Tiga puluh

543 74 30
                                        

WARNING!

Yang belom follow / vote dilarang baca! Wkwkwk. Luff lagi:*

*****

Ayudia Mentari Dirgantara merupakan istri dari mendiang Atma Kulawangsa Dirgantara, seorang konglomerat pemilik pabrik tekstil dan bisnis properti Dirgantara corp. Semenjak sang suami meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu, Ayudia membesarkan dua putranya seorang diri sembari mengelola seluruh harta peninggalan sang suami. Dibantu oleh sang putra sulung, Aldebaran Dirgantara, Ayudia memimpin Dirgantara corp sebelum lima tahun yang lalu kepemimpinan secara sah diwariskan kepada Aldebaran. Semenjak sang putra sulung memimpin Dirgantara corp, Ayudia sepenuhnya pensiun dari dunia bisnis. Wanita yang mulai sepuh itu hanya menghabiskan waktu untuk menjalani kehidupannya yang nyaman sebagai seorang konglomerat. Ayudia bersyukur karena hidupnya sangat nyaman, dia memiliki putra sulung yang sangat bisa diandalkan, dan juga putra bungsu yang sangat manis serta penurut, belum lagi menantu selugu Anila dan Adelle yang tak pernah membuatnya sakit kepala. Kebahagiaannya terasa sangat lengkap, setidaknya sebelum si bungsu mulai berulah.

Bagaimana tidak? Putra bungsunya yang sudah beristri itu justru menghamili mantan pacar yang setahu Ayudia sudah lama diputuskan oleh putranya. Belum lagi perceraian yang tak bisa lagi sang putra hindari. Sialnya lagi, gadis yang dihamili oleh si bungsu itu berprofesi sebagai aktris. Hal itu tak ayal membuat seluruh huru-hara yang tengah dialami keluarga Dirgantara menjadi santapan besar bagi seluruh media. Setiap aktifitas keluarga Dirgantara mendadak menjadi sorotan publik, termasuk dengan kelahiran cucu pertamanya, anak dari Aldebaran dan Anila. Dampak dari masalah yang sedang terjadi, acara pemberian nama untuk sang cucu yang sudah direncanakan akan digelar secara megah mendadak batal dan diganti dengan acara kecil yang tertutup, semua itu demi menjaga privasi serta citra keluarga Dirgantara agar tidak semakin rusak. Pasalnya, perceraian dari si bungsu Dirgantara dengan bungsu keluarga Albara belum resmi terjadi.

Tentunya semua masalah itu membuat kesehatan Ayudia mulai menurun mengingat usianya yang tak lagi muda. Ayudia juga terpaksa dirawat di rumah dan tidak di rumah sakit demi menghindari sorotan publik. Beruntung sang putra sulung selalu berada di sisinya, tak pernah meninggalkan Ayudia. Sama seperti hari ini ketika Ayudia bilang bahwa si bungsu menghubunginya dan mengatakan bahwa dia akan datang bersama sang kekasih demi memenuhi panggilan Ayudia, Aldebaran sama sekali tak beranjak dari kamar sang ibu. Padahal Ayudia sudah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Aldebaran takut sang ibu akan drop kondisinya ketika bertemu dengan si bungsu dan pacarnya yang sedang hamil.

"Al, mending kamu temani istrimu, kasihan dia harus merawat baby Zee sendirian," ujar Ayudia ketika Aldebaran tengah menemaninya meminum teh di balkon kamar Ayudia.

"Nila justru memintaku untuk tetap di sisi mama," sahut Aldebaran.

"Mama enggak apa-apa."

"Aku juga enggak apa-apa menemani mama begini," sahut Aldebaran.

Suara ketukan pintu kamar mengalihkan atensi keduanya.

"Masuk!" Aldebaran memberi izin masuk.

Suara pintu terbuka, disusul dengan langkah kaki menuju balkon. Tak lama berselang, Inun kepala pelayan di rumah Dirgantara muncul.

"Maaf mengganggu waktunya," ujar bi Inun.

"Ada apa, Nun?" tanya Ayudia.

"Den Regi sudah datang, sedang menunggu di ruang tamu," jelas Inun.

Ayudia mengangguk paham. "Buatkan minum untuk kami, Nun. Sebentar lagi saya turun."

"Baik, Nyonya," sahut Inun sebelum undur diri dan keluar dari kamar sang majikan.

Seandainya PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang