Bel masuk di Academy Element School berbunyi, seluruh siswa memasuki kelas, kecuali siswa tingkat akhir yang sedang bersiap untuk melakukan pertandingan hari ini. Seorang guru masuk ke dalam beginner class A untuk mengumumkan sesuatu.
“Selamat pagi semuanya!” seru guru tersebut pada semua murid.
“Pagi, Mr.”
Guru tersebut tersenyum melihat keantusiasan murid-muridnya. Memang, pertandingan seperti ini sangat dinantikan oleh kelas pemula atau murid baru. Untuk kelas menengah akan sulit untuk melihat pertandingan ini karena disibukkan dengan pengendalian sihir.
“Kalian sangat bersemangat, hebat!”
“Tentu saja, Mr! Kami ingin melihat pertandingan tersebut, pasti sangat menyenangkan!” celetuk salah satu murid.
Guru tersebut mengangguk. “Tentu saja menyenangkan! Kalian akan melihat pertandingan secara gratis dan tak akan belajar hari ini."
Terdengar sorakan gembira para murid. Guru tersebut menggelengkan kepalanya melihat murid yang kesenangan mendengar kelas ditiadakan pada hari ini dan hanya melihat pertandingan kelas akhir.
“Baiklah, semua bersiap menuju lapangan di samping sekolah, oke!”
Lantas guru tersebut keluar setelah memberikan pengumuman.
“Akhirnya hari ini tiba juga!” pekik Yuri senang.
“Eh, kau menantikan hari ini tiba?”
Zaverra menduga jika Yuri menunggu hari ini tiba setelah dinyatakan lolos seleksi untuk masuk ke sekolah ini.
“Tentu saja. Aku sudah menunggu hari ini sejak lama,” ujar Yuri jujur.
Sudah kuduga. Batin Zaverra.
“Kau menunggu hari ini untuk melihat kakak kelas laki-laki, kan? Bukan untuk melihat hal lain,” cibir Alice.
Yuri tertawa jahat. Dirinya memang menunggu hari ini tiba untuk melihat kelas akhir dengan banyaknya laki-laki tampan. Membayangkannya saja membuat hati Yuri berbunga-bunga.
“Kurasa dia sedang berhalusinasi,” bisik Zaverra pada Alice.
“Sudah hentikan halusinasi burukmu itu,” ucap Alice lalu berjalan lebih dulu.
Yuri mengembungkan pipinya, kesal. Padahal kesenangannya baru akan dimulai, tetapi sahabatnya itu selalu berhasil mengganggunya.
“Sudahlah, Yuri. Ayo kita menuju lapangan stadium,” ajak Fey lalu menarik lengan Yuri.
Tersisa Zaverra yang masih berdiri tanpa mengikuti teman-temannya.
“Apa aku harus melihat pertandingan itu? Ini tak seharusnya yang kulakukan,” gumam Zaverra dengan kepala tertunduk.
Tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya. Ternyata Zarge yang membuat Zaverra terkejut.
“Kenapa masih di sini? Kau tak ikut dengan teman-temanmu?” tanya Zarge.
“Tidak tahu.”
Zarge mengerutkan dahi, lalu dia duduk di kursi milik Yuri. Zaverra masih berdiri sambil memandang keluar jendela, dari ekspresinya sulit untuk ditebak apa yang sedang dipikirkan gadis itu.
“Kau sedang memikirkan apa, Zaverra?”
“Hm, tidak ada,” balas Zaverra singkat.
Tanpa berkata apa-apa, Zarge memegang tangan Zaverra. Gadis itu menoleh pada Zarge yang tengah memegang tangannya.
“Ada apa?”
“Duduklah,” perintah Zarge.
Zaverra menurut tanpa protes apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice [TAMAT]
FantasySebuah tempat yang membuat dunia berubah, menjadi awal kedamaian diiringin kehancuran. Kejahatan pun bagai badai yang melanda dunia hingga hancur. Pengorbanan pun terjadi. Namun, semua pengorbanan ternyata sia-sia. Kejadian pada 1000 tahun yang lal...