Bab 19

34 3 0
                                    

“Selamat sore!”

“Sore, Mr!”

“Baiklah, untuk semua anggota magiki organosi, terima kasih sudah berkumpul. Hari ini kita akan memilih senjata apa yang pas, untuk kelas menengah dan kelas akhir kurasa kalian sudah paham soal memilih senjata yang cocok dengan diri masing-masing.”

“Untuk kelas pemula, aku ingin kalian mengambil senjata yang cocok. Pikirkan dan renungkan apa senjata yang pas untuk kalian karena senjata itu akan digunakan pada latihan. Mengerti?”

“Mengeti, Mr!”

Anggota magiki organosi pun pergi ke ruang senjata yang harusnya hanya boleh dimasuki oleh kelas akhir, tapi anggota magiki organosi memiliki hak istimewa jadi diperbolehkan memasuki ruang senjata. Hak khusus yang dimaksud juga termasuk diperbolehkan memasuki ruang senjata.

Untuk ruang senjata sendiri ialah tempat untuk senjata yang memiliki berbagai macam jenis ada di sana. Pedang berlaras panjang yaitu masamune sampai pedang yang sangat terkenal akan kehebatannya yaitu Excalibur.

Zaverra terkagum-kagum dengan ruangan itu. Lalu matanya tertuju pada pedang yang ada di ujung ruangan. Kakinya melangkah sambil menatap pedang itu kagum, Jarinya menyentuh pedang itu, lalu Zaverra mencoba memegang pedang itu.

“Apakah kau akan mengambil pedang itu?”

Zaverra memegang dadanya. “Oh, Zarge! Kau membuatku terkejut.”

“Maafkan aku, Zaverra.”

Lantas Zaverra mengangguk, dia memperhatikan bilah pedang itu. Zarge menatap wajah serius milik Zaverra. Senyumnya terukir melihat keseriusan gadis itu.

“Baiklah, kurasa kau tak ingin aku mengganggumu,” ujar Zarge lalu pergi meninggalkan Zaverra.

Namun, lengannya ditahan oleh seseorang. Zarge mendongak, Zaverra dengan iris berwarna hitam sedang menatapnya.

“Kau tak menggangguku. Aku pun tak bermasalah jika kau di sini,” ucap Zaverra lalu melepaskan cekalannya pada tangan Zarge.

"Baiklah."

Zaverra kembali memperhatikan pedang itu, entah mengapa dia merasa ingin segera menggunakan pedang tersebut.

“Kau akan memilih senjata apa, Zarge?” tanya Zaverra ketika Zarge sibuk memperhatikan ruangan yang penuh senjata itu.

“Entahlah, aku terlalu bingung. Semua senjata di sini sangat bagus menurutku.”

Jujur saja jika Zarge kebingungan memilih senjata karena banyaknya senjata yang ada di ruangan tersebut. Lantas Zaverra mengalihkan pandangannya pada rak yang dipenuhi oleh sabit. Ketika Zaverra melihat-lihat rak senjata sabit, tak sengaja pandangannya jatuh pada sabit berwarna unggu gelap. Terlihat indah dan misterius secara bersamaan.

Lalu, Zaverra mengambil sabit itu. Tangan mungilnya memegang sabit tersebut. Senyumnya pun terukir, dia yakin jika Zarge menggunakan sabit ini pasti akan cocok. Zaverra pun berbalik lalu menghampiri Zarge yang masih memilih senjata. Pria itu nampak kebingungan mencari senjata yang cocok untuk dirinya.

“Zarge.”

Remaja itu menoleh. “Ada apa, Zaverra?”

Kening Zarge berkerut, dia menyadari Zaverra yang tengah membawa pedang di sebelah tangan kiri dan sabit di tangan kanan.

“Kau mau menggunakan dua senjata?” tanya Zarge tak percaya.

Zaverra tertawa. Kemudian, dia menyodorkan sabit yang ada di tangan kanannya pada Zarge.

The Ice [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang