"Lo kenal Kak Dante?" Tanya Arina.
Sagara memutar kemudinya, memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya.
"Gue tu kayak pernah denger namanya, tapi lupa."
"Ayo inget-inget lagi."
"Emang kenapa sih???"
"Kakak gua itu."
Sagara tercekat. Obrolannya dengan Arina tak pernah sampai sana sebelumnya. Ia tidak bertanya, pun Arina tidak bercerita. Setahu Sagara, Arina anak tunggal, dan sebagaimana Arina bersikap memang menunjukkan ia sebagai satu-satunya anak perempuan milik keluarga Jean.
"Kakak lo?"
"Iya."
"Lo gak bilang kalo lo punya kakak?"
"Lo ga nanya sih."
"Tapi lo nggak keliatan kayak lo punya kakak? Kok gue belom pernah ketemu."
"Panjang ceritanya, intinya lo kenal nggak sama Kak Dante?"
Sagara memutar bola matanya, mencoba mengingat, lalu detik yang berlau setelahnya ia gunakan untuk menggelengkan kepalanya.
"Nope, gue lupa, lagian gue juga nggak tau semua temennya abang gue."
"Oh, mungkin kenalnya sebelum Kak Dante diadopsi ayah." Gumam Arina.
"Hah? Lo bilang apa barusan?"
"Nope, bukan urusan lo."
Lalu Sagara turun dari mobilnya, setelah menghabiskan beberapa jenak duduk disana untuk berbincang pasal kakak Arina yang namanya agak terdengar tak asing di telinganya, Arina menyusul di belakangnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Arina dari belakang.
"Hah?" Sagara berbalik.
"Lo mau kemana emang kok jalan ke arah rumah?"
"Ya mau masuk ke rumah."
"Tumben."
"Kok tumben, masuk ke rumah gue sendiri lo bilang tumben??"
"Ya lo sadar dong, sejak pindah kesini, berapa kali lo dirumah? Bisa diitung jari, sisanya? Ya kemana lagi kalo bukan ke rumah pacar lo." Ujar Arina sambil berjalan ke arah Sagara.
"Ya emang dari awal gue bilang gue nggak bakal stay di rumah."
"Ya udah, bener dong kalo gue bilang 'tumben'.."
Arina berjalan mendahului Sagara, masuk ke dalam rumah, sementara Sagara tidak bisa membalas ucapannya, hanya berdiri mematung sambil melangkah mengikuti Arina.
______
Berbeda.
Adalah pemandangan yang dilihat Sagara kala itu. Rumahnya tak lagi sama. Tatanan furniture dan semuanya, barang-barang banyak yang berpindah tempat. Tempatnya ini seolah asing baginya.
"Jangan kaget, gue yang ngerubah desain interiornya, ada bagian-bagian yang gue nggak suka." Seolah tau apa yang dipikirkan Sagara, Arina pun berujar.
"Gue nggak masalah sih, tapi Keenan udah tau? Soalnya dia agal strict soal tatanan ruang, setau gue. Kulkas dimana? Gue mau minum."
"Di dapur, masih sama ga gue pindahin."
"Oke." Sagara berjalan ke dapur, hendak membasahi tenggorokannya yang sedari tadi tak tersentuh cairan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted, Wound
FanficSagara tidak mengharapkan Arina di kehidupannya begitu pula sebaliknya, namun tidak ada yang tahu bagaimana skenario ini berakhir pada akhirnya. ______ menangis di jalan pulang (1:38 - 2:18) -was aksaramantra-