Upacara Kelulusan ( KitaHina )

377 52 46
                                    

"Sebentar lagi kita akan lulus- uh aku belum menyampaikan perasaanku!" Aran tampak frustasi. Mengeluh pada Kitashin yang sedang sibuk membaca buku di depannya.

"Sampaikan saja," jawab Kitashin santai sambil membalik lembar bukunya. Wajah tampan yang dibingkai kacamata hitam polos itu nampak fokus membaca rangkaian kata yang terpapar di depannya.

Aran membuang nafas kasar, "Itu tidak mudah, bro."

"Memang apa yang sulit?"

"Jawabannya!" Aran menjawab lantang, "Yang menakutkan dari menyatakan perasaan itu jawaban yang akan kita terima! Bagaimana kalau aku ditolak?" sambungnya naas.

"Lalu bagaimana kalau kau diterima?"

"Itu kan kalau diterima!"

"Yang kau takutkan kan kalau ditolak?"

"Ya. Aku takut ditolak. Aku sudah menyukainya dari lama, Kita."

Kitashin menutup bukunya, tidak lupa menandakan halaman buku yang baru saja ia baca. Ia lepas kacamatanya, menatap Aran dengan mata datar khasnya.

"Apa kau sudah yakin akan ditolak seratus persen?" Aran menggeleng, "Tapi persentase-ku untuk diterima juga tidak jelas."

"Lima puluh lima puluh." Kitashin bersedekap dada dan menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya, "Persentase kau ditolak itu lima puluh dan persentase kau diterima juga lima puluh. Kau tidak akan tau jawabannya jika kau tidak mengutarakannya, Aran."

Aran menunduk, "Tidak mudah untuk menyatakan perasaan, Kita."

"Lalu karena tidak mudah dan takut ditolak, kau tidak akan menyatakan perasaanmu, begitu?"

Mulut Aran terkunci rapat. Tatapan tajam Kitashin membuatnya tak mampu menjawab teman yang sangat dihormatinya itu.

"Apapun yang terjadi, sampaikan saja perasaanmu. Rasa takut atas apa yang belum terjadi memang tidak mudah untuk dihilangkan, tapi yang harus kau lakukan hanya berteriak spontan dan sampaikan perasaanmu." Tiap kata disampaikan dengan tegas, membuat siapa pun yang mendengarkan akan fokus pada Kitashin. Aura pemimpinnya begitu kental.

"Lalu kenapa kalau ditolak? meski kau ditolak kau mendapatkan banyak keuntungan. Pertama kau menyampaikan perasaanmu padanya, kedua kau berhasil mengatasi rasa takutmu, ketiga kau menyampaikan perasaanmu kau tau bagaimana perasaannya, tidak ada yang merugikan tentang itu? Kau takut dirimu dan dirinya tidak akan memiliki hubungan yang sama seperti sebelumnya? Kau tau betul bahwa apapun jawabannya, hubungan kalian akan berubah."

Aran mendengarkan dalam diam. Kitashin menarik kursinya mendekat, "Apa yang kau dapatkan jika kau tidak mengungkapkan perasaanmu? tidak ada, kan? kau tidak mendapatkan pengalaman atau pelajaran apapun. Manusia belajar dari kegagalan tapi jika kau menolak untuk gagal, bagaimana kau akan maju?"

Terharu sudah. Mata Aran berkaca-kaca. Meski tubuhnya besar, Aran adalah orang berhati lembut. Mendengarkan kata-kata Kitashin benar-benar memberinya pukulan kuat. Alasan kenapa orang sepertinya sangat menghormati Kitashin adalah karena sosok bijaksananya ini. Dramatis dengan menyeka air mata yang bahkan belum jatuh, Aran kemudian berdiri dan memegang kedua pundak Kitashin erat.

"Kita! Kau benar, sangat benar. Terima kasih kawan! Aku akan mengungkapkan perasaanku saat kelulusan lusa!"

Kitashin tersenyum mendengarnya.

.

Perjalanan pulang kali ini terasa lambat. Jarak dari sekolah ke rumahnya terasa semakin jauh atau mungkin karena Kitashin yang melangkah terlalu pelan karena sedang memikirkan sesuatu?

Langkah pelan itu sepenuhnya terhenti tepat di depan pohon besar yang menghalangi jalannya. Hampir saja. Syukurnya dalam hati.

Kitashin memikirkan kata-katanya sendiri sejak tadi. Kata-kata penyemangat yang ia berikan pada Aran, temannya. Senyum tipis singgah di wajah putihnya. Ia menyikat rambut depannya ke belakang, mendadak merasa sakit kepala.

Love in Haikyuu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang