Bab 5

69 6 0
                                    

Sebuah pasukan yang cukup banyak sedang mengarah pada sekolah ternama juga ibukota. Pasukan tersebut sering membuat resah para penduduk kota bahkan murid dari sekolah tersebut. Tapi, untuk memusnahkan pasukan tersebut cukup sulit.

“Serang ibukota dan sekolah tersebut sesuai interuksi dari Tuan,” perintah pemimpin pasukan tersebut.

“Baik!”

Pemimpin dari pasukan itu menyeringai ketika melihat anak buahnya mulai menyerang ibukota, lalu dia mengalihkan pandangannya pada sekolah ternama yang selalu diagungkan tersebut.

“Mari berpesta.”

Zaverra memandang guru yang tengah menjelaskan sejarah sihir dengan tangan menopang dagu. Meski rasanya sangat membosankan ketika mendengar sejarah sihir tapi dirinya tak mungkin pergi dari kelas. Sekolah ini memiliki peraturan yang cukup menakutkan untuk dilanggar, untuk itu Zaverra memilih aman daripada mendapat hukuman.

Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang membuat seluruh siswa di sekolah berteriak. Lantas guru yang mengajar pun keluar dari kelas untuk mengecek kondisi yang terjadi.

“Ada apa ini?” tanya Zaverra bingung.

“Pasti ulah para iblis,” ujar Alice datar.

“Iblis? Bagaimana bisa iblis masuk ke sekolah ini?” tanya Yuri heran.

“Sihir yang digunakan sekolah ini lemah,” celetuk Fey.

Sontak ke tiganya menoleh ke arah gadis itu.

“Apa? Ada yang salah denganku?” tanya Fey pada mereka.

“Hm, tidak ada. Tapi kenapa kau bilang seperti itu?” Zaverra penasaran mengapa Fey mengatakan hal semacam itu lantas dia pun bertanya.

“Jika sihir pelindung yang ada di gerbang sekolah sangat kuat, mengapa para iblis itu bisa masuk?”

Mereka terdiam, tak ada yang mampu menyangkal.

“Bisa saja iblis itu tahu kelemahan pelindung itu hingga bisa menerobos masuk,” celetuk Zarge yang tiba-tiba saja datang.

“Mungkin para iblis masuk melewati tempat yang sudah ditentukan oleh sang pemimpin hingga bisa ditembus?” tambah Kelden.

“Kalian semua harap tenang. Guru dan senior kalian tengah berusaha untuk melindungi kalian,” ujar seorang guru dengan wajah panik.

Seorang murid pun bertanya, "Lalu kami harus apa, Mrs?”

“Tolong tetap tenang dan jangan gegabah, oke.”

Melihat guru tersebut berbicara membuat Zaverra bersedekap. Guru itu menyuruh seluruh murid untuk tenang sedangkan dirinya sendiri panik?

“Dasar guru aneh,” cibir Yuri kesal.

“Dia itu gurumu, jangan mencibirnya seperti itu,” tegur Auden.

Yuri berkacak pinggang. “Habisnya dia itu menyebalkan. Menyuruh muridnya untuk tak panik dalam keadaan seperti ini, tapi dia sendiri panik?”

"Meski menyebalkan, dia tetap gurumu, jangan seperti itu,” tegur Auden sekali lagi.

Setelah mengatakan itu, Auden memalingkan wajahnya ke arah lain. Sedangkan Yuri masih berkacak pinggang sambil menggerucutkan bibirnya.

“Kurasa Auden menyukaimu, Yuri,” goda Fey.

“Hey! Apa-apaan kau ini!” seru Yuri kesal.

Fey tertawa lalu bersandar pada dinding. Kemudian dia menoleh ke arah jendela. “Sepertinya kita harus mencari tempat aman agar tak bertemu dengan para iblis itu."

“Tapi … ke mana? Mengetahui setiap ruangan di sekolah ini saja belum, bagaimana untuk—“

“Aku akan memandu kalian,” sela Zarge.

“Memangnya kau tahu di mana tempat aman?” tanya Alice tak yakin.

“Tentu saja,” jawab Zarge yakin.

“Ya sudah ayo!” seru Kalden.

Karena keributan dari guru tadi membuat murid beginner class berkeliaran ke sana-sini. Mereka mencari tempat aman sesuai interuksi Zarge yang mengetahui tempat yang cukup aman. Entah dari mana laki-laki tahu tempat aman di sekolah ini.

Mereka menaiki lantai demi lantai sekaligus waswas jika ada iblis yang datang. Setelah menaiki lantai 2, sampailah mereka pada lantai 3. Namun di lantai itu ada yang menyerang mereka sehinga mereka semua terpisah.

“Sial aku terpisah,” desis Zaverra.

Zaverra memilih masuk ke dalam ruangan yang tak dia ketahui ruangan apa itu. Cukup gelap membuat dirinya tak begitu terlihat. Baru saja Zaverra bernapas lega, tanpa disangka ada tangan yang membekapnya membuatnya mematung.

“Jangan berisik, ini aku Zarge,” bisik Zarge.

Zarge segera melepas bekapannya, Zaverra pun mengembuskan napas lega mengetahui siapa yang membuatnya hampir mati ketakutan.

“Bagaimana kau bisa berada di sini?” tanya Zarge pelan.

"Tidak tahu. Aku hanya asal masuk ruangan ketika kita semua diserang iblis tadi,” balas Zaverra sambil tertunduk.

“Hm, begitu. Kuharap mereka baik-baik saja,” ucap Zarge.

Keduanya terdiam. Suara-suara berisik di luar pun tak lagi terdengar. Para iblis diadang oleh guru dan senior di depan pintu gerbang sekolah. Namun ada saja iblis yang masuk ke gedung sekolah setelah bisa melewati gedung utama.

“Kurasa situasinya sudah aman,” ujar Zaverra.

“Mungkin. Ayo, kita keluar.”

Keduanya pun keluar dari ruangan tersebut. Meski tak ada iblis yang muncul, keduanya tetap berwaspada jika iblis muncul secara tiba-tiba.

Sebuah pedang melayang, kemudian mengenai lenganZaveraa. Gadis itu memegang lengannya yang berdarah. Keduanya menoleh ke kiri, ternyata ada iblis yang muncul dan melukai lengan Zaverra.

“Kau tetap di sini, Zaverra!” seru Zarge.

Gadis itu menggeleng. "Tidak!"

“Kumohon.” Zarge menatap Zaverra dalam.

“Baiklah, tolong kembali dengan selamat, Zarge."

Remaja laki-laki itu mengangguk. Setelah kepergian Zarge yang melawan iblis tersebut, Zaverra segera membalut lukanya dengan almamater yang digunakannya. Luka yang dihasilkan karena serangan itu cukup dalam sehingga banyak darah yang keluar.

“Dasar makhluk merepotkan,” geram Zaverra sambil membalut lukanya yang terus mengeluarkan darah.

Teriakan Zarge membuat Zaverra menoleh. Laki-laki dengan rambut seputih salju itu terluka. Lengan kiri Zarge ditusuk dengan pedang oleh iblis tersebut.

"Zarge!"

Zaverra secara refleks mengarahkan tangannya pada iblis itu. Dia berusaha mengeluarkan kekuatan yang dimilikinya. Meski seharusnya murid baru sepertinya tak diperbolehkan mengeluarkan kekuatan karena belum stabil. Hanya saja ini adalah keadaan yang sangat darurat sehingga Zaverra harus bisa membuat iblis itu tumbang atau paling tidak melarikan diri.

Tiba-tiba angin berhembus kencang. Zarge kesulitan melihat apa yang terjadi. Sedangkan Zaverra mengarahkan kekuatannya pada iblis itu hingga iblis itu terhempas dan punggungnya membentur tembok. Setelah angin yang dibuat Zaverra perlahan menghilang, Zarge pun menatap Zaverra.

Gadis itu tengah mengatur napas, Zarge yakin jika Zaverra akan kelelahan karena mengeluarkan energi sihir yang cukup besar karena mampu membuat iblis itu terhempas. Sementara, iblis itu mencoba untuk berdiri setelah diserang oleh Zaverra kemudian pergi meninggalkan dua murid itu.

Melihat kepergian iblis tersebut, Zaverra mengukir senyumnya. Zarge pun mencoba menghampiri Zaverra, tapi baru beberapa langkah dia berjalan, Zaverra tumbang sebelum Zarge sempat menolong.

“Zaverra!”

***
Halo semuaa 👋
Jangan lupa vote dan komen ya 📍
Terimakasih ♥

TBC.

The Ice [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang