Dua puluh tiga

356 51 3
                                    

Seminggu berlalu sejak Regulus mengantar Adelle pulang dari mall. Hingga saat ini Regulus masih betah menetap di rumah itu bersama Adelle. Sungguh, sejujurnya Adelle sangat senang mengingat fakta itu. Adelle mulai bisa menikmati dan menyusun ritmenya dalam bekerja di hotel Albara dan mengurus rumah seperti seorang istri pada umumnya. Adelle senang dan bahagia karena sepertinya keadaan mulai berpihak pada rumah tangganya dengan Regulus Dirgantara.

Meskipun tak ayal kekhawatiran serta ketakutan masih sesekali melintasi benak Adelle. Setiap kali sepulang kerja Adelle tiba di rumah lebih cepat daripada Regulus, Adelle takut suaminya itu tidak kembali. Gadis itu akan duduk dengan gelisah di ruang tamu, menunggu kepulangan Regulus. Dan ketika suara super car Regulus sudah terdengar memasuki halaman rumah, Adelle masih juga merasa cemas. Adelle takut Regulus membuka pintu sambil menggandeng Nicta memasuki rumah mereka lagi. Lalu ketika Regulus sudah melangkah masuk seorang diri lalu kembali menutup pintu rumah, Adelle baru bisa bernapas lega.
Namun kelegaannya itu juga tidak bertahan lama, Adelle masih juga merasa takut. Dia takut ketika matanya terpejam kala tidur, Regulus akan pergi. Dan ketika dia membuka mata di pagi hari, Adelle selalu memeriksa tempat di samping dia tidur. Sekedar memastikan bahwa suaminya masih ada di sana.

Sejujurnya Adelle tidak tahu apakah suaminya masih berhubungan dengan Nicta dan alasan mengapa Regulus betah sekali berada di rumah. Pasalnya si bungsu Albara tidak pernah membahas perihal itu bersama sang suami. Dia takut Regulus akan pergi lagi jika dia membahasnya. bagi gadis itu, melihat sang suami berada di rumah saja sudah cukup. Berkali-kali Adelle berusaha untuk menerima dan meyakinkan diri bahwa Regulus sudah benar-benar berubah, bahwa pria itu sudah menerima pernikahan mereka.

Namun seperti yang seharusnya Adelle pahami sejak awal, manusia hanya bisa berharap sementara Tuhanlah yang menentukan segalanya. Keyakinan sang menantu bungsu Dirgantara itu runtuh seketika di suatu sore yang awalnya damai.

Sore itu Adelle pulang lebih awal dari hotel. Setelah mandi dan berganti pakaian, si bungsu Albara berniat duduk di sofa ruang tamu sembari menunggu suaminya pulang, persis seperti hari-hari yang lalu. Namun baru saja Adelle mendudukkan diri di atas sofa, dahi gadis itu berkerut kala suara bel rumah menggema memasuki Indra pendengarannya. Pasalnya Adelle belum mendengar suara super car sang suami memasuki halaman, jadi siapa yang menekan bel?

Karena penasaran, istri sah Regulus Dirgantara itu melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Dibukanya pintu ganda itu dengan sepasang tangan rampingnya. Seolah takdir mempermainkan hatinya, mata Adelle menangkap sosok Nicta tengah berdiri di teras rumah sambil tersenyum lebar. Gadis yang memakai midi dress warna pastel itu melambaikan tangan kepada Adelle.

"Halo Adelle, pacarku udah pulang kerja?" sapa Nicta.

Adelle segera memasang tatapan datar seperti biasanya, berusaha untuk tidak terprovokasi dengan tingkah Nicta.
"Pacar kamu itu belum pulang kerja. Kalau kamu mau menunggu dia, silakan tunggu di luar aja. Aku sibuk, maaf."

Ketika Adelle hendak menutup pintu rumahnya lagi, gerakan gadis itu terhenti kala dilihatnya super car sang suami memasuki halaman rumah. Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, sang pemilik segera turun dan menghampiri Adelle serta Nicta.

Nicta yang melihat kedatangan sang kekasih lantas melompat ke pelukan Regulus. Dengan canggung Regulus membalas pelukan Nicta sembari melirik wajah Adelle sekilas. Sementara Adelle hanya membuang muka, merasa mual dengan pemandangan di hadapannya.

Pelukan Nicta hanya bertahan beberapa detik saja karena Regulus segera melepaskan dirinya.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Regulus.

"Jemput kamu dong sayang. Ayo pulang!"

"Bukan gitu, maksudku 'kan harusnya kamu baru balik besok dari luar kota. Kenapa udah di sini sekarang?" tanya Regulus lagi.

"Aku pulang duluan karena kerjaanku udah beres lebih awal. Lagian aku kangen banget sama kamu, Regi."

Seandainya PerihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang