Tiga Puluh Sembilan - Glad to know that you're still my bestfriend

435 73 13
                                    

"Arina?"

Malam itu mungkin cuaca sedang tak begitu dingin, akan tetapi saat Dante kembali masuk ke dalam mobil, hawa dingin tiba-tiba menggerayangi tubuh Arina.

Gadis itu terdiam, masih dengan foto Sagara di tangannya. Sementara Dante masuk dengan dua gelas venti kopi favoritnya dan satu lagi milik Arina.

"Kak Dante? Kok kak Dante nyimpen foto Sagara di dasbor?" Tanya Arina sambil menunjukkan foto itu ke arah Dante.

Dante mengernyit sebentar, lalu menjawab.

"Oh, itu dulu dari ayah. Ayah yang ngasih, katanya 'ini suami Arina' gitu."

"Oh, syukur deh."

"Kok syukur?"

"Kirain kak Dante nge fans sama Sagara. Soalnya kek dari banyaknya orang di dunia, dari banyaknya artis di dunia kenapa harus Sagara. Tapi ya syukur deh."

"Hahahha, emang kenapa sih Rin?" Dante terkekeh.

"Ya gapapa, ini dibuang aja ya fotonya, nggak penting banget."

"Hahahha dia itu suami kamu loh Rin."

"Iya suami tapi tuh...nyebelin tau kak, paham nggak sih??" Arina cemberut.

"Hahaha iya udah buang aja."

Arina menunjukkan senyum menyeringainya, lalu ia betulan melemparkan foto itu ke luar kaca mobil.

Foto potret Sagara itu pun keluar dari mobil Dante, terbang dibawa angin malam, dan jatuh terinjak pijakan-pijakan kaki orang-orang.

______

Sagara
Yan, kosong nggak?

Jehian
Kosong, knp?

Sagara
Pes yuk

Jehian
Kosan w

Sagara
Oke

Sagara lupa, kapan terakhir kali ia menghubungi Ian. Mungkin sejak sebelum ia dan Arina menikah, sejak Jehian memukulnya saat itu. Sagara memang sempat kesal pada Ian kala itu. Ia marah, tapi ia juga tak tahu kenapa ia marah.

Mungkin Ian lebih marah, dan semua teman-temannya juga marah. Tapi dari semua orang, ia lebih marah kepada dirinya sendiri.

Jadi malam ini, saat ia hanya tinggal di rumah sendirian, ia berinisiatif untuk memperbaiki hubungannya dengan Ian. Kawannya itu.

Sagata sejujurnya tak menyangka Ian akan merespon pesannya, karena selama ini ia pikir Ian masih membencinya seperti bagaimana Ajun membenci keegoisannya.

Tapi, ternyata seperti bagaimana ia mengenal Jehian sejak dulu, cowok dengan senyuman lebar yang manis itu faktanya nggak pernah menyimpan dendam lama-lama. Dan Sagara bersyukur tentang hal itu.

Kosan Ian masih sama.

Kos exclusive bertembok kuning gading yang jaraknya dua puluh menit dari studio. Disaat teman-temannya yang lain memilih untuk menghuni apartemen maupun rumah kecil-kecilan milik sendiri, Jehian tetap setia pada kos-kosan 4x4 meter yang kalau terlambat bayar biaya kos bulanannya akan didenda sebesar 200 ribu rupiah, yang jalanannya harus masuk ke dalam jalanan kecil yang hanya muat satu mobil dan isunya satu rumah kecil bercat biru yang hanya berjarak dua bangunan dari bangunan kos-kosan Ian itu pernah digunakan oleh sekelompok oknum teroris untuk merakit bom.

Jehian pernah menyuruh Ian untuk pindah tempat tinggal, tapi cowok itu selalu menolak, katanya sudah terlalu nyaman berada di tempat ini dan letaknya juga nggak terlalu jauh dari studio.

Unwanted, WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang