9. Boneka Hantu

236 12 0
                                    

Cilla merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size. Matanya melirik pada sebuah jam yang bertengger di dinding bercat biru muda itu. Pukul 16.00 WIB jarum jam pendek menunjukkan pada angka empat sedangkan jarum jam panjang menunjukkan pada angka dua belas.

Cilla bermalas-malasan. Dia memejamkan kedua bola matanya untuk beristirahat sejenak. Sialnya, sekelebat kejadian sepulang sekolah tadi membuat dirinya malu sendiri.

"Kenapa harus pake acara ketahuan segala, sih." Pikir gadis itu.

Dengan berat hati, dia bangkit dari tempat tidurnya menyeret paksa tungkai kakinya menuju kamar mandi.

Hanya membutuhkan waktu lima menit dia menyelesaikan acara ritualnya. Perlahan dia mengambil baju tidur dari lemari lalu sedikit bersolek menutupi wajahnya yang terlihat pucat.

Sambil menunggu cakrawala berubah hitam, Cilla memainkan laptop kesayangannya untuk menonton drama korea terbaru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sambil menunggu cakrawala berubah hitam, Cilla memainkan laptop kesayangannya untuk menonton drama korea terbaru. Teringat bahwa hari ini akan ada serial terbaru di WTV. Dengan mata penuh binar tangannya begitu lihai mengutak-atik di sebuah pencarian.

19.00

Tidak terasa cakrawala berubah hitam, hari semakin sunyi tergantikan dengan suara jangkrik yang berbunyi mengisi kesunyian malam.

Sesekali gadis itu menguap, rasa kantuk mulai menyerang kedua bola matanya. Perlahan dia menutup laptopnya lalu beringsut menuju tempat tidur.

Saking ngantuknya, dia terlelap begitu cepat. Mungkin kelelahan akibat menyusun rencana yang gagal.

Rumah berukuran besar terlihat begitu sepi. Semua orang sudah berada di alam mimpi. Begitupun dengan gadis pemilik kamar bercat biru muda yang berukuran cukup luas. Kamar itu berada di lantai dua. Hanya dia seorang diri yang mendiami kamar tersebut.

Ting! Ting! Ting!

Denting suara jam bergema di tengah kesunyian. Lampu temaram menerangi kamar seorang gadis tengah bergelut di alam bawah sadar.

Hari semakin larut, kesunyian kian mencekam, suara-suara binatang malam kian teredam. Namun, samar-samar terdengar sebuah lantunan seseorang. Suaranya terdengar merdu dan nyaman untuk didengar.

Semakin lama kian nyaring, saling bersahutan dengan suara dentingan jam. Namun, gadis itu tidak terusik sama sekali.

"Pricilla...." panggil suara itu pelan.

"Pricilla...."

"Pricilla...."

Suaranya nyaris 'tak terdengar seakan berbisik pada indera pendengaran.

Seakan terganggu, bola mata hitam itu sedikit terbuka. Wajah khas bangun tidur terlihat mencuat. Dengan terkantuk-kantuk dia beranjak bangun dari tempat tidurnya.

"Pricilla...." Suara itu terdengar kembali membuat bola mata Cilla terbuka sempurna.

Kepalanya menelisik ke segala arah, tapi tidak ada siapa pun di sana.

Mungkin salah dengar, pikir Cilla.

Dalam keadaan setengah sadar dia kembali berbaring lalu menutup kelopak matanya.

Akan tetapi, suara itu kembali mengusik pendengarannya.

"Pricilla, kemarilah!"

Sontak dirinya terperanjat lalu duduk di atas kasur. Tatapannya menajam secara sempurna. Tiba-tiba aura dingin menyeruak menusuk kedua lengannya yang polos tanpa busana. Bulu kuduk Cilla mendadak berdiri sendiri bahkan keringat dingin mulai mengalir dari pelipisnya.

"Siapa?" Dalam keadaan tubuh gemetar, dia bertanya entah kepada siapa.

"Siapa di sana?" Suara Cilla tak kalah keras dengan suara yang memanggil dirinya.

"Pricilla...."

"Siapa di sana?" Merasa geram seakan-akan dirinya dipermainkan. Cilla bergegas menyalakan lampu kamarnya.

Krek!

Lampu menyala secara sempurna, tapi tidak ada satu pun manusia yang ada di sana. Mata hitam milik Cilla mengerling memindai setiap penjuru ruangan, tapi nihil. Kamarnya terlihat sunyi, tidak ada tanda-tanda adanya seseorang yang masuk kedalam kamarnya.

Untuk meyakinkan bahwa di dalam kamarnya tidak ada seseorang, dia berjalan ke arah gorden berwarna merah yang menjuntai menutupi jendela kaca.

Tangannya menyibak gorden itu seraya mengintip di balik jendela. Namun, di luar sana terlihat sunyi serta gelap mencekam. Buru-buru dia menutup kembali gordennya lalu berjalan ke arah tempat tidurnya.

Belum seberapa ia melangkah, lampu mendadak mati membuat tubuh Cilla tersentak kaget setengah mati.

Sekujur tubuhnya mendadak dingin, suhu kamarnya berubah drastis.

Hanya mengandalkan insting, dia berjalan seraya meraba-raba dalam kegelapan.

Langkah Cilla mendadak berhenti ketika kedua kakinya terasa mati rasa dan dingin luar biasa. Ia berusaha untuk menggerakkan kedua kakinya, tapi nihil seperti ada perekat yang membuat kakinya menempel pada lantai yang dingin.

Tidak dipungkiri rasa takut tengah menguasai diri membuat Cilla nyaris menangis dan menjerit, tapi percuma kerongkongannya mendadak kering kerontang, mulutnya tercekat bak diperekat. Dia laksana patung yang tidak bisa berupaya sedikit pun.

Tiba-tiba lampu menyala kembali membuat Cilla senang sepenuh hati. Namun, tidak berangsur lama bola lampu berwarna putih terang itu berkedip begitu cepat.

Cilla semakin takut dengan apa yang terjadi saat ini. Tubuhnya bermandikan keringat yang terus mengalir tiada henti. Saat lampu itu meredup, tubuh Cilla menegang, jantungnya berpacu kencang, tubuhnya melemas seperti tidak bertenaga ketika kedua bola matanya menangkap sosok boneka menyeramkan tengah terbujur kaku dihadapannya.

Boneka itu tergeletak disertai darah segar mengucur dari bagian kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Boneka itu tergeletak disertai darah segar mengucur dari bagian kepalanya. Membuat Cilla teringat akan peristiwa dua tahun silam.

Perlahan jemari tangan boneka itu bergerak bahkan bola matanya membulat secara sempurna serta menatap marah ke arah Cilla.

Cilla hanya bisa menatap tidak percaya, mulutnya dibuat menganga. Dengan susah payah dia menelan salivanya kasar.

Boneka itu berdiri dengan sendirinya. Bola matanya berubah menjadi merah menyala, kepalanya terbelah dua disertai aliran darah yang mengalir tiada hentinya.

Satu langkah

Dua langkah

Tiga langkah

Tubuh Cilla ambruk tidak berdaya. Kelopak matanya menutup sempurna. Dia dibuat 'tak sadar hanya gelap gulita yang ia rasakan.

Gedung Kematian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang