09.di jenguk?

62 49 5
                                    

"ARGHHHHHHHHH"
Pagi buta tepatnya pukul 03:25 gadis bernama alara ntah mimpi apa yang ia dapat hingga berteriak sangat kencang, semua penghuni di rumah nya terbangun karena teriakan dirinya.

Seperti bisa sang kepala keluarga akan memarahi nya.

Dughh
Dughh

Pintu kamar alara di tendang hebat olehnya, hingga membuat pintu tersebut terbuka dengan lebar, di sambut dengan kamar bak kapal pecah.

"ALARAA"bentak nya

Alara melirik dengan mata sembab nya.

"BISA TIDAK SEHARI GABUAT PAPAH EMOSI?"tanyanya membentak..

Alara hanya melirik lalu memaling kan wajah nya ke arah jendela dan...

PLAKKKKKK.

"KALO ORANG TUA NANYA TUH DI JAWAB SIALAN"

jlebbbb.
Kata kata terakhir yang terlontar dari mulut papah nya mampu membuat dirinya kembali menangis, dada nya sesak, hati nya sakit, mental pun sama hal nya.

"Salah lara apa sih pah"tanya nya lirih dengan mata yang menatap manik mata coklat papah nya.

"Kenapa lara hanya wujud saja yang sama seperti lira?"ia menjeda ucapannya "kenapa nasib nya sangat jauh berbeda dengan alira malvina alifa?" lanjut nya bertanya.

"Lara juga anak mamah papah kalo kalian lupa"

"T-tapi kenapa lara di perlakukan layaknya sampah sama kalian?"

"Apa sesampah ini lara di mata kalian?"

"Lara juga mau bahagia kayak anak anak anak lain"
"Lara mau kayak lira yang selalu kalian utama kan"
"Kenapa kebahagiaan nggak pernah hadir di hidup lara?"

"KENAPA HANYA LUKA YANG TERUS MENERUS HADIR DI HIDUP LARA"ia menjeda ucapannya, lalu beranjak menghampiri sang papa "K-KENAPA PAH??" tanya nya lirih seraya menggoyang kan tangan sang papa.

Bukan nya luluh, ia malah mendapatkan sebaliknya, papah nya kembali mendorong dirinya sampai ujung kasur, lagi dan lagi dirinya merasakan sakit di punggung nya.

Ia menatap papah nya yang tengah berjalan menghampiri nya, lalu..

PLAKKKKK

"SIAPA YANG AJARIN KAMU BERBICARA SEPERTI ITU PADAKU"tanya nya membentak

Alara tersenyum, kenapa manusia di hadapan nya ini bertanya padanya? bukan kan tanpa ia jawab sudah ia ketahui siapa penyebab nya?

"Ko papah tanya lara?"tanya nya balik dengan senyuman yang merekah, ia melupakan rasa sakit nya tadi.

Dapat lara lihat dengan jelas sorot tajam yang papah nya berikan, menandakan bahwa dirinya benar benar marah padanya, ia melirik ke arah pintu, di mana mamah dan lira berdiri hanya menyaksikan tanpa ingin melerai ayah dan anak itu.

"Ko kalian di situ aja?" Ucap lara "sini dong lara belom puas di siksa kalo cuma sama papah"ucapnya lagi seraya menunduk.

PLAKKKKK

Lagi dan lagi tamparan mulus mendarat indah di pipi nya, lara tertawa sedetik kemudian...

Brukkkk...

Ia kembali terpingsan tepatnya di bawah kasur miliknya.
Semua menatap lara seolah olah tidak peduli, dengan segera mereka melangkah kan kaki nya keluar dari kamar alara malvina alifa.

Bi Sri yang sedari tadi di luar pun hanya menatap iba lara di dalam, ia tidak tega tiap hari harus melihat nyonya nya di siksa oleh tuan rumah nya sendiri.

Ia melirik kedepan, di mana keluarga malvin tengah menuruni anak tangga tanpa lara, lalu memasuki kamar lara dengan segera ia membopong kembali tubuh alara untuk ia tidur kan di kasurnya.

Selepas membaringkan alara, bi sri hanya melirik nya tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi selain mendoakan majikan nya itu.








Sinar matahari sudah menembus kamar gadis yang sedari tadi belum juga membuka kan matanya, alara.
Gadis itu enggan membuka matanya padahal jam sudah menunjukkan pukul 07:59 sebentar lagi jam sekolah nya akan masuk tapi gadis ini? mungkin ia akan ijin untuk beberapa hari.

Di tempat lain dengan waktu yang sama
Jonathan ezkiel alfarell, tengah berdiri dengan gagah di depan gerbang sekolahnya, ntah ia menunggu siapa, mungkin lira?

Tepat sekali, tidak berselang lama alira datang di anter dengan supir miliknya, ia keluar seraya tersenyum ke arah farel, tidak biasanya farell tidak membalas senyuman nya.

Ia kesal sedari tadi memanggil diri farel namun tidak ada satu sahutan pun yang farel keluar kan.
Ia mengikuti arah kemana mata farel tertuju, sepi tidak ada siapa siapa hanya ada beberapa mobil, sedang mencari siapa dirinya itu?

"FARELLLLL"panggil lira ngegas dannn yaps berhasil farel melirik lira sekilas lalu kembali menatap jalanan tadi.

Lira kesal, ia tidak suka di acuhkan, apalagi oleh farel.

"FAREL AKU BILANG PAPAH YA"ancamnya

Lagi dan lagi farel hanya melirik lira tapi kali ini lirikan nya ia tambah dengan pelototan tajam matanya, mengisyaratkan untuk gadis itu diam.

Alira sangat sangat kesal pada farel, pasti karena lara, pikirnya.

"Alara kemana"farel bersuara namun bukan pertanyaan itu yang lira inginkan.
Benar ini karena lara batinnya.

"Sakit"balas lira ketus lalu menggelenggang pergi dari hadapan farel.

Sedangkan farel, ia panik bukan main saat mendengar bahwa Alara sakit?
Tapi kenapa ia sangat panik? bukan kah ia membenci alara?

Ia segera menaiki motornya keluar dari halaman sekolah, ia akan menjenguk gadis itu.








Di sinilah dirinya, di depan gerbang keluarga malvin ia berdecak, kalo bukan karena alara ia tidak Sudi menginjak kembali rumah ini.

"Bisa gw bisa"ucapnya seraya berjalan, namun langkah nya terhenti saat ia sampai di depan pintu utama, dapat ia lihat Alvin tengah tertawa lepas bersama alara?

"Gw telat"gumamnya lalu membalikan badan nya, ia menaruh bawaan nya di meja teras rumah alara, lalu menaiki motornya kembali keluar dari halaman rumah keluarga malvin.










"Ra Lo beneran gapapa?"tanya Alvin lagi dan lagi, jika di hitung sudah ke 8 kali nya Alvin menanyakan kondisi dirinya.

"Lara gapapa avinnnn"kesalnya

Alvin terkekeh, se khawatir ini dirinya pada lara? mungkin cintanya pada lara belum usai.
Cinta?

Ya dirinya memang menyukai alara sejak ia dan lara SMP.
Selama itu dirinya menyimpan rasa pada lara, namun ia tidak berani untuk mengatakan nya.

"E-emm lar gw pulang dulu ya?"ucapnya

Alara tersenyum seraya mengangguk "iya Vin"ucapnya

"Lo istirahat jangan kemana mana kalo ada apa apa telepon gw gausah sungkan sungkan, gw ada 24/7 jam buat Lo kok"ucapnya seraya mengedipkan sebelah matanya genit.

Alara terkekeh Alvin memang tidak pernah berubah sedari dulu.

"Iya iya avin nanti lara telepon avin kalo ada apa apa"ucapnya

"Haha iya, avin pulang dulu ya Ara"Alvin memang sering memanggil alara dengan sebutan Ara, dengan alasan nama panggilan sayang dari Alvin buat alara.

"Iya avin makasih ya, maaf udah ngerepotin"ucapnya merasa bersalah karena telah merepotkan lelaki itu sehingga membuat dirinya membolos sekolah.

"Gapapa demi Lo gw siap lakuin apa aja"ucapnya seraya beranjak.

"Gw pulang"pamitnya.
Alara tersenyum lalu mengangguk "iya avin hati hati"avin hanya membalasnya dengan senyuman selepas itu ia benar benar menghilang dari penglihatan alara.












To be continue...
Typo kasih tau aku ya!!.....

TWINS WITH DIFFERENT FATE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang