Dua Puluh Lima

390 75 17
                                    


Sagara
Lo bener-bener ya

Arina
Apa?

Sagara
Gue nggak mau nikah

Arina
Silahkan, lo nggak mau nikah silahkan banget
Lo pikir gue mau?

Sagara
Yaudah batalin

Arina
Batalin nikahan yang persiapannya aja udah 90% ini?

Sagara
Lo nyiapin?

Arina
Orang-orang bapak lo yang ngatur semuanya

Sagara
Cih

Arina
Dulu lo bilang mau nerima perjodohan ini karena Saturn, sekarang gimana? Udah nggak peduli lagi sama Saturn? Dan semuanya? Cuma demi Shenina?

Sagara
Jangan sebut nama Shenina
Lo ga berhak
Lo ngerusak semuanya Arina

Arina
Gue? Bukannya bokap lo?

Sagara
At least kalo lo nggak nyetujuin perjodohan ini semuanya nggak akan kayak gini

Arina
Lo yang minta gue buat nyetujuin perjodohan ini Sagara

Sagara
Kita sepakat buat batalin perjodohan ini

Arina
Can we meet
To make it clear?
Please
Ngomong di chat bikin gue pusing

Sagara
Gue ada janji sama Shenina

Arina
Pleasee i beg

Sagara
Gue ijin Shenina dulu

______


Hari itu, sore hari saat aksaramantra yang temaram itu nampak sepi, tak ada tanda-tanda yang lain akan muncul melainkan hanya dua orang yang duduk di salah satu bangkunya. Saling diam, tak saling tatap, ribut dengan pikirannya masing-masing.

Arina terdiam tenggorokannya tercekat. Ada pesan dari sang ayah begitu dirinya menatap ponselnya. Bubble masuk berbunyi,

Ayah
Arina ayah harap kamu bahagia setelah menikah nanti.

Itu sedikit banyak menusuk dada Arina diam-diam. Didepannya, Sagara juga sama diamnya, enggan bersuara, enggan bersitatap. Kopinya ia biarkan mendingin, jauh tak tersesap.

Rangkaian kata-kata yang ada hanya tenggelam di kepala tanpa pernah ada yang muncul lewat suara. Sagara diam, Arina juga sama diamnya.

"Sagara, gue mau kita tetep jalanin perjanjian kita di awal." Ujar Arina, menyibak sunyi yang sedari tadi menyelimuti mereka.

Sagara terkejut namun mimik wajahnya tenang, seolah sudah ada antisipasi akan datangnya pernyataan ini. Walaupun ini yang paling ia hindari, toh ini yang Arina kehendaki.

"Arina..." Sagara berujar, pelan, lirih, penuh keputusasaan yang nampak dari tiap hela napasnya.

"Lo tau kan gue udah punya pacar." Sambungnya.

"Tapi toh perjodohan ini nggak betulan Sagara, dari awal juga kita menghendaki kepura-puraan dalam perjodohan ini."

"Tapi Shenina pasti nggak terima Arina."

Unwanted, WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang