Setelah mengetahui kelas juga kamar asrama, Zaverra bersama Yuri dan Alice memutuskan pergi ke kamar mereka untuk beristirahat. Hari ini, hanya ada acara penyambutan siswa baru dan pelajaran pun belum dilaksanakan.
Siswa baru diperbolehkan mengitari area sekolah sesuai keinginan. Tak dapat disangkal jika murid baru akan sering tersesat di sekolah meski hanya sekadar mencari kelas mereka sendiri. Academy Element School memiliki bangunan yang cukup luas, terdiri dari gedung utama, gedung sekolah, kamar asrama, dan lapangan untuk berlatih sihir.
“Astaga! Kamar macam apa ini!” pekik Yuri.
Mereka terkejut karena desain kamar yang begitu aneh dan unik. Biasanya, kamar asrama tak memiliki lantai 2, bahkan hanya lantai 1, tetapi di sekolah ini, kamar asrama untuk siswa memiliki 3 lantai sekaligus, dengan lantai 1 menjadi dapur serta ruang santai, lantai kedua diisi untuk ruang belajar, dan lantai tiga menjadi tempat untuk beristirahat.
“Ini luar biasa,” gumam Zaverra mengagumi keunikan kamar yang akan ditempatinya.
Alice hanya menatap datar kamar barunya, dia menaiki tangga untuk mencapai lantai dua. Sampai di lantai dua, senyum Alice pun terukir. Lalu, dia menaiki tangga untuk menuju lantai tiga, melihat kamar yang begitu nyaman membuat Alice semakin melebarkan senyumnya.
“Nyaman,” gumam Alice lalu berjalan ke salah satu tempat tidur.
Namun, tempat tidur tersebut bersinar. Alice pun menutup matanya, ketika sinar itu hilang Alice segera melihat apa yang terjadi.
“Menabjubkan,” ujar Alice tanpa sadar.
Bagian pinggir tempat tidur tersebut terukir nama masing-masing pemilik. Warna dari selimut pun berbeda-beda, Alice segera menghampiri ranjang yang bertulis namanya. Ranjang milik Alice sendiri berwarna coklat.
“Wow!” seru Yuri dan Zaverra bersamaan.
Alice menoleh, ia tak sadar jika kedua temannya sudah berada satu ruangan dengannya.
“Ranjangku berwarna putih keabuan?” tanya Yuri tak percaya.
“Ranjangku berwarna biru dan abu-abu?!” pekik Zaverra heran.
Lalu keduanya saling berpandangan. “Indah!” pekik keduanya.
Melihat reaksi kedua temannya, Alice pun memutar bola mata, malas. Hari-harinya akan terasa berat karena pekikan dari teman-temannya yang memilki suara cempreng seperti itu.
“Kalian jangan berisik,” ujar Alice lalu berbaring di ranjang.
“Baik!” jawab keduanya.
🌱🌱🌱
Makan malam pun tiba, semua murid menuju ruang makan yang ada di gedung utama. Zaverra pun sangat antusias untuk mengunjungi ruang makan yang ada di gedung utama tersebut. Setelah membersihkan diri, ketiganya pun menuju ruang makan.
Memasuki ruang makan, mereka berhenti. Kesekian kalinya mereka dibuat kagum oleh bangunan kuno tersebut. Ruang ini dipenuhi oleh lampu gantung yang dihiasi oleh lilin, jendela besar di ujung ruangan, serta antrean cukup panjang.
“Kalian ingin mengantre?” tanya Zaverra malas.
“Tidak,” jawab Alice dan Yuri berbarengan.
Antrean yang membuat mata sakit sangatlah panjang. Tak ada makanan melayang setelah memesan, semuanya antre tanpa terkecuali. Zaverra melangkahkan kakinya menuju antrean tersebut.
“Hei, Zaverra!” seru Yuri.
“Ya?”
“Kau mau mengantre?” tanya Yuri memastikan.
“Tentu saja. Aku tak mau berdiam diri saja. Makanan itu tak akan sampai pada kita dengan sendirinya, kan?” tanya Zaverra lalu mulai mengantre.
Yuri mengembuskan napas, lalu menoleh ke arah Alice.
“Kau juga mau mengantre?”
“Aku lapar,” balas Alice lalu menyusul Zaverra.
“Ck, meski sekolah ini menabjubkan, tetapi mengapa antrean sepanjang ini? Terlalu menyebalkan!” gerutu Yuri lantas menyusul kedua temannya.
Setelah antrean panjang, akhirnya mereka mendapat giliran. Makanan yang tersedia cukup membuat mata berbinar. Ternyata, tak sia-sia mereka mengantre sepanjang itu untuk bisa merasakan makanan yang lezat.
“Jika seperti ini terus, aku rela untuk datang lebih dulu,” ujar Yuri kegirangan.
Alice yang mendengar ucapan Yuri pun mengembuskan napas. Temannya itu suka sekali makan, sekarang ia yakin jika Yuri akan mengantre lebih awal agar tak kehabisan makan malam yang setara makanan kerajaan.
“Kuharap kau tak mengambil terlalu banyak makanan,” ancam Alice pada Yuri.
Yuri mengembangkan pipinya. “Alice! Kau tak boleh menyia-nyiakan makanan seenak ini!”
“Ck, kau tak lihat? Murid sekolah ini sangat banyak. Jika kau mengambil porsi besar, lalu mereka makan apa?”
Yuri tersenyum lebar. “Aku tak peduli!"
“Dasar,” gerutu Alice.
Setelah mendapatkan makanan, mereka mencari kursi kosong di antara lautan manusia.
“Di sana saja,” tunjuk Zaverra.
“Setuju!” seru Yuri.
Alice haanya mengikuti kedua temannya tanpa berkomentar.
“Selamat makan!” seru Yuri dan Zaverra bersamaan.
“Selamat makan,” ujar Alice pelan.
Mereka makan dalam hening. Namun, suara ribut seluruh murid membuat ketiganya menoleh ke asal sumber pekikan murid perempuan. Di pintu masuk ruang makan, terdapat sekelompok remaja yang baru saja datang.
“Siapa mereka?” tanya Zaverra bingung.
“Apa mereka orang penting?” tambah Yuri.
Sekitar sepuluh menit orang dari kelompok tersebut berjalan menuju antrean. Para murid memandang kagum pada kelompok tersebut. Kharisma mereka sangat terasa di ruang makan itu.
“Mereka adalah anggota magiki organosi,” celetuk Alice tiba-tiba.
“Hah? Maksudmu?” tanya Yuri dan Zaverra berbarengan.
Alice memutar bola mata, malas. “Apa aku harus menjelaskan siapa mereka?”
“Tentu!” jawab keduanya serempak.
“Ya, baiklah.”
Yuri dan Zaverra memasang wajah serius seolah tengah mendengarkan informasi penting dan bersifat rahasia. Alice melihat wajah serius teman-temannya pun hanya bisa mengembuskan napas. Semoga setelah ini ia masih awet muda karena menghadapi dua bocah berisik macam Yuri dan zaverra.
“Mereka adalah organisasi sihir sekolah ini atau bisa dibilang tangan kanan sekolah. Sebutan untuk kelompok itu sendiri bernama magiki organosi. Paham?”
“Hm, jadi mereka itu orang penting?” tanya Zaverra serius.
“Bisa dibilang seperti itu,” jawab Alice santai.
“Jadi, sejak kapan kau tahu tentang mereka?” tanya Yuri curiga.
Mendengar pertanyaan Yuri, Alice terdiam. Lalu dia menoleh ke samping, terdapat anggota magiki organosi yang sedang menempati salah satu kursi setelah mendapat makanan.
“Karena salah satu di antara mereka adalah … temanku.”
***
Halo semuaa 👋
Jangan lupa vote dan komen 📍
Terimakasih ♥TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice [TAMAT]
FantasySebuah tempat yang membuat dunia berubah, menjadi awal kedamaian diiringin kehancuran. Kejahatan pun bagai badai yang melanda dunia hingga hancur. Pengorbanan pun terjadi. Namun, semua pengorbanan ternyata sia-sia. Kejadian pada 1000 tahun yang lal...