"Arghhh...."
"Bentar."
Sagara memutar tubuhnya ke arah lain pada posisi tidurnya. Ini pukul sebelas malam saat dirinya terbangun dari tidurnya. Saat tersadar, ia menggeser lengannya yang sejak tadi rupanya menjadi bantal bagi Shenina yang tidur bersamanya.
Sagara menarik lengannya yang kesemutan itu. Diiringi suara erangan dari Shenina yang mungkin merasa terganggu. Sagara melirik meja kecil di sebelah ranjang, mengambil air putih dari atasnya sebelum turut meraih ponselnya yang juga tak jauh dari sana.
Sagara mengecek ponselnya, mencari pesan yang kalau-kalau penting. Yang ia temukan hanyalaj pengingat dari Om Jeff perkara hari peringatan kematian Nathan, sebelum tiba-tiba ada sebuah pesan masuk dari Arina.
Jam segini.
Arina
Huhu takut sendirian di rumah
Lo pulang kek bego!
Hhhh tai lo rumah segede gini lo suruh gue sendiri yang nempatin
Punya hati nggak sih.Pesan itu terbaca selama beberapa sekon oleh Sagara, sebelum tak lama kemudian pesan itu dihapus begitu saja oleh pengirimnya.
Sagara
Gue udah bacaArina
Oh kirain lo udah tidurSagara
Kenapa lo hapus pesannya?Arina
GapapaSagara
Takut dirumah sendirian?Arina
Mikir kek luSagara
Besok gue pulangArina
OhSagara
Oh iya Arina, besok peringatan kematian NathanArina
Udah dikasi tau om jeff tadiSagara
Oh yaudah
Pake black dress yaArina
Harus dress?Sagara
I like you in a dressArina
Apaan sihSagara
Serious
You look prettier in a dressArina
Mending lo tidur dah kelonin tuh pacar loSagara
Lo nggak mau juga?Arina
Apa?Sagara
Dikelonin?Arina
Sadar bego
Diem dehSagara
Hehe sorryArina
Ga lucuSagara
Bercanda doang rinArina
Iya tapi ga lucu
Ga semua hal bisa dibercandain termasuk iniSagara
Baperan dihArina
Ya baper lah gue punya perasaanSagara
Tapi perasaan lo kan bukan ke gueArina
Ya intinya ga lucu
Ngebercandain pernikahan tu ga lucu
Sama kayak yang kita lakuin sekarang ga lucu
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted, Wound
Fiksi PenggemarSagara tidak mengharapkan Arina di kehidupannya begitu pula sebaliknya, namun tidak ada yang tahu bagaimana skenario ini berakhir pada akhirnya. ______ menangis di jalan pulang (1:38 - 2:18) -was aksaramantra-