Pesawat Kertas (KenHina)

650 90 78
                                    

"Aku ingin mengembangkan kemampuanku!" Hinata berteriak tegas membuat pelatih Ukai kaget.

"Bukankah kau selalu latihan? Kau akan semakin berkembang jika terus berlatih," jawab pelatih Ukai cuek, menyalakan korek api untuk membakar rokok yang dipegangnya.

"Tidak cukup," jawaban Hinata menarik perhatian pelatih Ukai sepenuhnya.

"Aku sudah kelas dua sekarang, latihan dengan Kageyama hanya akan membuatku tidak dapat berkembang." Wajah Hinata mengeras, tangannya mengepal kuat, matanya memancar keinginan yang begitu besar.

Pelatih Ukai menggaruk kepalanya. Ia sudah menduga hal ini tapi ia tidak menyangka akan secepat ini. Kemampuan Hinata tidak begitu spesial di mata penonton karena semuanya menganggap Hinata hanya memukul umpan hebat yang diberikan Kageyama. Meski para pemain menganggap Hinata berbahaya, namun pandangan penonton pun tidak dapat diremehkan. Jika Hinata terlihat seperti itu, maka itulah kebenarannya.

Hinata selamanya tidak akan selalu berpasangan dengan Hinata, keduanya pasti akan berpisah begitu mereka lulus dari sekolah ini. Dan kemampuan Hinata masih sangat kurang. Hinata kuat karena adanya Kageyama. Sebuah fakta yang mengejutkan tapi itulah kebenarannya. Kehebatan Kageyama dalam memberikan toss membuat Hinata mampu memukul bola dengan mudah dan begitu tinggi. Banyak orang yang khawatir apa jadinya Hinata tanpa Kageyama?

"Baiklah, aku akan mencari caranya." Jawaban pelatih Ukai membuat Hinata tersenyum senang. Ia membungkuk mengucapkan terima kasih dan meninggalkan pelatih Ukai yang tersenyum bangga.

.

Hinata melangkah dengan ceria menuju kediamannya, sepedanya ia dorong dan lebih memilih untuk berjalan kaki. Ia bersenandung pelan sesekali bersiul, mengekpresikan perasaan senangnya dalam berbagai bentuk.

"Shoyo." Hinata mendongak untuk melihat arah suara. Di depan sana ada kekasihnya yang sedang melambai di depan pagar rumahnya.

"Kenma!" teriaknya, mendorong sepedanya lebih cepat untuk mendekati Kenma.

"Ken, kapan kau datang? Kenapa tidak mengabariku?"

Kenma tersenyum lembut, memegang kedua tangan Hinata, "Kejutan?" ucapnya jahil.

Hinata tertawa kecil, "Kejutannya membuatku senang."

Kenma menggerakkan tangannya untuk membelai rambut jabrik Hinata, "Aku senang jika itu membuatmu senang."

Hinata menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merona. Jari tangan Kenma mengangkat dagunya, memaksa Hinata untuk menatap Kenma.

Wajah Kenma mendekat, ia bahkan memiringkan kepalanya. Beberapa senti lagi hingga kedua bibir itu menyatu namun teriakan Natsu--adik Hinata-- membuat Hinata harus mendorong Kenma hingga menabrak pagarnya.

"KAKAKKKK!"

"Ke-kenma!"

.

Hinata duduk bersila, menatap Kenma yang cemberut di sampingnya dengan takut-takut.

"Ken, Maafkan aku, aku tidak sengaja mendorongmu tadi."

Kenma mencuekinya, memilih sibuk dengan scroll - scroll menu ponselnya. Ia sebenarnya tidak merajuk, serius. Tapi perbuatan Hinata tadi benar-benar merusak moodnya. Bahkan mereka sudah lama tidak bertemu tapi saat Kenma ingin menciumnya, ia malah mendorong Kenma hingga punggungnya harus lecet karena menabrak pagar.

"Ken~"

Hinata mengenggam salah satu tangan Kenma, menarik Kenma untuk mendekat, "Maafkan aku, oke?"

Kenma mengalah. Daripada terus bersikap seperti ini dan memainkan jari-jarinya di ponsel lebih baik ia memaafkan Hinata lalu melanjutkan kegiatan yang tertunda bukan?

Love in Haikyuu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang