Sembilan belas

329 44 13
                                    

Regulus memelankan laju mobilnya ketika memasuki blok rumahnya. Begitu berbelok memasuki halaman rumah, dahi Regulus berkerut ketika melihat sebuah Alphard terparkir di halaman rumahnya. Seketika jantung pria itu hampir melorot ketika menyadari bahwa Alphard yang terparkir di depan rumahnya itu adalah mobil milik sang ibu. Pria itu semakin panik lagi ketika melihat supir pribadi ibunya tengah berjongkok sembari merokok di dekat pagar, menandakan bahwa sang ibu sudah lumayan lama tiba di rumah itu.

"Itu mobil mama, 'kan?" tanya Adelle.

"Shit!" maki Regulus tanpa sadar. "Mama ketemu sama Nicta atau enggak, nih."

Segera pria itu melompat keluar mobil dan berlari ke dalam rumah. Disusul oleh Adelle yang terlebih dahulu mematikan mesin mobil sebelum ikut berlari.

"MA! MAMA!" pekik Regulus begitu memasuki rumah. Regulus mencari keberadaan sang ibu ke dapur, sementara Adelle bergegas menaiki tangga menuju lantai dua.

Jantung Adelle berdebar tak karuan ketika melihat sang ibu mertua tengah berdiri seorang diri di koridor lantai dua, tepat di depan pintu kamar tamu yang dihuni oleh Nicta. Tangan wanita paruh baya itu sudah terulur, seperti hendak membuka pintu yang tertutup. Tepat sebelum tangan sang ibu mertua menyentuh gagang pintu, Adelle berlari dan menubruk tubuh sang mertua dari belakang. Gadis itu memeluk erat tubuh mertuanya.
"Mama!" panggil Adelle sembari merebahkan kepala ke punggung sang mertua, berusaha menyembunyikan raut cemas di wajahnya.

Seulas senyuman terbit di bibir sang mertua ketika merasakan bagaimana si menantu pendiamnya bisa tiba-tiba bersikap manja begitu. Wanita paruh baya itu lantas menghentikan kegiatan membuka pintu, tangannya beralih mengelusi kedua lengan sang menantu yang melingkar di perutnya.

Sementara itu Regulus yang baru saja berlari menaiki tangga segera menghela napas panjang ketika menyaksikan pemandangan di lantai dua. Beruntunglah Adelle tidak terlambat. Gadis itu berhasil menyelamatkan Nicta.

Perlahan Regulus melangkah mendekati sang ibu.
"Mama kok enggak bilang kalau mau ke sini? Adelle sama Regi lagi pergi tadi," ujar Regulus setelah berdiri di dekat ibunya.

"Mama cuma mampir, sekalian mau lihat kondisi Adelle," sahut sang ibu.

"Adelle udah baik-baik aja, Ma," sahut Adelle.

"Kalian dari mana?" tanya sang ibu.

"Aku habis mengantar Adelle ke apotek, terus ke hotel karena ada pekerjaan yang enggak bisa di tunda," jawab Regulus.

"Bagus kalau kamu perhatian begitu sama istrimu," respon ibunya.

Adelle melepaskan pelukannya kepada sang mertua, gadis itu lantas menuntun sang mertua untuk melangkah menuruni tangga menuju ruang tamu di lantai satu. Sementara Regulus melirik sekilas ke pintu kamar tamu sebelum ikut mengekori dua wanita di hadapannya.

Begitu sampai di ruang tamu, Adelle duduk di satu sofa panjang bersama ibu Regulus, berhadapan dengan Regulus yang duduk di sofa single.

"Mama tadi ngapain di depan kamar kosong itu?" tanya Regulus.

"Mama tadi cuma mau lihat-lihat lantai dua, terus enggak sengaja dengar suara handphone dari kamar itu, ya Mama pikir salah satu dari kalian ada di sana. Ternyata kalian pergi semua."

"Mungkin itu handphone-ku, Ma. Tadi aku bantu Adelle bersihin kamar itu, kayaknya handphone-ku ketinggalan di sana," kata Regulus berbohong.

Sang ibu mengangguk paham. "Oh iya, Regi. Kemarin Mama sempat lihat berita yang enggak enak."

"Berita apa, Ma?" sahut Regulus.

"Tentang kamu dan rumah sakit," balas ibunya.

Regulus menahan napas sejenak ketika menyadari berita apa yang dimaksud oleh sang ibu. Pasalnya Regulus paham benar mengenai berita itu, seharian kemarin Nicta tak henti-hentinya mengomel karena disebut pelakor oleh publik karena isi berita tersebut.

Seandainya PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang