2. Mistis

570 37 119
                                    

"Gue harap ini bukanlah petaka," ucap Caesar pelan yang masih dapat didengar oleh Raihan.

"Petaka apa?" tanya Raihan penasaran. Pasalnya laki-laki tampan beriris hitam legam itu tidak mengetahui hal apa yang mengganggu pikiran sahabatnya ini.

Caesar nyaris tersedak ludahnya sendiri. Ia melirik ke arah Raihan lalu tersenyum. "Ya, petaka balas dendam."

Seakan-akan tidak puas akan jawaban Caesar, Raihan kembali bertanya, "balas dendam untuk?"

Caesar merutuki segala kebodohannya, bisa-bisanya ia mengatakan suatu hal yang akan menjebak dirinya dalam pertanyaan yang merambat dan tak berujung.

"Emm, itu, anu, dulu aku pernah membuli Agni, jadi aku takut dia membalaskan dendam itu." Caesar berkata jujur, tak apalah dari pada ia berbohong.

Raihan mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda mengerti. "Kayaknya Agni bukan tipe pedendam, deh."

Caesar tersenyum kikuk. "Gue harap begitu." Dia menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Oh, iya, kantin, kuy, gue lapar, nih!" ajak Caesar. Dia menyeret Raihan membawanya pergi menuju kantin.

Setibanya di kantin, mereka disambut oleh kegaduhan yang begitu kentara. Bermula dari perbincangan kecil hingga besar  menjadi pengantar kebisingan, tentunya gosip perihal Agni yang hadir kembali. Ketidak percayaan membuat mereka ragu akan kehadirannya. Bukanya merasa senang ketika gadis itu kembali, melainkan rasa takut dan kegelisahan  menghantui, tepatnya kejadian pada masa lalu.

Mereka  menerka, mungkinkah gadis itu tidak mati? Mungkin ada orang yang menyelamatkan nyawanya hingga ia hidup kembali? Tapi mana mungkin, tempat sunyi tanpa penghuni dan jauh dari lingkungan masyarakat itu bisa menyelamatkan satu nyawa yang jelas-jelas sudah hirap menemui ajalnya. Nah, inilah merupakan keanehan yang mengganjal di hati mereka. Sehingga, ingin rasanya mengorek kembali atau mencari tahu apa yang terjadi pada saat kejadian itu.

Perbincangan mereka nyaris sama. Sosok Agni mendadak meledak menjadi gosip utama. Tidak heran, dari mulut ke mulut cerita itu sampai ke pelosok siswa-siswi seantero sekolah.

Seraya menguping Caesar berjalan menghampiri Cilla dan ketiga sahabatnya. Sedangkan Raihan, dia memesan makanan terlebih dahulu.

"Ekhem." Mereka dikagetkan oleh kedatangan Caesar. Membuat Cilla berhenti bersuara.

"Lagi ngomongin apa?" tanya Caesar pada ketiganya seraya merapikan kursi yang ditempatinya.

"Agni." Bukan Cilla yang menyahuti melainkan Tania.

Caesar menggaguk faham. Rupanya, ketiga teman wanitanya sama halnya dengan dirinya merasa terganggu akan kehadiran Agni.

"Lo yakin dia Agni?" Caesar kembali bertanya meyakinkan mereka.

Ketiganya mengangkat bahu pertanda tidak tahu.

"Biar gue tebak." Jesica mengangkat jari telunjuknya. "Pasti dia hantu."

Pletak!

Jesica meringis saat sebuah sumpit melayang mengenai dahinya.

"Kalau ngomong dijaga!" peringat Cilla.

"Lo sih kebanyakan nonton film horor," imbuh Tania, membuat sang empu memberengut tidak terima.

"Ya, masa orang mati bisa hidup kembali," sahut Jesica sedikit kesal. "Emang kalian tidak merasa aneh apa?" tanya Jesica berapi-api. Dia yakin bahwa Agni bukanlah manusia.

Semuanya terdiam. Ada benarnya pula apa yang Jesica katakan. Jika Agni bukan manusia, lalu dia siapa?

"Gue bakal pastikan bahwa Agni bukanlah manusia!" lanjut Jesica meyakinkan.

Gedung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang