputusan. Apa kau mau mendengarkannya?”

“Tentu saja. Apa yang kau inginkan?”

“Aku ingin kau berjanji untuk tidak menolak apa yang aku inginkan.”

Levanta pun mengangguk lalu tersenyum.

“Aku berjanji.”

“Aku ingin memutus kontrak padamu. Jadi---“

“Tidak! Aku tak akan memutus kontrak padamu apapun yang terjadi!”

Zaverra tersenyum, sedangkan Levanta mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tak melihat senyum Zaverra yang nantinya akan meluluhkannya.

“Kumohon, kau sudah berjanji padaku, Levanta."

"Tapi ….”

“Kau harus hidup. Anggap saja aku memberimu kebebasan, kau bebas ke manapun kau ingin. Lagipula jarang sekali ada roh sihir yang keluar dari dunia buatan. Kau mau, kan?”

Levanta menatap kesal pada Zaverra yang masih bisa menggodanya saat genting seperti ini. Levanta pun menghembuskan napas lalu berdeham.

“Kau hiduplah di dunia ini demi diriku. Aku ingin kau merasakan kebebasan, karena jika aku kembali maka kau tak akan mendapatkan kebebasan itu.”

Sejenak Levanta terdiam lalu dia memandang Zaverra lekat.

“Baiklah!”

Sontak Zaverra memeluk Levanta erat kemudian berbisik, “Aku akan merindukanmu, aku berjanji akan kembali, teriamaksih.” Kemudian tubuh Zaverra mulai menghilang.

“Tidak, aku yang harusnya berterimakasih, Zaverra.” Levanta pun menitikkan air matanya.

Di pangkuan Zarge, Zaverra mulai membuka matanya. Tubuhnya terasa sangat sakit seolah dijatuhkan dari atas langit. Zarge yang melihat Zaverra membuka mata pun lantas memeluk gadis itu. Tapi ringisan yang keluar dari mulut Zaverra membuat Zarge melepaskan pelukannya segera.

“Bertahanlah, Zaverra,” lirih Zarge.

Laki-laki dengan rambut putih itu pun menangis. Sedangkan Zaverra menatap satu persatu dari mereka. Pertama dia menatap sang raja, lalu berlanjut ke para guru yang selalu mengajarinya di academic element school. Kemudian anggota magiki oraganosi yang menjadi keluarga keduanya, lalu raja iblis yang ternyata Ayah dari temannya, Zarge.
Terakhir Zaverra menatap Zarge yang sedang menangis sambil memeluknya. Zaverra menghapus air mata yang keluar dari mata pria itu.

“Kau akan menemukan teman yang lebih berharga daripada dirku, Zarge. Dia akan datang dan menggantikanku …,” ujar Zaverra pelan.

Zaverra menatap Zarge lekat, napasnya sudah terasa sangat sesak. Sedangkan Zarge mengusap pipi Zaverra, tapi jantungnya berdetak begitu cepat saat Zaverra mulai menutup mata.

“Tidak, kumohon! Jangan menutup matamu, Zaverra!”

Zarge membulatkan matanya saat Zaverra menutup matanya secara sempurna. Tangannya mengelus pipi Zaverra berharap gadis itu terbangun. Namun tak ada gerakan dari gadis itu, lantas Zarge memeluk Zaverra erat sambil menangis keras karena ditinggalkan sahabat baikknya.

Para guru, raja, anggota magiki, dan raja iblsi ikut menangis ketika Zaverra menutup mata. Mereka memandang sendu Zarge yang menangis sambil memeluk tubuh yang telah kehilangan jiwanya itu. Mereka menunduk untuk menghormati kepergian Zaverra. Sementara Zarge menangis sangat keras dan terdengar pilu. Air matanya tak dapat dia hentikan. Untuk kali ini biarlah dia meluapkan segala kesedihannya.

“ZAVERRA!!!”

***
TAMAT

The Ice [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang