Bab 17

39 3 0
                                    

Jam istirahat adalah hal yang sangat ditunggu oleh semua murid, setelah belajar di kelas. Antrean pada kantin pun sudah menjadi sebuah pemandangan yang tak pernah lepas ketika memasuki ruangan yang ada di gedung utama tersebut.

Zaverra berjalan menuju kantin, dia sendiri. Namun di tengah perjalanan tak sengaja Zaverra melihat seseorang yang nampak familiar. Zaverra pun berhenti ketika berpapasan dengan seseorang.

“Halo, Zaverra.”

“Halo, Senior.”

“Kau hanya sendiri?” Argus mengenyit mendapati Zaverra yang berjalan sendiri tanpa teman-temannya.

“Iya, diriku lebih banyak berlatih bersama anggota magiki organosi daripada di kelas. Jadi mau tidak mau harus pergi ke kantin sendiri.”

“Kau tidak bersama anggota yang lain? Bukankah mereka selalu datang bersama jika jam istirahat?”

Zaverra mengembuskan napas lalu bersandar di dinding.

“Aku tak suka menjadi pusat perhatian. Kau tahu maksudku, kan, Senior?”

Argus tertawa. “Kau itu aneh, ya? Itu adalah risiko yang harus ditanggung oleh anggota magiki organosi. Mereka akan selalu menjadi pusat perhatian. Mungkin hanya dirimu saja yang berpikir demikian.”

“Hm, mungkin begitu. Oh, apa Senior tak beristirahat?” tanya Zaverra.

“Kau lupa jika diriku memiliki hak khusus sebagai penjaga perpustakaan?”

Mendengar alasan Argus, Zaverra pun tertawa. Meski sebenarnya dia tak begitu mengerti hak khusus yang seniornya maksud, tapi dia yakin jika seniornya itu sudah makan lebih dulu sebelum bel berbunyi.

“Jadi, Senior sudah makan lebih dulu, begitu?”

Binggo!”

Lalu keduanya tertawa. Tanpa sadar mereka menjadi pusat perhatian. Karena terdengar bisik-bisik, akhirnya kedunya pun sadar sudah menjadi pusat perhatian.

“Sepertinya kita menjadi pusat perhatian, ya,” ujar Agus lalau memasukkan tangannya ke saku celana.

Zaverra meringis. "Kurasa begitu."

“Karena kau risih dengan hal ini. Lain kali kita berbincang di perpustakaan saja, ya. Tak akan ada yang membuatmu risih dan terganggu.”

Seniornya cukup memahami dirinya membuat Zaverra tersenyum lalu mengangguk. Argus pergi lalu Zaverra melanjutkan langkah untuk makan dan bertemu teman-temannya.

***

Matahari telah berganti menjadi bulan. Malam ini, Zaverra tak memiliki jadwal untuk berpatroli sehingga bisa tidur nyenyak di kamarnya. Zaverra sudah bergantian pakaian setelah makan malam, lalu dia turun menuju lantai satu untuk berkumpul dengan teman-temannya.

“Zaverra!”

Yuri memeluk Zaverra yang baru saja datang. Dia menatap Alice meminta penjelasan mengapa Yuri bertingkah seperti itu.

“Ada apa denganmu, Yuri?” tanya Zaverra setelah Yuri melepaskan pelukan mendadaknya.

“Aku merindukanmu. Semenjak menjadi anggota itu kau jarang sekali bertemu denganku atau setidaknya berkumpul bersama kami,” ungkap Yuri.

Zaverra menampilkan raut wajah tak enak pada kedua sahabatnya.

“Maafkan aku. Kesibukan yang terjadi dikarena penyerangan pada kota sehingga anggota dilatih secara maksimal. Sebenarnya aku juga merindukan kalian, tapi sangat sulit untuk bertemu kalian dikarena latihan yang terus menerus dilakukan untuk antisipasi ketika terjadi penyerangan di sekolah.” Zaverra mengatakan semua itu sambil menunduk.

The Ice [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang