Daffodil

576 107 3
                                        

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡






"Teramat sering kau membuat patah hatiku."

"Kau datang padanya, tak pernah ku tahu."
"Kau tinggalkan aku disaat ku butuhkan mu."
"Cinta tak begini, selama ku tahu tapi ku lemah karena cintaku padamu."

"Jika cinta dia, jujurlah padaku."
"Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu."
"Jika cinta dia, ku coba mengerti."
"Mungkin kau bukan cinta sejati dihidupku~"

Keiju berdecak malas, sedari tadi dia hanya mendengar lagu-lagu galau yang diputar mamangnya.

Capek dia tuh, yang paling penting bikin sebel tuh karena dia gak hapal lagunya. Kalo hapalkan enak, bisa ambyar bareng.

"Mamang, masih galau?" Jeongwoo mengangguk lemas. "Galaunya, karena apa?" Jeongwoo menatap Keiju sendu.

"Kei, mau dengerin mamang curhat?"
"Bolehlah, dari pada dengerin lagu galau mulu pusing." Jeongwoo terkeheh, sekarang dia merubah posisinya.

Jeongwoo rebahan diatas karpet bulu ruang keluarga Park Jihoon, dia sedari tadi ditemani Keiju karena hari ini weekend jadi orangtua Keiju pergi belanja sambi kencan ceunah.

"Mamang teh suka sama orang..."
"Kirain mamah sukanya bukan sama orang." Jeongwoo menatap si teman ngobrol bingung.

"Maksudnya?"
"Ya soalnya mamang galau terus, kayak gak bakal ada harapan buat bersatu gitu. Emangnya kenapa? Beda keyakinan? Sekarangmah udah banyak yang nikah beda keyakinan, mamang gak usah galau terus."

Jeongwoo sekarang jadi duduk, dia menghadap pada si remaja SMP itu.

"Enggak gitu Kei, dia manusia asli dan kita satu keyakinan."
"Terus, kenapa galau terus?"
"Soalnya dia gak pernah respon sikap mamang." Jeongwoo nunduk, malu aja kalo muka sedihnya dilihat anak SMP.

"Yaudah, cari yang lain !!"
"Masalah hati, gak segampang kamu jual gorengan Kei. Apalagi mamang kan jomblo dari lahir, susah buat nemu yang srek. Eh, sekalinya nemu malah ruwet jalurnya."

"Mamang, suka banget sama orang itu?" Jeongwoo balas dengan anggukan. "Kenapa?"

"Bukannya cinta gak perlu alesan yah?"
"Yehh, segala sesuatu dalam hidup terjadi pasti punya alesannya sendiri. Kayak Kei, kenapa sekolah? yah kan buat masa depan, coba kalo sekolah gak penting pasti Kei lebih milih rebahan."

Jeongwoo mengangguk setuju, masuk akal juga apa yang diucapin cebong kakak sepupunya ini.

"Terus, apa alesan mamang suka dia?"
"Dia tuh, baik, sopan, lembut, ramah, pinter, pekerja keras, sayang orangtua, mandiri, suka menabung, pokoknya masih banyak deh."

"Mamang, udah deket banget sama dia?"
"Enggak juga sih."
"Terus, itu semua tahu dari mana?"
"Sebagian nebak, sebagainya lagi pernah denger sama liat."
"HEUH, kirainteh semuanya tahu dengan jelas. Tahu ah, Kei pusing."

Lalu Jeongwoo sekarang ditinggal sendirian, dia balik rebahan lagi sambil natap langit-langit rumah sembari ditemani lagu galau.

Flower in lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang