Bab 20

36 3 0
                                    

Seorang pria yang memiliki tubuh tegap tengah memperhatikan anak buahnya yang sedang membuat persiapan. Lalu datanglah bawahannya dengan hormat menunduk padanya.

“Ada apa?”

“Persiapan yang Tuan inginkan hampir sempurna," lapor si prajurit.

“Kau boleh melanjutkannya.”

“Baik, Tuan.”

Pria itu menyipitkan matanya, dia merasakan sesuatu yang membuat hatinya menghangat. Sudah sekian lamanya perasaan ini tak muncul. Senyumnya pun terukir setelah ratusan tahun lamanya.

“Aku bisa merasakan di mana kau berada, anakku,” lirih pria itu.

Sementara di sisi lain, Zaverra tengah memperhatikan gurunya yang sedang menceritakan sebuah kisah yang menurutnya cukup bagus untuk didengar. Sebuah kisah tentang dua kerajaan yang ada pada tanah mageia.

“Dulu, negeri ini memiliki dua kerajaan. Namun satu kerajaan telah hancur. Sekarang hanya tersisa satu kerajaan yang memimpin negeri ini. Kurasa kalian tahu betul kerajaan apa yang sedang memimpin di negeri ini."

“Tentu saja, Mrs. Lonia,” celetuk beberapa murid.

Mrs. Lonia adalah guru yang sangat suka bercerita tentang sejarah yang ada pada negeri ini. Tak heran jika para murid banyak yang mengenalnya.

“Kalian ini nampak bersemangat, ya? Aku senang jika ada yang mendengarkan ceritaku,” ucap Mrs. Lonia.

“Meski kau menceritakan sejarah, tapi caramu menyampaikannya tak membuat kami bosan. Karena itulah kami sangat menunggu kau untuk bercerita.”

Karena mendapat pujian dari murid-muridnya, Mrs. Lonia pun melanjutkan cerita dengan wajah penuh senyum yang mengembang. “Dua kerajaan berperang untuk menguasai tanah ini. Kerajaan Zeas meminta pada Tuan Mike untuk mengalahkan kerajaan Dert. Hingga perang itu tercipta, Tuan Mike pun membantu kerajaan yang ditinggalinya agar menang melawan kerajaan Dert.”

“Aku dengar jika Tuan Mike menghilang setelah perang tersebut?” celetuk salah satu murid.

“Kau benar. Tuan Mike hilang setelah perang itu berakhir,” jawab Mrs. Lonia.

“Lalu apakah Tuan Mike mati atau berada di sebuah tempat yang tak dapat kita ketahui?” tanya Zaverra.

Semua mata menuju ke arahnya. Yuri pun menoleh ke arah teman sebangkunya, lalu dia berbisik, “Kau tahu, pertanyaanmu sangat mudah dijawab.”

Zaverra memandang kesal pada Yuri.

“Jika memang itu adalah hal yang mudah untuk dijawab, mengapa Mrs. Lonia tak juga menjawab pertanyaanku dan hanya terdiam di sana?”

Yuri menoleh ke arah Mrs. Lonia yang nampak terdiam sambil memandang Zaverra.

“Kau benar, dia terdiam.”

Zaverra megembuskan napas. Pertanyaanya adalah hal mudah untuk dijawab, meski Zaverra tahu pada kenyataannya jika Tuan Mike dinyatakan mati pada perang itu dengan membawa kemenangan. Tapi tak pernah satu pun ada yang menemukan tubuh Tuan Mike. Hal itu jelas membuat Zaverra tak yakin jika Tuan Mike benar-benar mati.

“Pertanyaanmu cukup membuatku terdiam, Zaverra.”

Lalu Mrs. Lonia berjalan menghampiri Zaverra. “Terkadang aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apakah benar jika Tuan Mike mati pada perang itu padahal tubuhnya saja tak pernah ditemukan. Namun, kenyataan yang semua orang percayai adalah Tuan Mike yang sudah mati meski tak ada bukti yang kuat."

“Lalu apa kau percaya jika Tuan Mike masih hidup?” tanya Zaverra.

Beberapa murid menatap Zaverra dengan pandangan berbeda. Zarge menatap Zaverra dengan pandangan tak terbaca, sedangkan ketiga teman Zaverra hanya menunggu gadis itu untuk terus bertanya banyak hal pada Mrs. Lonia.

“Terkadang aku ingin mempercayainya, tapi terkadang apa yang ada di hadapaku membuat diriku tak percaya. Sulit mempercayai sesuatu tanpa bukti yang kuat, tapi aku selalu berharap jika Tuan Mike masih bernapas dan berada di tempat yang aman.”

Zaverra bisa melihat jika ada keraguan yang mengisi mata Mrs. Lonia. Namun Zaverra tak dapat menyalahkan gurunya itu soal apakah Tuan Mike masih hidup atau tidak. Hatinya selalu membantah jika pahlawan negeri itu mati. Dirinya selalu yakin jika Tuan Mike masih hidup.

“Tuan Mike memiliki banyak jasa pada negeri ini. Meski Tuan Mike nampak seperti pembawa kehancuran karena membuat negeri memiliki kekuatan, tapi dibalik itu semua perjuangan Tuan Mike sangat mengharukan.”

Mrs. Lonia kembali bercerita sambil berjalan.

“Tuan Mike mengikuti perang pertama, apakah kalian tahu perang apa itu?”

“Perang yang terjadi karena menteri yang memberontak,” ucap Auden.

“Benar sekali. Ketika itu, sebelum terjadinya perang antar dua kerajaan ada sebuah perang yang terjadi karena seorang menteri di kerajaan Zeas. Menteri itu membuat para rakyat sengsara, bahkan memperalat raja.”

Sejenak Mrs. Lonia menarik napas lalu menghembuskannya.

“Mengapa menteri yang memberontak dapat menimbulkan perang? Adakah yang mampu menjawabnya?” tanya Mrs. Lonia.

Zarge mengacungkan tangannya.

“Ya, Zarge. Jawablah.”

“Karena menteri itu membuat sebuah kelompok pemberontak tanpa sepengetahuan kerajaan,” jawab Zarge.

“Betul. Menteri itu membuat pasukan yang terdiri dari pemberontak dari dua kerajaan. Karena perbuatannya yang sudah membuat rakyat sengsara. Pada akhirnya, Tuan Mike menyatakan perang pada menteri itu, para anggota kerajaan meminta bantuan pada Tuan Mike agar menteri itu menghentikan segala hal yang membuat rakyat sengsara.”

“Lantas dengan bantuan anggota kerajaan, Tuan Mike berperang melawan menteri dan pemberontak dengan membawa prajurit kerajaan. Kemenangan ada di tangan Tuan Mike, namun menteri itu harus mati di tangan Tuan Mike sendiri.”

“Apakah Tuan Mike menyesl telah membunuh menteri itu?” tanya Fey.

Mrs. Lonia menggelengkan kepala.

“Kurasa tidak, Tuan Mike menyelamatkan banyak rakyat meski harus membunuh. Bukan membunuh, lebih tepatnya Tuan Mike menang dengan membasmi pemberontak dan menteri itu.”

Membasmi? Seperti membasmi hewan saja. Batin Zaverra.

Tak lama bel istirahat pun berdering, Mrs. Lonia menepuk tangan.

“Nah, kita sudah membahas sejarah dua kerajaan. Mungkin minggu depan aku akan bercerita hal lain yang membuat kalian bersemangat. Terimakasih untuk hari ini, selamat istirahat!”

Mrs. Lonia pun keluar dari kelas. Semua murid pun segera menuju kantin agar tak mengantre paling belakang. Zaverra masih terdiam, dia tak beranjak dari kurisnya. Pandangannya menatap awan pada langit biru yang nampak cerah hari ini.

“Dia masih hidup … atau mati,” gumam Zaverra

***

Tbc.

The Ice [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang