Bab 21

41 4 0
                                    

“Zaverra.”

“Hei, bangunlah.”

Zaverra mengerjapkan matanya. Dirinya terbangun karena ada yang memanggil namanya. Padahal baru saja dia tertidur, entah mengapa ada yang membangunkannya. Entah Yuri atau Alice, setelah beberapa menit akhirnya kesadarannya terkumpul.
Keningnya berkerut, ini bukan di kamarnya.

“Levanta!”

“Levanta!” Sekali lagi Zaverra memanggil orang itu.

Ya, dirinya berada di tempat tinggal Levanta—dunia buatannya.

“Jangan berteriak. Aku berada tepat di belakangmu.”

Lantas Zaverra menoleh. Pria dengan pakaian putih itu sedang menatapnya tajam. Zaverra pun menghampiri Levanta yang tengah bersandar di batang pohon.

“Senang sekali bisa bertemu dengamu.” Zaverra tersenyum lebar.

“Aku pun begitu,” balas Levanta tak kalah senang.

Zaverra mengedarkan pandangannya pada dunia buatannya yang ditumbuhi banyak tanaman lavender.

“Mengapa aku bisa di sini?”

Levanta tak menjawab. Pria itu memetik beberapa batang bunga lavender, tak lama sebuah mahkota yang dibuat dari bunga lavender jadi. Levanta berbalik dan memakaikan mahkota bunga itu ke kepala Zaverra.

“Anggap saja aku menyambut kedatanganmu dengan bunga mahkota itu.” Sebuah alasan sederhana mengapa Levanta membuat bunga mahkota yaitu itu menyambut kedatangannya, sangat manis.

“Terima kasih, Levanta,” balas Zaverra tulus.

Karena Levanta berjalan menjauhi Zaverra, lantas gadis itu mengikuti langkah Levanta. Tangan mungilnya menyentuh bunga-bunga yang indah itu. Dirinya sudah pergi ke tempat ini untuk kedua kalinya.

“Kau tak lelah tersenyum terus?” tanya Levanta ketika dia berbalik dan menatap bingung ke arah Zaverra yang tersenyum terus.

“Eh? Aku?” tanya Zaverra pada dirinya sendiri.

“Iya, kau,” tunjuk Levanta.

Zaverra lagi-lagi tersenyum.

“Aku merasa nyaman di sini. Seolah tempat ini adalah hal yang aku inginkan sejak dulu.”

“Memang tempat ini adalah salah satu yang kau inginkan,” celetuk Levanta.

“Kau berkata apa?”

Levanta menggeleng. “Tidak ada.”

Lalu Levanta kembali berjalan dan meninggalkan Zaverra yang masih memandangi bunga lavender. Levanta menyadari satu hal, Zaverra masih tak tahu tentang dunia ini. Seharusnya gadis itu tahu mengapa dunia ini tercipta.

“Dia belum mengetahui alasan itu,” lirih Levanta sambil menatap langit.

Sedangkan Zaverra terkejut melihat Levanta yang sudah berada jauh di depannya. Lalu dia mengejar pria itu dengan berlari kecil.

“Levanta, tunggu!”

Namun Levanta tak berhenti berjalan membuat Zaverra menggeram kesal. Setelah bisa menyamakan langkanya dengan Levanta, Zaverra pun menarik lengan pria itu.

“Ada apa?” tanya Levanta saat Zaverra menarik lengannya.

“Bisakah kau menungguku?”

“Tidak,” balas Levanta lalu berjalan menjauh.

Zaverra mengembuskan napas lelah, tapi ketika dia ingin melangkah, Zaverra tak merasakan kakinya. Dengan gerakan kaku, Zaverra menatap ke bawah pada kakinya. dia terbelalak, kakinya melebur menjadi cahaya yang berkilauan sama seperti saat waktu itu-saat dirinya akan menghilang dari dunia ini.

The Ice [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang