Sepuluh

728 133 14
                                    

"Jean itu punya banyak anak perusahaan Jeff, dia cuma punya anak satu, ya si Arina itu, dan yang saya tahu dari sekertaris saya, Jean itu sedang sakit lumayan parah saat ini. Kalau saya bisa nikahin Sagara sama anaknya Jean, bayangin aja, semua perusahaan induk dan anak perusahaan milik Jean bisa jadi milik Sagara, yang akan segera saya akuisisi jadi milik saya juga."

Segelas americano panas, satu slice tiramisu, dan sebuah macbook dengan posisi terbuka yang sama sekali tidak tersentuh sejak awal dirinya dinyalakan.

Jeff, dan Keenan duduk berhadapan, sibuk dengan isi kepalanya masing-masing, saling tatap tapi tidak berbicara setelah apa yang Keenan katakan barusan.

"Tapi kamu nggak mikirin perasaan Gara, Nan." Ujar Jeff.

"Halah, nggak penting, toh nanti kalau perusahaan Jean semuanya jatuh ke tangan saya dia juga ngerasain hasilnya." Keenan berujar santai, menyesap americano miliknya sejenak setelah kalimatnya berakhir.

"Nan, kamu pernah nggak sih mikirin Gara?"

"Kalo aku nggak mikirin Gara, dia makan darimana? Dia tinggal dimana? Semuanya juga saya kasih ke Gara Jeff."

"Tapi perjodohan ini nggak masuk akal Keenan!"

Jeff meninggikan suaranya, masih tidak mengerti dengan cara berpikir saudaranya itu. Apa-apaan soal menjodohkan anaknya sendiri demi kepentingan bisnisnya, ini lebih nggak masuk akal dari apapun.

"Tapi Sagara setuju?"

"Saya ancam dia, saya suruh dia keluar dari band nya atau saya bubarkan aja sekalian bandnya. Saya punya banyak kenalan petinggi media, tinggal beberkan rumor palsu yang bikin band nya nggak diterima lagi di masyarakat. Itu urusan gampang Jeff."

"Kamu orangtua paling jahat yang pernah saya kenal Nan."

______

Aksaramantra.

Arina nggak terlalu teliti, bahkan pada titik dimana nama cafe ini adalah aksaramantra saja dia nggak tahu. Mungkin karena kali pertama ia kemari, dirinya sedang dalam mood yang nggak bagus-bagus amat.

"Kenapa namanya harus aksaramantra?" Tanya Arina ke Sagara yang kini duduk di hadapannya, menyesap piccolo hangatnya.

"Kenapa lo nanya ke gue?"

"Nggak tau, gue bingung aja harus nanya ke siapa."

Selanjutnya tidak ada lagi konversasi, Sagara yang sedikit banyak lelah selepas acara panggungnya tadi memilih diam, mungkin untuk mengembalikan energinya yang sedikit banyak terkuras.

"Lo udah gapapa sekarang?" Tanya Sagara kemudian, Arina mengangguk.

"Kayaknya gue capek dan engap aja, banyak banget orang, terus juga gue tadi lupa makan, jadinya ya pusing. Tapi gue udah gapapa sih, bilang makasih ya ke fans lo."

"Ya bilang langsung lah, kenapa bilangnya ke gue?"

"Kan dia fans lo."

"Yaudah oke."

Malas berdebat, Sagara tahu kalau dilanjutkan lagi maka Arina akan kembali mendebatnya lagi semakin panjang, akhirnya ia memilih mengalah, lalu diam memerhatikan gadis itu diam-diam menyesap cokelat panas miliknya.

"Jadi, gimana? Lo janji ya mau jelasin ke gue sejelas jelasnya soal alasan dibalik perjodohan kita!" Tagih Arina.

Sagara memejamkan matanya sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan,

Unwanted, WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang