Takut (AtsuHina)

744 97 35
                                    

"nghh Tsumu, s-sudah. H-hentikan."

Tubuh kecilnya meronta, memberontak kecil dengan tenaga yang tidak seberapa. Orang yang ada di atasnya hanya terus bergerak, sekali-kali melenguh sembari menyebutkan nama orang di bawahnya.

"Tidak, Shoyo. Aku sudah menunggumu 2 tahun, nghh, kau terlalu lama di Brazil." Tangannya bergerak, membelai surai jingga yang jatuh menutupi wajah kekasihnya.

Ditatapnya dengan intens wajah Shoyo yang memerah penuh keringat, wajah manis yang amat sangat dirindukannya selama 2 tahun belakangan ini. Ditengah gerakannya, ia mengecup lembut ujung mata beriris madu kekasihnya, menjilat air garam yang jatuh dari pelupuk mata.

"Aku menyayangimu, Shoyo."

Setelah berkata seperti itu, ia melanjutkan gerakannya dengan cepat dan kasar, Shoyo berteriak ditengah desahannya yang semakin keras, Atsumu meringis merasakan kenikmatan yang selama 2 tahun ini tidak ia dapatkan. Beberapa saat kemudian keduanya melenguh panjang, melepaskan hasrat tertahan dalam tubuh mereka. Atsumu ambruk, memeluk erat tubuh kecil dibawahnya.

"Shoyo."

Tidak ada tanggapan, ia mengangkat sedikit kepalanya, melihat kekasihnya yang sudah tertidur lelap. Atsumu tersenyum, kebiasaan Shoyo sangat sulit ia terima, selalu tertidur pulas setelah kegiatan mereka. Padahal sebelumnya berteriak dan mendesah tiada henti dan sekarang ia tertidur pulas layaknya tidak ada apapun yang terjadi.

Atsumu mengecup pipi gembul Shoyo, berkali-kali sampai ia sendiri merasa puas. Dirinya kemudian berbaring disamping kekasihnya, memeluknya erat tanpa kembali menggunakan pakaian mereka. Keduanya kemudian tertidur tanpa sehelai benang pun tersisa di tubuh.
.

Keesokan paginya, sinar matahari menganggu tidurnya. Atsumu mencoba menghalau sinar yang masuk dari jendela dengan tangannya yang besar, namun gagal. Cahaya matahari yang menyeruak masuk terlalu banyak. Hari sudah terlalu siang untuk melanjutkan tidurnya.

Atsumu menyerah kemudian terduduk dengan bersandar di sandaran tempat tidurnya. Kedua lututnya diangkat, kemudian menaruh salah satu tangannya disana untuk menopang kepalanya. Matanya fokus menatap kekasihnya yang masih tertidur lelap.

Atsumu tersenyum puas melihat hasil perbuatan mereka tadi malam, tubuh Shoyo penuh tanda kemerahan yang ia tinggalkan dengan sengaja. Sebelum akhirnya ia menyadari tubuh Shoyo penuh dengan keringat, wajahnya pun sama basahnya, nafas Shoyo mulai tidak teratur, dadanya kembang kempis dengan cepat.

Atsumu membelalakkan matanya, bergerak panik mendekati Shoyo. Wajah tampannya penuh kekhawatiran.

"Shoyo?" Tangannya bergerak memegang tubuh Shoyo dan betapa kagetnya ia bahwa tubuh kekasihnya itu panas. Sangat panas.

Shoyo mulai menggigil, bibirnya bergetar, air mukanya mulai menampilkan ekspresi kesakitan.

"Shoyo."

"Shoyo."

"Sayang."

Panggilnya berkali-kali namun tidak membuat pemilik tubuh putih itu bangun dari tidurnya. Tangan kanannya kemudian beralih memegang kening Shoyo, panas sekali .

"Sayang, kau bisa mendengarku? Bangunlah, Shoyo."

Air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya, berkali-kali ia meneriakkan nama pasangannya, namun reaksi yang didapatkannya hanya berupa wajah Shoyo yang semakin menunjukkan rasa sakit.

"Sayang, kita akan ke rumah sakit, tunggu. Kumohon. Shoyo, bertahanlah, sebentar." Suaranya terputus-putus, Atsumu kian panik. Ia mengambil selimut yang ada di bawah kaki Shoyo, menggulung tubuh itu dengan selimut untuk menghangatkannya.

Love in Haikyuu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang