Sebuah bangunan menjulang tinggi dan nampak kokoh. Terdapat sejarah yang membuat bangunan itu tercipta. Seseorang menjadi alasan mengapa tempat tersebut ada sampai sekarang. Sudah lebih dari 1000 tahun lamanya, gedung tersebut berdiri meski ditinggal sang pemilik.
Terlihat kuno, tetapi memilki keindahan sendiri yang dapat memanjakan mata. Di dalam bangunan terdapat pilar kokoh menjulang tinggi sebagai penyangga.
“Hm, apa yang harus kulakukan, ya,” gumam seorang gadis berambut sebahu.
Tepat pada hari ini, Academy Element Cchool mengadakan penyambutan murid baru. Setelah peyeleksian cukup ketat, akhirnya acara penyambutan murid baru pun tiba.
Seorang laki-laki berambut putih dan kulit hitam manis tengah berlari kecil sambil menghapal sebuah kalimat. Lelaki itu tak memperhatikan langkahnya, ia pun tak sengaja menabrak seseorang.
“Astaga! Bokongku!”
“Maaf, ya,” sesal laki-laki itu, kemudian membantu seseorang tersebut berdiri.
Setelah seseorang yang ditabraknya berdiri sempurna, ia mengulurkan tangannya. “Namaku Zarge. Maaf, karena menabrakmu.”
Seseorang itu mendongak lalu menyambut uluran tangan Zarge.
“Zaverra.”
Keduanya tersenyum, tetapi bel masuk berdering membuat Zarge melepas jabatan tangannya dari Zaverra.
“Jika kau merasa terluka, temui saja diriku, ya,” ucap Zarge lantas pergi.
“Tapi—“
Zarge melambai dari kejauhan. “Sampai bertemu di aula, Zaverra!”
Zaverra megembuskan napas. Ia mencoba merapikan rambut sebahunya yang berantakan karena tertiup angin. Bel sudah berdering, tandanya acara penyambutan tersebut akan dilaksanakan sebentar lagi. Namun, ia saja tak tahu di mana aula pertemuan untuk murid baru.
“Bagus! Dirimu akan tersesat di hari pertama, Zaverra,” gerutunya.
Tiba-tiba ada yang menabraknya lagi membuat Zaverra terhuyung ke depan. Untung saja tangannya ditarik, sehingga insiden terjatuh pun tak terjadi.
“Ya! Belum saja aku memasuki sekolah ini, sudah dua kesiapan menimpaku,” keluh Zaverra.
“Hey, apa kau murid baru?”
Gadis itu terlalu sibuk mengoceh karena mengalami dua kejadian sial menimpanya hari ini, membuat Zaverra lupa jika ada seseorang yang sudah menabraknya.
“Oh, ya,” balas Zaverra.
“Perkenalkan namaku Yuri Anemos. Maaf tadi aku menabrakmu,” ujar Yuri dengan senyum manis.
“A-ah, ya. Hm, kau murid baru juga, Yuri?” tanya Zaverra skeptis.
Gadis bernama Yuri itu mengangguk. “Tentu saja. Astaga! Aku sampai lupa memperkenalkan sahabatku yang berwajah datar ini."
Yuri menarik lengan sahabatnya yang tengah berdiri di belakangnya.
“Perkenalkan, dia adalah temanku. Namanya Alice Gi.”
“Zaverra Aeras.” Zaverra pun mengulurkan tangan, lalu disambut oleh Alice.
“Alice Gi.”
Tak ada satu detik, Alice kembali bersedekap sambil menatap ke arah lain. Melihat kelakuan Alice, Yuri pun meringis, lalu beralih menatap Zaverra.
“Maaf, ya. Alice memang suka seperti itu. Jangan dimasukkan ke dalam hati,” sesal Yuri lantas membungkuk.
“Ah, iya. Jangan membungkuk. Aku merasa tak enak, sungguh,” pinta Zaverra.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice [TAMAT]
FantasySebuah tempat yang membuat dunia berubah, menjadi awal kedamaian diiringin kehancuran. Kejahatan pun bagai badai yang melanda dunia hingga hancur. Pengorbanan pun terjadi. Namun, semua pengorbanan ternyata sia-sia. Kejadian pada 1000 tahun yang lal...