Dua Puluh

379 48 14
                                    

A/N

Sebelum baca, harap bersiap merasakan kejengkelan. Wkwkwk.
Makasih udah nungguin❤️

*****

Regulus mengerjapkan matanya berulang kali, seulas senyuman terbit di bibir pria itu saat mendengar dengkuran halus milik gadis cantik dalam dekapannya itu. Perlahan dia menaikkan sebelah tangannya yang melingkar di pinggang si gadis, menyentuh serta mengusapi surai pirang itu dengan penuh sayang, menyalurkan perasaan tulus dalam hatinya, kepada sang gadis pujaan yang tengah terlena dalam mimpi.

Perlahan Regulus menurunkan tangannya lagi, menggeliat pelan sekali demi melepaskan diri dari dekapan Nicta tanpa membangunkan gadis itu. Dipindahkannya tangan Nicta yang melingkari pinggang pria itu. Setelah berhasil melepaskan diri dari Nicta, Regulus membenahi selimut gadis itu hingga sebatas dada, lalu mengecup dahinya lembut. Setelah melemparkan senyuman lagi pada Nicta yang sudah jelas tak melihatnya, Regulus melangkah meninggalkan kamar.

Regulus berniat mencari udara segar ke halaman, namun niatnya terbengkalai kala langkah pria itu melintasi kamar utama yang dihuni oleh Adelle. Pintu kamar yang sedikit terbuka membuat Regulus jadi penasaran. Sedang apa istrinya di dalam sana? Mengapa gadis itu tidak menutup pintu kamarnya dengan benar?

Karena terlalu penasaran, Regulus mendorong pintu kamar agar terbuka sedikit lagi. Suara senandungan lirik dalam bahasa Inggris masuk ke gendang telinganya, membuat Regulus semakin penasaran. Tanpa pikir panjang bungsu Dirgantara itu segera melangkahkan kedua kakinya memasuki kamarnya dengan sang istri. Dengan perlahan Regulus mengikuti suara senandungan merdu tersebut, hingga akhirnya langkah kaki Regulus terhenti di pintu kaca yang menuju balkon kamar. Pintu itu terbuka, membuat Regulus bisa melihat Adelle tengah duduk di sofa panjang yang ada di balkon. Earphone dengan kabel berwarna putih terpasang di kedua telinga gadis itu, bibir cantik itu tak berhenti menyenandungkan lirik dari lagu yang terputar dari earphone-nya. Sepasang netra milik bungsu Albara memandang halaman samping rumah yang terlihat dari balkon.

Regulus kembali melangkah, pria itu menghampiri Adelle dan duduk di samping kanannya, membuat Adelle terkejut dan segera menoleh. Melihat Regulus sudah ada di dekatnya, Adelle segera melepaskan kedua earphone dari telinga, lalu memiringkan duduknya menatap sang suami penuh tanya.

"Kamu udah lama di sini?" tanya Adelle.

"Lumayan, mungkin sepuluh menit," sahut Regulus, "udah denger lo nyanyi beberapa lagu."

Adelle tampak terkejut, "Regulus, kamu bikin aku malu."

Regulus mengangkat kedua alisnya. "Kenapa malu? Suara lo bagus banget, kok. Kayak penyanyi gereja."

"Dulu aku sama Amasha pernah jadi penyanyi gereja."

Regulus mengangguk paham. Pria itu lantas menunjuk earphone kabel serta handphone yang ada di tangan Adelle. "Lo enggak punya airpods? Kenapa masih pakai itu?"

Adelle ikut menunduk, menatap benda dalam genggamannya sekilas sebelum kemudian kembali melihat wajah Regulus. "Punya, aku cuma lagi pengin mengenang masa lalu aja. Dulu waktu masih SMA aku sering banget pakai earphone sambil duduk di balkon kamar setiap sore begini."

"Memangnya waktu SMA lo enggak sibuk ikut bimbel? Kok masih punya waktu santai sore?"

Adelle menggeleng. "Aku sudah pintar dari lahir, jadi enggak perlu bimbel."

Regulus terkekeh. "Sombong banget."

Adelle ikut terkekeh kecil.

"Lo lagi dengerin lagu apa?" tanya Regulus setelah mereka selesai tertawa kecil.

"Enggak tahu, tadi aku pilih random play list aja. Mau dengar?"

Regulus mengangguk.

Adelle lantas memakaikan sebelah earphone ke telinga Regulus dan sebelah lagi ke telinganya sendiri. Gadis itu juga meluruskan kembali posisi duduknya menatap halaman. Sebuah lagu berbahasa Inggris terputar pelan sekali di telinga Regulus, namun pria itu tidak menghiraukan lirik yang terus terdengar. Si bungsu Dirgantara justru tengah sibuk menikmati getaran aneh di dalam benaknya kala menatap paras sang istri dari samping.

Getaran dalam benak Regulus semakin terasa bersahutan dengan debaran di dadanya ketika angin menerpa surai Adelle. Membuat beberapa helainya berterbangan ke wajah cantik itu. Tangan Regulus seketika terangkat, membenahi tiap helai rambut Adelle yang menerpa wajah. Sementara si pemilik wajah yang seketika terkejut itu pun lantas menoleh ke  suaminya.

Melihat wajah Adelle dari dekat begini membuat sebuah dorongan muncul di batin Regulus.
"Adelle, maaf," ujar Regulus sebelum menarik tengkuk Adelle mendekat. Membuat bibir mereka bertabrakan. Perlahan, Regulus mencium bibir Adelle dengan lembut sekali.

Sementara Adelle yang terkejut tak mampu melakukan apa pun. Gadis itu hanya melebarkan mata karena tak percaya dengan apa yang sedang dia alami.

Merasa tak mendapatkan balasan dari sang istri, Regulus menghentikan kegiatannya. Pria itu melepaskan tangan dari tengkuk Adelle kemudian menjauhkan wajahnya dari wajah Adelle, membuat Adelle merasa kehilangan.

"Lo enggak suka, ya?" tanya Regulus pelan.

Adelle menggeleng. "Bukan, aku cuma kaget."

Mendengar jawaban Adelle membuat Regulus tak mampu membendung senyumannya. Pria itu lantas melepaskan earphone dari telinganya dan telinga Adelle, mengambil alih handphone Adelle dari genggaman lalu meletakkannya ke atas meja di sampingnya. Pria itu kemudian menarik tubuh sang istri agar mendekat padanya. Perlahan Regulus kembali menyatukan bibir mereka.

Sementara Adelle yang mulai bisa mengontrol keterkejutannya itu pun akhirnya bisa membalas pagutan Regulus di bibirnya dengan lembut.

Merasa mendapatkan sambutan dari  Adelle, Regulus seketika menarik Adelle dan mengangkat tubuh gadis itu agar naik ke pangkuannya. Pria itu melingkarkan lengannya ke pinggang Adelle.

Sementara itu Adelle ikut melingkarkan lengannya ke leher Regulus. Gadis itu sudah pasrah seolah menyerahkan diri ketika tangan sang suami yang semula berada di pinggangnya kini mulai menjamah bagian lain, sibuk mengabsen setiap inchi tubuh bagian atasnya.

Ketika tangan Regulus sampai ke kancing dress Adelle, pria itu menghentikan gerakannya. Melepaskan pagutan bibir mereka sekali lagi dan menatap wajah Adelle yang sudah tampak memerah.
"Boleh?" tanya Regulus pelan.

Adelle mengangguk malu-malu. "Lakukan apa pun yang ingin kamu lakukan, Regulus. Aku ini istrimu."

Mendengar sambutan baik dari sang istri, Regulus lantas kembali memagut bibir Adelle dengan tangannya yang segera melepaskan satu persatu kancing dress sang istri. Setelah berhasil melepas semuanya, Regulus hendak membuka dress Adelle namun Adelle mencegah tangan pria itu.
"Kita masih di balkon," bisik Adelle di sela ciuman mereka.

Menyadari kebodohannya, Regulus terkekeh pelan. Pria itu lantas menggendong tubuh Adelle menuju ke dalam kamar. Dengan lembut diletakkannya tubuh sang istri ke atas ranjang. Setelah memastikan Adelle berbaring dengan nyaman di atas ranjang, Regulus melangkah menuju pintu kamar dan menguncinya.

Regulus kembali menghampiri Adelle, pria itu segera menindih tubuh sang istri dan kembali menciumi bibirnya. Ciuman itu turun ke dagu, leher, hingga akhirnya tiba di dada. Sedikit ragu, si bungsu Dirgantara kembali menatap wajah sang istri.

"Beneran boleh?" tanya Regulus lagi.

Adelle mengangguk pelan. "You can do anything."

Regulus terkekeh sebentar. Mendengar kalimat Adelle membuat pria itu lantas segera menginginkan sesuatu yang lebih lagi. Regulus segera menarik lepas dress sang istri, menyisakan pakaian dalam set yang dipakai Adelle di balik dress rumahannya itu.

Melihat tubuh Adelle yang terekspos, Regulus tak bisa lagi menahan hasratnya. Pria itu lantas segera melakukan hal yang selama ini hanya dia lakukan bersama Nicta.

"Adelle, maaf," desisnya ketika melihat Adelle menahan kesakitan karena untuk pertama kalinya merasakan tubuhnya dijamah oleh seorang pria.

"I'm yours, Regi," Adelle balas mendesis, dan untuk pertama kalinya menyebut Regulus dengan nama kecil pria itu.

Akhirnya sore itu terlewati dengan indah bagi pasangan suami istri yang tengah sibuk memadu cinta untuk pertama kalinya. Memadu cinta? Bisakah itu disebut cinta?

*****





Seandainya PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang