Tiga Belas

292 44 18
                                    

Jarum jam di dinding kamar menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. Itu artinya setengah jam lagi Regulus akan menjemput dan mengajak Adelle ke acara makan malam perusahaan. Adelle memeriksa penampilannya di depan cermin sekali lagi. Adelle menatap pantulan dirinya di cermin besar itu sekali lagi. Merapikan beberapa detail pada long dress berwarna khaki berlengan panjang dan potongan bahu rendah yang dia pakai. Adelle memeriksa bahunya yang terekspos, memastikan tidak ada sedikit pun celah di sana. Dibenahinya kalung dengan liontin daun semanggi yang sedikit miring di leher serta membenahi kedua antingnya juga. Tak lupa Adelle juga memeriksa rambutnya, memastikan dia sudah membuat sanggul dengan benar dan tidak akan mudah terlepas. Terakhir Adelle memeriksa jemarinya, memastikan bahwa cincin pernikahan masih tersemat di jari manis gadis itu. Selesai. Adelle merasa persiapannya sudah lebih dari cukup untuk tidak membuat malu keluarga Dirgantara.

Adelle melangkah menuju rak sepatu dan tas, memilih kedua item itu sesuai dengan tema gaunnya malam ini. Setelah merasa tidak ada yang tertinggal lagi, Adelle melangkah keluar dari kamar dan menuju ruang tamu untuk menunggu Regulus menjemputnya. Belum genap lima belas menit Adelle duduk di sofa ruang tamu, suara mobil Regulus sudah terdengar memasuki pekarangan. Dengan segera Adelle bangkit dan melangkah keluar. Didapatinya super car Regulus sudah berhenti tepat di depan teras, menunggu Adelle.

Adelle memasuki mobil Regulus, duduk di samping pria yang berada di balik kemudi itu. Setelah Adelle duduk dengan nyaman, Regulus segera melajukan mobilnya lagi meninggalkan halaman dan keluar dari komplek perumahan hingga turun ke jalan raya menuju restoran mewah yang letaknya tidak jauh dari kantor pusat Dirgantara corp.

Ini adalah pertama kalinya Adelle bertemu dengan Regulus sejak seminggu yang lalu. Adelle sedikit berharap Regulus akan menanyakan kabarnya. Sayang, pria itu tetap bungkam seolah tidak peduli. Jangankan bersuara, Regulus bahkan tidak melirik ke arah Adelle sedikit pun. Dia hanya fokus mengemudi. Sudah jelas sekali bahwa Regulus sebenarnya sangat terpaksa mengajak Adelle malam ini.

Begitu tiba di pelataran restoran, Regulus turun dari mobil dan meninggalkan Adelle. Regulus menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas keamanan, meminta untuk memarkirkan mobilnya. Sementara itu Adelle turun dari mobil dan melangkahkan susah payah menyusul Regulus yang sudah berdiri di depan pintu masuk restoran.

Tepat setelah Adelle berdiri di samping Regulus, pria itu segera menyodorkan lengannya kepada Adelle. Tanpa banyak bertanya, Adelle lantas menyambut lengan Regulus dengan gandengan mesra. Regulus lantas memasang senyuman dan melangkah perlahan menyesuaikan langkah Adelle memasuki restoran. Dan kini mereka berdua tampak seperti pasangan pengantin baru yang harmonis dan hangat.

Begitu sampai di lantai dua restoran yang menjadi tempat diadakannya acara makan malam, seluruh pasang mata yang hadir segera menatap pasangan itu.

Nyonya Dirgantara serta Anila yang sudah hadir segera menyongsong kedatangan Adelle serta Regulus. Keduanya kompak memeluk Adelle sambil tersenyum lebar. Dengan wajah gembira serta penuh kebanggaan, Nyonya Dirgantara memperkenalkan Adelle Albara sebagai menantu bungsunya kepada seluruh karyawan yang hadir. Setelah Adelle selesai memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah, sang ibu mertua serta kakak iparnya lantas membawa Adelle dan Regulus ke meja yang sudah ditempati oleh Aldebaran.

"Maaf, tapi aku harus ke toilet," kata Adelle ketika dia baru saja meletakkan tasnya ke atas kursi.

"Mbak temenin, yuk!" ujar Anila.

Adelle mengangguk, kemudian beralih kepada Regulus yang duduk di sampingnya.
"Aku pergi dulu, tolong pesankan makananku, ya! Aku enggak pemilih soal jenis makanan, kok."

Regulus mengangguk kemudian mengusap punggung tangan Adelle lembut. "Iya, Sayang. Hati-hati!"

Hampir saja Adelle ingin menampar wajah Regulus karena akting pria itu benar-benar sangat membuatnya sebal. Beruntungnya Adelle masih sadar dan ingat bahwa dia sedang berada di keramaian, jadi tidak mungkin dia menganiaya suaminya di tempat ini.

Seandainya PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang