Stadium lapangan nampak ramai dengan 200 kelas pemula. Karena semuanya sudah terkumpul, seorang anggota magiki organosi pun berjalan ke tengagh lapangan.
“Selamat datang di stadium lapangan Academy Element School. Perkenalkan namaku adalah Kigal. Di sini aku akan menjadi pembawa acara penyeleksian hari ini.”
“Karena semua murid sudah berkumpul, maka kunyatakan acara pada hari ini resmi dibuka!” lanjut Kigal.
Setelah mengatakan hal tersebut, lapangan menjadi redup tak disinari cahaya matahari. Seperti ada yang menutupi lapangan tersebut. Lalu terdengar suara jentikan jari seseorang, sebuah lilin yang berada di pinggir lapangan pun menyala.
Sekarang stadium lapangan hanya diterangin oleh lilin yang cukup banyak. Nampak murid pemula yang memasang wajah tegang karena suasana yang tercipta. Sedangkan seluruh anggota magiki organosi tersenyum miring melihat seluruh murid yang ketakutan.
“Kalian tak perlu takut. Kami tak akan menyakiti kalian. Suasana ini dibuat agar kalian semua bisa fokus pada penyeleksian. Baiklah, langsung saja acara ini kumulai. Bagi murid yang merasa terpanggil silakan menuju tengah lapangan.”
Kigal pun mulai memanggil murid sebanyak lima puluh orang. Semua murid berbaris saling berhadapan di tengah lapangan. Lalu di ujung barisan terdapat salah satu anggota magiki organosi yang akan menjadi pengawas dalam penyeleksian itu.
“Perkenalkan namaku adalah Yuta. Aku akan mengawasi penyeleksian kalian. Tolong lakukan yang terbaik,” ujar Yuta datar.
Mereka mengangguk serempak.
“Penyeleksian dilakukan dengan memunculkan sihir dasar yang kalian telah pelajari. Sihir itu berupa Magic pouch. Ketika aku mengatakan mulai, kalian boleh memunculkan magic pouch. Mengerti!” seru Kigal bersemangat.
“Mengerti.” Seluruh murid menjawab dengan kompak.
Memunculkan sihir dasar hanya perlu mengucapkan mantra sambil membayangkan apa yang ingin dilakukan. Sihir dasar cukup bervariasi, contohnya saja memunculkan magic pouch dan yang lainnya. Magic pouch sendiri adalah kantung biasa, namun memiliki keistimewaan yaitu dapat menyimpan barang dengan muatan cukup banyak.
“Mulai!”
Murid yang berjumlah lima puluh orang itu mulai berusaha memunculkan magic pouch. Yuta yang menjadi pengawas pun hanya terdiam tanpa berkomentar apapun. Terlihat dari 50 murid itu ada yang berhasil dan gagal. Tak lama terdengar lonceng bel, mereka pun berhenti memunculkan magic pouch.
“Bagi yang merasa gagal memunculkan magic pouch dapat keluar dari stadium lapangan ini. Sedangkan yang berhasil silakan duduk kembali,” ujar Yuta datar.
Mereka yang gagal pun keluar dari lapangan dan yang berhasil pun duduk kembali. Lalu Kigal mulai memanggil 50 orang kembali. Sama seperti di awal, ada yang berhasil maupun tidak. Hingga seluruh murid akhirnya selesai diseleksi.
Dari 200 murid hanya menyisakan 50 orang yang lolos. Namun, ujian akan terus berlanjut hingga tersisa 4 orang murid pemula yang akan menjadi calon anggota magiki organosi. Karena penyeleksian babak pertama telah usai, Kigal pun kembali menuju tengah lapangan.
“Kalian yang lolos sangat hebat! Tapi bagi yang tidak lolos mereka juga hebat! Aku bangga dengan kalian murid pemula” Kigal berkata seperti itu sambil bertepuk tangan.
“Baiklah, babak ke dua akan dimulai. Dalam penyeleksian kali ini kalian tak akan dipanggil secara terpisah. Dalam 1 kelompok berisikan 10 orang dengan 1 pengawas. Jadi, kalian semua bisa menuju ke tengah lapangan, berbaris secara acak!”
Setelah mendengar interuksi KIgal, mereka semua turun dan berbaris. Pengawas pun datang dan berdiri di ujung barisan.
“Nah, penyeleksian kali ini cukup mudah. Kalian hanya harus memindahkan benda yang ada di atas meja batu!” ucap Kigal memberi interuksi.
Nampak sekali jika para murid tak mengerti maksud dari Kigal. Tiba-tiba tanah bergetar, muncul sebuah meja yang terbuat dari tanah dengan masing-masing murid mendapatkan satu meja. Kemudian datanglah sebuah buku yang melayang. Buku-buku itu mendarat secara halus di masing-masing meja.
“Nah, semua sudah mendapat meja serta buku, kan?”
Tak ada yang menjawab, mereka terlalu terkejut dengan meja yang tiba-tiba muncul dari tanah dan sebuah buku yang melayang bebas.
“Kalian jangan memasang wajah seperti itu! Nantinya kalian juga akan bisa melakukan hal itu,” ujar Kigal lalu menyeka air matanya yang keluar karena melihat wajah murid pemula yang nampak lucu ketika terkejut.
“Mulai!”
Semua murid mencoba memindahkan buku itu menuju meja yang ada di sebelah mereka. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya lonceng bel terdengar.
“Bagi yang merasa gagal silakan meninggalkan lapangan.”
Mereka yang gagal pun mulai meninggalkan lapangan. Dari 50 orang tersisa 10 yang bertahan.
“Wah, wah, wah. Tersisa sepuluh ya?” Kigal lagi-lagi bertepuk tangan.
“Sekarang adalah babak terakhir penyeleksian! Kalian hanya harus melakukan satu hal dengan sekuat tenaga kalian.”
Kigal sejenak menjeda ucapannya, dia memperhatikan wajah sepuluh orang yang lolos itu dengan lekat.
“Kalian hanya harus memunculkan sihir masing-masing.”
Sebuah ucapan yang terdengar sederhana. Namun, membuat membuat sepuluh orang itu terkejut.
“Senior bagaimana bisa kami melakukan itu?”
Kigal bersedekap lalu memiringkan kepalanya. “Aku yakin jika kalian bisa melakukannya."
“Mulai!”
Sepuluh orang itu mulai memunculakn sihirnya dengan lima orang pengawas. Tak lama terdengar lonceng bel. Tepukan tangan membuat sepuluh orang itu menoleh. Terdapat empat orang anggota yang sedang menuju tengah lapangan.
“Bagi yang merasa gagal mengeluarkan sihirnya dipersilakan menuju asrama,” ujar Tirago dengan senyum manis andalannya.
Tersisalah empat orang calon magiki organosi. Ternyata empat orang anggota magiki organosi itulah yang menjadi juri sebenarnya dalam penyeleksian ini. Tapi tak ada kecurangan dalam penyeleksian ini meski memiliki juri karena mereka yang gagal akan dipersilakan keluar dari lapangan.
Melihat calon anggota magiki organosi yang baru membuat Tirago mengulas senyumnya.
“Selamat untuk kalian berempat. Kuharap dengan kehadiran kalian, organisasi ini akan semakin baik dan terus menjadi kepercayaan sekolah maupun seluruh penghuni academic element school,” sambut Tirago.
Empat calon anggota magiki organosi pun tersenyum penuh kegembiraan. Lalu mereka berkata, “Terimakasih, Tirago senior.”
***
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice [TAMAT]
FantasiSebuah tempat yang membuat dunia berubah, menjadi awal kedamaian diiringin kehancuran. Kejahatan pun bagai badai yang melanda dunia hingga hancur. Pengorbanan pun terjadi. Namun, semua pengorbanan ternyata sia-sia. Kejadian pada 1000 tahun yang lal...