Andalkan aku juga (SugaHina)

418 41 16
                                    

Sugawara dan Hinata adalah pasangan manis yang terkenal di sekolah. Hubungan keduanya jauh dari kata toxic dan kata kata buruk lainnya. Benar benar hubungan bahagia.

Namun Hinata tidak merasa seperti itu. Ia galau jika memikirkan hubungannya dengan kakak kelasnya itu. Keduanya saling mencintai tentu saja, tapi ada yang membuat Hinata tidak puas. Ia berubah semenjak menjalin hubungan dengan Sugawara, begitupula kekasihnya, namun ada satu sikap yang masih sama. Sikap yang paling menyebalkan menurut Hinata dan menjadi pusat dari kegalauannya. Selalu berkata tidak apa-apa setiap ia bertanya keadaan kekasihnya itu.

Padahal sudah 3 bulan mereka menjalin hubungan romantis, bahkan mereka selalu bersama. Pulang sambil bergandengan tangan, kencan di akhir pekan, berciuman di balik pintu, dan bercumbu ketika malam tiba. Tidak ada lagi harusnya jarak diantara mereka, harusnya tidak ada lagi rahasia diantara keduanya. Namun kenapa Sugawara seolah memberi batas padanya?

Hinata tidak suka itu. Tidak suka ketika ia tidak dapat membuat Sugawara terbuka padanya, tidak suka ketika ia tidak bisa menjadi orang yang diandalkan oleh Sugawara. Selama ini, Sugawara selalu berhasil menghiburnya, menjadi sandaran ketika Hinata sedang memiliki masalah. Sedangkan Hinata tidak bisa memberikan hal yang sama kepada kekasihnya itu.

Hahhh.

Hinata menghela nafasnya. Tangannya mulai pegal karena dari tadi kepalanya bersandar pada tangan kecilnya itu. Ia menoleh pada jam dinding di depannya, jam pulang sekolah sebentar lagi. Guru yang dari tadi mengajar di depannya juga sedang tampak bersiap-siap. Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, diikuti suara siswa-siswi yang kegirangan.

Hinata diam saja, menatap semuanya dengan malas. Mereka berlomba-lomba untuk keluar dari kelas ketika guru sudah keluar dari ruangan. Hinata tidak bergerak sedikitpun, ia masih duduk tenang di kursinya. Buat apa ia cepat-cepat keluar kelas sekarang? kekasihnya akan datang 30 menit lagi ketika kelasnya usai. Anak kelas 3 punya waktu belajar lebih lama karena harus mempersiapkan ujian menuju perguruan tinggi. Dengan alasan itulah, Hinata tetap berada di kelas, menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya dan mulai menutup mata. Memikirkan kekasihnya membuatnya ngantuk dan akhirnya tertidur.

.

Hinata menggeliat, merasakan sensasi geli di bagian pelupuk matanya. Sesuatu benda kenyal terus menyentuh kulit matanya, membuatnya yang sedang tertidur merasa tidak nyaman. Namun Hinata lebih memilih untuk mengabaikan hal itu, ia terlalu mengantuk untuk mengurus sesuatu yang menganggunya.

Kini rambutnya yang diusik, di elus sedikit kasar namun tidak menyakitkan. Sebuah tangan kemudian menyentuh telinganya, benda kenyal yang tadi mengusik matanya mulai menyentuh daun telinganya. Menjilatnya pelan kemudian meniup angin di lubang telingnya. Hinata terlonjak bangun, ia berdiri dengan tiba-tiba sambil memegang telinga yang tadi ditiup. Ia menatap horor orang di depannya yang malah tersenyum manis padanya.

"Akhirnya kau bangun juga, Shoyo."

Hinata bernafas lega. Melepaskan tangan dari telinganya dan kemudian berpindah ke bagian dadanya, mengelus bagian yang menutupi jantung yang sedang berdetak kencang. Ia menatap kesal Sugawara yang masih bertahan dengan posisi jongkoknya.

"Hentikan kebiasaanmu untuk meniup telingaku, Koushi."

Sugawara semakin melebarkan senyumannya, kemudian tertawa pelan. Ia berdiri dari posisinya dan berjalan mendekati Hinata. Kedua tangannya memegang pinggang kecil Hinata, menariknya mendekat untuk mengurangi jarak diantara keduanya.

Hinata yang memiliki tubuh lebih pendek harus mendongak untuk menatap mata kekasihnya. Menatap penuh heran dengan ekspresi lelah Sugawara yang ditutupi dengan senyuman. Tangan kanan Hinata terangkat ke atas, membawa jari-jarinya untuk menyentuh setiap inci dari pipi kekasihnya. Sugawara nenutup matanya, membiarkan sensasi nyaman yang diberikan oleh jari-jari Hinata di wajahnya. Keduanya terdiam sesaat sebelum akhirnya Sugawara terpaksa membuka matanya ketika Hinata menurunkan tangannya dari wajah Sugawara.

Love in Haikyuu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang