"Kamu, dan Arina itu, seumuran 'kan?"
Pertanyaan itu keluar dari muluh ayah Arina, Jean, yang diangguki lembut oleh Arina di ujung meja makan. Sagara dari tadi hanya diam, terkadang tersenyum kecil.
"Kuliah dimana Sagara?" Tanya mama Arina. Yang ditanya hanya diam, tak merespon, udang asam manis di hadapannya juga tak tersentuh..membuat Arina di ujung meja sana mengerutkan keningnya heran.
"Arina, kamu sudah mau skripsi?" Kini Papa Sagara, Keenan mengalihkan pembicaraan, ia menoleh ke arah Arina, membuat Arina yang ditolehnya terbelalak sejenak karena pertanyaan yang tiba-tiba itu.
"B...belom om, hehe." Ujarnya.
Lalu dibalas lagi jawabannya itu dengan senyuman.
"Sagara ini kok om lihat-lihat dari tadi diem saja? Nggak suka makannya kah?" Tanya Jean, bergurau di ujung tawanya tapi ia kelewat serius.
"PMS kali." Celetuk Arina, asal, ia sungguh nggak tau kalau celetukkannya terdengar dengan sangat jelas.
"M---maaf om, tante, bercanda." Ujar Arina dengan tatapan tajam Sagara menatap ke arahnya.
"Kalian sudah ketemu kan sebelumnya?" Tanya Keenan pada Arina. Arina mengangguk kecil.
"Udah akrab dong berati?"
"Ya...gitu om."
"Gitu ya, yang akrab kalian ini nantinya akan jadi suami istri loh."
PRANG!
Sagara tiba-tiba menjatuhkan gelasnya ke lantai. Entah sengaja atau tidak, Arina tidak tahu, yang jelas kini pecahan kaca bertaburan di bawahnya.
Mama terkejut, begitupun dengan Jean, Keenan dan Arina sendiri.
Arina sempat menoleh ke arahnya, lalu dengan tatapan yang tidak bisa Arina pahami, Keenan menatap anaknya itu dengan tatapan tajam, tatapan yang Arina nggak mengerti.
"SAGARA JAGA KELAKUAN KAMU!"
"Maaf." Ujarnya kecil.
______
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted, Wound
FanfictionSagara tidak mengharapkan Arina di kehidupannya begitu pula sebaliknya, namun tidak ada yang tahu bagaimana skenario ini berakhir pada akhirnya. ______ menangis di jalan pulang (1:38 - 2:18) -was aksaramantra-