Delapan

267 41 21
                                    

Dering ponsel mengalihkan perhatian Adelle dari pekerjaanya. Sejenak gadis itu menghentikan kegiatan dan menerima panggilan masuk yang ternyata dari sang suami.

"Halo," sapa Adelle.

"Lo di mana?" suara ketus Regulus memasuki indera pendengarannya.

"Aku di hotel."

"Ngapain?"

"Ya kerja, lah. Kamu enggak tahu kalau aku ini manager hotel?"

Regulus berdecak. "Kenapa enggak ada sarapan di rumah? Ini gue sama Nicta bangun tidur terus kelaparan dan enggak nemu apa pun di meja makan."

Adelle mengerutkan dahi. "Kenapa aku harus memasak untuk kamu di saat kamu lagi sama Nicta? Kupikir Nicta yang akan masakin kamu."

"Enggak usah gila deh lo! Nicta itu aktris terkenal, dia enggak boleh masak, nanti kukunya lecet. Lo harusnya paham itu!"

"Order fast food 'kan bisa."

"Nicta enggak boleh makan fast food. Itu enggak baik buat kesehatan dan berat badannya."

"Ya kalau begitu kamulah yang masak untuk pacarmu itu."

"Adelle! Lo jangan pernah lupa sama kewajiban sebagai istri! Tugas lo itu melayani gue. Memasak juga termasuk bagian dari melayani. Paham lo?"

"Enggak usah ngomongin kewajibanku sebagai istri kalau kamu sendiri juga enggak menjalankan kewajibanmu sebagai suami."

"Jangan bikin gue semakin emosi ya, Bangsat!"

Adelle berdecak. "Oke, aku pulang dan masak sekarang!"

Adelle mematikan sambungan teleponnya lalu membanting ponsel ke meja kerja. Menghela napas panjang, gadis itu berusaha menetralkan emosi yang sempat hampir menguasainya.

"Tahan Adelle, bukan begitu cara wanita terhormat bertindak," ujar Adelle merapalkan kalimat yang sering ibunya katakan setiap dia dan kakak-kakaknya hampir lepas kendali.

Setelah emosinya mulai stabil, gadis itu meninggalkan hotel dan menyetir mobil pulang ke rumah.

Setibanya di rumah, Adelle dibuat terkejut ketika melihat Regulus dan Nicta sedang duduk di meja makan yang penuh dengan makanan.

"Dari mana makanan ini?" tanya Adelle.

"Mana sopan santun lo? Lo enggak bisa menyapa orang lebih dulu?" ketus Nicta.

"Aku enggak bicara sama kamu," sahut Adelle, "dari mana makanan ini, Regulus?"

"Asisten Nicta yang bawain, kiriman dari pembantu di rumah dia," sahut Regulus santai.

"Dan kenapa kamu enggak bilang kalau kalian udah punya makanan? Kenapa kamu biarin aku menyetir pulang dari hotel di saat masih jam kerja begini?"

Regulus mengedikkan bahu. "Ya mana gue tahu kalau lo bakalan beneran pulang cuma buat masak."

"Kamu tau enggak sih? Kamu udah membuang waktuku."

"Apa lo bilang? Membuang waktu? Mengurus suami itu kewajiban istri, ya! Enggak ada istilah membuang waktu kalau suami minta dilayani sama istrinya!"

"Jadi aku ini istrimu?"

"Iya lah! Lo lupa kalau kita udah menikah seminggu yang lalu?"

Adelle menyorot Regulus dengan tatapan menusuk. "Kamu sendiri yang mengakui kalau aku istrimu. Aku ini istri, bukan budak. Kenapa aku harus menurut saja setiap kamu menginjak-injakku begini?"

Seandainya PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang