Hinata Shoyo. Sosok yang ceria. Sosok yang memiliki semangat lebih dan terlihat seperti orang tanpa beban sedikitpun. Semuanya ia jalani dengan baik tanpa terdengar keluhan dari pemilik tubuh kecil itu.
Sosok Hinata terkenal memiliki hawa yang positif dan dapat dipercaya. Pembawaan Hinata yang seperti itu membuatnya menjadi tempat bersandar bagi banyak orang. Semua orang mencarinya ketika membutuhkan telinga untuk mendengar dan hiburan dikala sendu.
Hinata adalah andalan semua orang. Pendengar yang baik, pemberi saran yang lucu, dan orang yang mampu membalikkan mood menjadi jauh lebih baik lagi.
Selama ini Hinata hanya menjadi pendengar. Ia jarang sekali menceritakan dirinya sendiri. Pernah sesekali ia bercerita tentang dirinya dan masalahnya namun setelah itu ia akan bungkam. Tidak lagi membicarakan tentangnya.
Semua orang berpikir Hinata tidak punya masalah atau apapun untuk diceritakan. Semua orang percaya itu. Yah, semua orang.
Sore itu hujan. Hinata pulang terlambat lagi hari ini. Tadi ia menemani teman sekelasnya yang curhat tentang kekasihnya. Hinata menanggapinya. Tidak mungkin ia membiarkan seseorang yang tampak sedih itu sendirian.
Akibatnya sekarang ini. Pulang terlambat ditambah hujan yang memperburuk suasana hatinya. Memperburuk suasana hatinya?
Ya. Suasana hati matahari-nya Karasuno itu sedang buruk. Ia menatap langit yang terus menjatuhkan air hujan dengan tatapan kosong. Tangannya menengadah, merasakan betapa dinginnya hujan.
Tubuhnya menggigil, kedinginan. Ia tidak punya payung, temannya yang tadi bersamanya sudah pulang duluan karena pacarnya ternyata menunggunya. Hinata sendirian.
Bagaimana hatinya tidak karuan saat ini? Menjadi orang yang tidak bisa menolak siapapun akhirnya menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.
Hinata memang di cap sebagai orang baik, namun nyatanya Hinata terkekang karena hal itu.
Ia selalu mendengar. Berbicara hanya ketika diminta saran saja dan selebihnya ia bungkam. Hinata sebenarnya bukan orang seperti itu. Hinata adalah orang yang paling banyak bicara, ia tidak suka menjadi orang yang diam saja jadi ketika teman-temannya meminta saran, ia akan mengoceh panjang lebar tentang berbagai solusi dari masalah yang dialami teman-temannya.
Mereka tertawa. Saran yang diberikan Hinata setelah ia berpikir selama ia bungkam ditertawakan. Mereka menganggapnya lucu. Bukannya Hinata tidak suka mereka terhibur dengan caranya menyampaikan saran, hanya saja karena sarannya dianggap lucu, mereka sering kali tidak mempertimbangkan solusi yang ia berikan.
Hinata berpikir keras untuk itu tapi tidak satupun dari mereka yang mendengarkannya. Contoh seperti temannya tadi. Bercerita tentang betapa buruknya kekasihnya itu karena selalu menyelingkuhi nya, selama dua bulan pacaran, pacarnya telah 4 kali tertangkap selingkuh. Itu yang tertangkap, yang belum? Hinata menyarankan untuk putus tapi lihat temannya sekarang, meninggalkannya sendirian dan pergi bersama dengan pacar brengseknya itu.
Hinata tidak suka. Benar benar tidak suka. Selama ini ia sadar dijadikan lelucon, tapi ia pikir itu wajar-wajar saja. Sekarang tidak lagi. Hinata tau yang mereka butuhkan dari Hinata hanya telinganya saja. Mereka tidak perlu otak dan mulut Hinata.
Nasi telah menjadi bubur. Hinata tidak bisa tiba-tiba berubah begitu saja. Lagipula ia telah hidup seperti ini semasa hidupnya, kenapa ia harus sakit hati?
Namun ia juga butuh telinga saat itu, butuh punggung untuk bersandar, butuh seseorang untuk menemaninya disisinya.
Ia tidak punya seorang pun di sekolah ini. Semua orang ingin tau tentangnya, ingin Hinata bersandar padanya tapi saat Hinata bersandar hanya kata "Sabar ya, Hinata." yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Haikyuu!!
ФанфикHinata x All Mungkin penulisannya terkesan berantakan dan terlalu kaku, jadi jika kalian punya saran untuk kesempurnaan penulisan dalam ffn ini, silahkan Haikyuu © Haruichi Furudate Genre : Drama, Romance Rate : T semi M Warning : BL, OOC, AU, typo(...