Boleh sekali lagi? (KitaHina)

570 90 27
                                    

Kesehariannya membosankan.

Sekolah, Rumah, belajar dan Olimpiade. Tidak lebih dari itu. Ia selalu mengulangi rutinitas yang sama setiap harinya. Berkata bosan pun ia tak mampu, karena sekali ia meninggalkan rutinitasnya semakin tersesat ia dalam kehidupan.

Hidupnya telah diatur sejak lama. Menuruti keinginan orang tuanya adalah yang utama. Tuntutan demi tuntutan yang diberikan padanya ia terima dan jalani sebaik-baiknya.

Monoton.

Selalu merasa de Javu.

Itulah Kita Shinsuke. Anak cemerlang dengan prestasi gemilang, berbanding terbalik dengan hidupnya yang dilanda kegelapan.

Semuanya gelap.

Kemudian datang suatu cahaya. Cahaya yang merobek besar isi hatinya. Masuk tanpa izin dan memberi penerangan atas kehidupannya.
.

"Kak, Aku Hinata Shoyo."

Kitashin tersenyum ramah seperti biasa, "Kita Shinsuke. Salam kenal."

"Aku suka kakak."

Pernyataan yang tidak mengejutkan karena sudah terlalu biasa bagi seorang Kitashin mendapat pernyataan cinta.

Mempertahankan senyumannya, Kitashin menepuk pundak Hinata dan melenggang pergi, "Terima kasih."

Penolakan biasa, rutinitas. Kalimat dan tindakan yang sama setiap kali menolak pernyataan cinta. Yang tidak sama adalah orang yang mengungkapkannya. Semuanya akan berhenti setelah penolakan yang dilakukan oleh Kita Shinsuke, tapi tidak dengan Hinata Shoyo.

Setiap bertemu, anak periang itu akan menghampiri Kitashin dan mengungkapkan kembali perasaannya. Dengan cara yang sama, Kitashin menolaknya namun keesokan harinya, Hinata Shoyo akan kembali lagi padanya, menyatakan cinta dengan cara yang sama sekali berbeda.

"Kak, kakak tau kenapa Haikyuu disebut Haikyuu?"

Menghargai usaha Hinata, Kitashin menoleh, "Karena produsernya yang memberi nama?"

"Teng tong." Hinata berteriak riang. Tertawa cerah karena jawaban salah Kitashin.

"Lalu?"

"Karena kalau diberi nama Milikku itu kakak."

Hinata semakin tertawa.

"Aku suka kakak."

Ia menolak Hinata- dengan cara yang sama.

.

"Kenapa tidak kau terima saja? Aku hampir gila karena mendengar gombalan tidak masuk akalnya setiap hari." Temannya mengeluh di samping Kitashin yang sedang fokus mengerjakan essay.

"Jika kau tidak ingin mendengarnya, pergilah dari sisiku." Kitashin menjawab tanpa menoleh sedikitpun.

Temannya merenggut, "Bagaimana mungkin? Aku akan selalu di sampingmu dan melihatmu mulai luluh padanya."

"Itu tidak akan pernah terjadi."

"Ayolah, kawan. Dia manis?"

"Lalu?" Kitashin tidak peduli. Ia sibuk dengan essay-nya.

Berdecak pelan, temannya itu mulai lelah dengan sifat keras kepala Kitashin. Kepalanya tertekuk di dalam lipatan tangannya.

"Kau harus mencoba sesuatu yang baru sekali-kali, Shin," gumamnya pelan.

Kitashin merapikan double folio nya, ia selesai dengan essay nya. Tangannya kemudian mengambil sebuah buku tebak untuk dibacanya.

"Sesuatu yang baru bukan berarti bermain-main dengan perasaan orang."

Love in Haikyuu!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang