Bab 10

41 3 0
                                    

Seorang pria dengan rambut putih tengah menaiki kereta kuda dengan senyum mengembang. Pikirannya tertuju pada anak dan istrinya yang sudah menunggu di rumah. Karena memiliki tugas yang cukup berat, dia pun harus meninggalkan keluarga kecilnya untuk mengurus masalah pekerjaannya.

Tak henti-hentinya pria itu tersenyum. Ketika kereta kuda yang dinaikinya hampir sampai di rumahnya, dia melihat asap yang cukup tebal. Secara tergesa-gesa pria itu pun turun dari kereta kuda. Betapa terkejutnya pria itu ketika melihat rumahnya lah yang menghasilkan asap berwarna hitam pekat.

Matanya berkaca melihat pemandangan yang membuat hatinya teriris. Dengan sisa kekuatan yang diamilikinya, dia pun memasuki rumahnya yang terbakar. Asap yang begitu banyak membuatnya sulit mencari keberadaan istri maupun anaknya.

Pria itu mencoba menerobos api yang hampir melahap seluruh rumahnya. Tepat pada kamar miliknya dan sang istri, meski samar dia masih mengetahui letak kamarnya. Pemandangan luar biasa yang membuat hatinya hancur tak tersisa.

Pemandangan di mana istrinya terduduk di sebuah bangku. Kakinya lemas, hatinya hancur, perasaanya campur aduk. Pria itu mulai melangkah mendekati tubuh sang istri. Dia memegang tangan istrinya, ternyata apa yang diharapkannya terkabul.

Air matanya menetes sambil mendekap tubuh istrinya. Namun usapan di kepalanya membuat dia menatap mata sang istri. Pancaran kesedihan yang dapat pria itu lihat dari mata istrinya.

"Ja-jaga an-anak ki-kita. Ak-u men-yuruhnya perg-i. Ca-ri di-a," ucap istrinya dengan terbata.

Setelah mengatakan itu, istri dari pria itu perlahan menutup mata. Rasa takut pun menyerang perasaanya yang sudah hancur tak tersisa. Pria itu mengucangkan tubuh istrinya, tapi tak ada pergerakkan dari wanita yang dia cintai.

Tangannya mengepal, air mata tak dapat lagi dibendungnya. Hanya amarah yang menguasai dirinya saat ini. Pria itu pun bertekuk lutut di hadapan istrinya yang sudah tenang di alam lain. Giginya bergemelutuk, harapannya hanya tinggal satu. Yaitu anaknya.

Karena tak mampu mengendalikan emosinya lagi. Pria itu berteriak, warga yang berada di depan rumah pria itu pun tertegun mendengar teriakan yang memilukan dari rumah yang terbakar.

Di sisi lain, pria itu tak perduli dengan api yang semakin membesar dan memungkinkan akan membakar tubuhnya. Bisa saja dia mati bersama istri tercintanya, tapi satu harapan hidupnya masih tersisa. Istrinya pun menginginkannya untuk mencari anaknya.

Pria itu berdiri dan berteriak sekencang mungkin. Teriakan itu seolah cara untuk melampiaskan amarahnya yang sudah di ambang batas. Tiba-tiba, iris dari pria itu menjadi warna merah. Sejenak dia memandangi tubuh istrinya, lalu berteriak kembali. Api semakin membesar, pria itu pun merentangkan tangannya.

Lalu tubuhnya terangkat-terbang tak memijaki tanah. Dengan sekali ayunan tangan, api yang membesar pun padam dan tergantikan dengan abu yang beterbangan.

Pria itu dapat melihat seluruh penduduk desa yang sedang menatapnya takut. Matanya terpejam, amarahnya kembali menguasai dirinya.

"Siapa yang melakukan semua ini?" tanya pria itu dengan nada rendah menahan amarah.

Tak ada yang menjawab. Semua penduduk desa terdiam, mereka menatap takut pria tersebut. Tak lama seseorang maju dengan langkah berat.

"Kami yang melakukannya!"

"Begitu. Apa alasanmu melakukan hal ini pada keluargaku?"

Seseorang tersebut mendongak, mencoba menatap pria yang terbang tersebut.

The Ice [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang